SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ternyata Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Surabaya didirikan dan dideklarasikan para kiai Nahdlatul Ulama (NU) pada 1973. Bahkan deklarator PPP Surabaya adalah Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya, KH Zaky Ghufron.
“Kalau ada orang NU bilang PPP tidak ada kaitannya dengan NU itu gak benar. PPP Kota Surabaya itu didirikan oleh Kiai Mujib Ridwan, Kiai Zaky Ghufron dan kiai-kiai NU yang lain,” kata Husni Thamrin, sesepuh PPP yang mantan anggota DPRD Kota Surabaya dari PPP saat memberi sambutan pada peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-46 PPP di kantor DPC PPP Kota Surabaya Jalan Adityawarman Surabaya, Sabtu (5/1/2019).
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
Dalam penelusuran bangsaonline.com, Kiai Mujib Ridhwan adalah putra Kiai Ridhwan Abdullah. Kiai Ridhwan Abdullah adalah kiai yang memiliki keahlian melukis yang kemudian dikenal sebagai pencipta lambang NU.
Husni Thamrin menjelaskan, pada awalnya PPP bahkan berkantor di kantor NU Jalan Bubutan Gang VI nomor 2 Surabaya. Kantor NU di jalan Bubutan ini dikenal sebagai tempat kelahiran NU yang kini jadi kantor PCNU Kota Surabaya.
Baca Juga: Serap Aspirasi Masyarakat, Anggota DPRD Kabupaten Mojokerto dari Fraksi PPP Gelar Reses
(Husni Thamrin (baju batik nomor 3 dari kanan) dan Andy Sudirman (nomor 6 dari kanan) foto bersama dengan para caleg, antara lain: EM Mas'ud Adnan, Umi Nadiroh, Mooi Dina Kartikasari, Suprihatin, Muhidin Arsad, Suparno dan Kordapil 3 Arif. foto: istimewa)
Namun pada 1986 PPP punya kantor sendiri di Jalan Adtiyawarman Surabaya. “Saat itu Kiai Mujib Ridhwan menyatakan, setelah 8 tahun PPP menyusu ke NU sekarang kita lepas,” kata Husni Thamrin menirukan ucapan Kiai Mujib Ridhwan saat itu. “PPP pindah ke kantor ini (kantor PPP sekarang-Red) pada Senin Kliwon 2 Juni 1986,” ungkap Husni Thamrin kepada bangsaonline.com usai acara.
Husni Thamrin berharap PPP meraih kejayaannya kembali. “Pada tahun 1979 PPP dapat 16 kursi di DPRD Kota Surabaya. Semoga pada pemilu 2019 nanti PPP meraih kejayaanya kembali,” harapnya yang langsung disambut amin oleh para caleg dan pengurus PPP yang hadir.
Baca Juga: Optimis Bangkit di Pemilu 2029, PPP Tanggalkan Stigma Parpol Kalangan Tua
Sementara EM Mas’ud Adnan saat sambutan mewakili para caleg optimistis PPP akan meraih kejayaan. “Kontruksi politik di Jawa Timur berubah terutama karena faktor kemenangan Bu Khofifah sebagai gubernur dan hadirnya Kiai Asep Saifuddin Chalim dalam PPP,” tegas EM Mas’ud Adnan, alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair yang caleg DPRD Provinsi Jawa Timur dari PPP dapil Surabaya.
Faktor lain, tegas Mas’ud Adnan, kini banyak sekali kader NU yang menjadi caleg PPP. “Termasuk saya sendiri,” kata mantan Wakil Ketua Balitbang PWNU Jawa Timur tiga periode itu.
Begitu juga dari Muslimat NU, tegas Mas'ud Adnan, banyak yang kini jadi caleg PPP. Komisaris Utama HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com itu menyebut, antara lain, Ketua Muslimat NU Kota Surabaya Hj Lilik Fadlihah yang menjadi caleg DPRD Kota Surabaya dari PPP. "Banyaknya kader NU dan Muslimat NU yang nyaleg lewat PPP ini saya yakin akan menambah suara dan kursi DPR sangat signifikan bagi PPP," tegas wartawan senior ini.
Baca Juga: Warga Jetis Ucapkan Janji Setia untuk Menangkan Pasangan Mubarok
Mas’ud Adnan juga menyinggung perjalanan sejarah PPP Surabaya yang pernah punya tokoh vokal. “Saya masih ingat ketika Pak Andy Sudirman dulu tidur di atas meja DPRD Surabaya. Saat itu saya masih mahasiswa,” ungkap penulis buku-buku tentang Gus Dur dan NU itu yang disambut gelak tawa, termasuk Andy Sudirman.
Andy Sudirman yang didaulat memberikan orasi politik langsung menjelaskan kenapa saat itu tidur di atas meja DPRD Kota Surabaya. “Tugas DPR itu kan menyampaikan aspirasi rakyat. Kalau bicara saja saat itu gak boleh ya saya tidur saja,” tegas Andy Sudirman menjelaskan atraksi politiknya.
Pada era Orde Baru, jelas Andi Sudirman, sangat represif. Bahkan bicara keras sedikit saja dipanggil Kodam. Apalagi ketika ia protes dengan cara tidur di atas meja DPRD. “Saat itu saya dipanggil Pangdam. Ditanya kenapa saya tidur di atas meja,” ungkap Andy Sudirman yang kini Caleg DPRD Porvinsi Jawa Timur dari dapil Surabaya.
Baca Juga: Kasus Dugaan Penggelapan Dana Kompensasi Pileg 2019 PPP Sampang Dihentikan Polisi, Mengapa?
Dalam orasi politikya, Ketua Dewan Pakar DPW PPP Jawa Timur itu juga menyinggung tentang perlakuan rezim Orde Baru terhadap PPP. Menurut dia, penguasa Orde Baru terus merekayasa agar suara PPP kecil dan pimpinannya bisa diatur. Namun PPP yang representasi politik umat Islam tetap eksis dan pimpinannya sulit dikendalikan oleh rezim Orde Baru, yakni Soeharto.
Acara peringatan Harlah ke-46 PPP yang dipandu Chamdani (Ketua LP2 PPP yang juga caleg DPRD Kota Surabaya) itu, ditutup dengan doa oleh KH Abdurrohim Zulkarnaen. Banyak sekali caleg PPP untuk DPRD Kota Surabaya yang hadir. Antara lain: Hj Lilik Fadlilah (Ketua PC Muslimat NU Kota Surabaya), Rudy Dwi Siswanto (Bendahara PC PPP Kota Surabaya), Umi Nadiroh (Sekretaris MWC Muslimat NU Sukolilo), Z Hasanah, Suprihatin, Ahmad Suroko, Nur Fitriati, Mooi Dina Kartikasari, Muhidin Arsad, Mat Romli, Maqdar Abdullah Tirtokusumo, Faradila Mahri, Muh Chudori, Siti Djuwairiyah, Junaedi, Chodoiri, Supeno, dan yang lain.
Ketua DPC PPP Kota Surabaya Buchori Imron tak hadir karena sedang menjalankan ibadah umroh bersama rombongan Dr KH Asep Saifuddin Chalim dan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa. Namun Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya itu memantau lewat WA group Caleg DPRD PPP Kota Surabaya. “Terimakasih. Barakallah alaik,” tulis Buchori Imron di WA group begitu Umi Nadiroh sebagai Ketua Panitia Harlah PPP Kota Surabaya ke-46 melaporkan terlaksananya acara yang digelar dengan tumpengan itu. (tim)
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News