TOKYO, BANGSAONLINE.com – Tes kadar alkohol dalam darah (BAC) dengan alat bernama breathalyzer, membawa pilot-pilot Japan Airlines tidak lolos. Bahkan, ada 19 pilot gagal lolos dengan alat yang cukup sensitif melalui sampel nafas ini, sejak Agustus 2017 lalu.
Kegagalan tes alkohol ini menyebabkan penundaan untuk 12 penerbangan Japan Airlines, menurut laporan media.
Baca Juga: Destinasi Wisata Terpopuler di Jepang: Panduan Lengkap untuk Liburan Anda
Pilot Japan Airlines (JAL) telah gagal tes breathalyser pada 19 pilot sejak Agustus tahun lalu. Media Jepang melaporkan, baru-baru ini ditangkap co-pilot dengan capaian alkohol 20 kali lipat di atas ambang normal. Hasil tes ini memperlambat 12 penerbangan, kata Mainichi Shimbun, mengutip sumber JAL yang tidak disebutkan namanya. Pembatalan itu terjadi setelah perusahaan itu memperkenalkan alat pernafasan yang lebih sensitif, kata surat kabar itu.
Tes dilaporkan menunjukkan bahwa 19 pilot melebihi batas internal JAL 0,1 mg alkohol per liter pernafasan.
Katsutoshi Jitsukawa ditangkap di Heathrow bulan lalu, setelah ditemukan memiliki 189 mg alkohol per 100 ml darah dalam sistemnya. “Hampir 10 kali lipat 20 mg untuk pilot di Inggris,” kata dia.
Baca Juga: Mengapa Jupiter Punya Cincin, Sedangkan Bumi Tidak? Ini Penjelasannya
Jitsukawa, yang ditangkap 50 menit sebelum menjadi co-pilot penerbangan ke Tokyo, diketahui telah mengonsumsi dua botol anggur dan lima kaleng bir selama enam jam pada malam sebelumnya.
JAL telah memperkenalkan sistem breathalyser baru yang melibatkan staf bandara, daripada bergantung pada pilot untuk menguji satu sama lain. Melalui alat ini, pilot dilarang konsumsi alkohol dalam 24 jam sebelum penerbangan, bukan 12 jam seperti saat ini.
Survei lain menemukan bahwa delapan dari 25 maskapai penerbangan Jepang tidak mengharuskan pilot melakukan tes breathalyser sebelum terbang. Sementara selusin maskapai lainnya menggunakan perangkat sederhana yang dilaporkan kurang sensitif.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Undang-undang penerbangan Jepang melarang pilot minum miras hingga delapan jam sebelum bertugas. Tetapi tidak menetapkan batas untuk tingkat alkohol atau mengharuskan pilot untuk mengambil tes breathalyser. Sebaliknya, langkah-langkah tersebut diserahkan kepada masing-masing maskapai penerbangan.
Penangkapan Jitsukawa, dan bukti bahwa masalah ini lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya, dapat mendorong kementerian transportasi untuk menerapkan pengujian wajib dan batas alkohol sejalan dengan yang berlaku di Eropa dan AS.
Pada hari Rabu, maskapai penerbangan bertarif rendah Jepang, Skymark, mengatakan penerbangan domestik pagi itu tertunda setelah alkohol terdeteksi pada napas pilot pesawat.
Baca Juga: Gandeng Konsorsium Perusahaan Jepang, Pemkot Mojokerto MoU Pengelolaan TPST
JAL dan All Nippon Airways diharapkan mengumumkan langkah-langkah untuk mencegah minum berlebihan di kalangan pilot dan kru lainnya. Issei Hideshima, mantan komandan penerbangan dan komentator industri penerbangan JAL, mengatakan meningkatnya frekuensi penerbangan di Jepang berarti pilot memiliki waktu lebih sedikit untuk beristirahat.
"Stres mungkin mendorong mereka untuk minum banyak," katanya kepada kantor berita Kyodo. “Memaksakan peraturan yang lebih ketat tidak cukup. Pilot perlu diberi cukup waktu antara penerbangan untuk beristirahat dan memulihkan diri."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News