SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Banjir yang menerjang kota delta belum juga surut. Dari pengamatan di lapangan pada Senin (21/1), sejumlah wilayah masih dikepung genangan. Seperti di Waru, Gedangan, Taman, serta Porong. Curah hujan yang tinggi serta pasang surut air laut menjadi penyebab.
Di Waru, genangan merendam jalan Reformasi. Pukul 10.00 WIB, air merendam akses tersebut. Bentangan air panjangnya mencapai 200 meter, ketinggiannya mencapai 30 cm. Tidak hanya jalan, air juga menggenangi perusahaan yang berlokasi di sisi kanan-kiri jalan.
Baca Juga: Cegah Banjir, TMMD Sidoarjo Tinggikan Jalan Lingkungan
Lokasi kedua yaitu di Desa Tambak Sawah. Di pintu masuk desa, air menggenang. Ketinggian air paling rendah 20 cm. Di bagian tengah, volume air semakin tinggi hingga mencapai 50 cm. Alhasil rumah warga terendam. Kendaraan roda dua yang melintas pun mogok.
Misalnya saja Tukas. Rumahnya terendam air sejak Senin malam kemarin (Minggu, 20/1). "Seluruh ruangan penuh air," paparnya.
Pria 45 tahun itu menjelaskan, banjir di Tambak Sawah memang menjadi persoalan tiap tahun. Setiap hujan deras, warga was-was. "Tidak ada penyelesaian," ucapnya.
Baca Juga: Peduli Warga Terdampak Banjir, PWI Sidoarjo Gelar Baksos
Banjir juga merendam perumahan. Yakni di Perumahan Kepuh Permai dan Wisma Tropodo Asri. Dua perumahan itu memang menjadi langganan banjir. Pukul 10.30 kemarin, ketinggian air mencapai 30 cm.
Zainul warga Wisma Tropodo menjelaskan, banjir menerjang seluruh blok. Jalan perumahan terendam. Untungnya dia sudah meninggikan halaman depan rumahnya. "Malas keluar rumah kalau banjir," ucapnya.
Di Porong, genangan air masih terlihat di Jalan Raya Porong. Lokasinya di pintu exit tol porong. Bentangan air memang sudah berkurang. Hari minggu kemarin berkisar 300 meter. Kemarin menyusut menjadi 200 meter.
Baca Juga: Polsek Tanggulangin Salurkan Bantuan Air Bersih di Desa Terdampak Banjir
Genangan di sisi timur jalan bekurang. Kendaraan roda dua bisa melintas. Namun, di sisi barat, air masih menggenang. Ketinggian air berkisar 30 cm.
Humas PPLS Hengky Listria Adi menjelaskan, pengurangan genangan memang belum maksimal. Hal itu disebabkan curah hujan yang tinggi. "Sudah dipompa, tapi ketambahan air hujan," tuturnya.
Menurut dia, selama ada genangan, jalan raya Porong masih tertutup bagi kendaraan. Pengendara diimbau melintas di jalan arteri porong.
Baca Juga: Tangani Banjir di Sidoarjo, BPBD Jatim Kerahkan Alat Berat
Banjir di kota delta tidak hanya merendam kawasan pinggiran. Dari pantauan muncul titik-titik genangan baru. Lokasinya di perkotaan.
Contohnya di Jalan Kutuk Sidokare. Tepatnya jalan di depan Liponsos. Air menggenangi jalan sepanjang 200 meter. Ketinggiannya mencapai 20 cm hingga 30 cm. Warga setempat memasang kursi kayu serta plang di tengah jalan. Tujuanya membatasi kendaraan yang melintas.
Tidak hanya jalan, genangan juga merendam perumahan Pondok Sidokare Asri. Mulai dari blok A,B,C,D,E dan J. Ketinggian air 30 cm.
Baca Juga: Siswa dan Guru Terdampak Banjir di Sidoarjo Terima Bantuan 1.000 Sepatu Boots
Suprianto, warga perumahan Sidokare Asri Blok J kemarin sore terlihat berjaga di depan rumahnya. Setiap pengendara yang melintas diminta mengurangi kecepatan. "Kalau kena kendaraan air masuk ke rumah," paparnya.
Air juga merendam terminal Larangan. Lahan parkir kendaraan penuh genangan. Warga yang hendak naik bus harus mencincing celana agar tidak kebanjiran.
Perkampungan pada penduduk di kota juga terendam. Seperti di Sidoklumpuk dan Gabahan Timur.
Baca Juga: Akibat Banjir di Tanggulangin Sidoarjo, Puluhan Siswa Terjangkit Penyakit Kulit dan ISPA
Sementara itu, Kabid Irigasi dan Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Bambang Tjatur mengatakan, ada empat penyebab banjir di Sidoarjo. Pertama curah hujan yang tinggi. Minggu lalu, curah hujan kawasan utara mencapai 100 liter per detik. Dampaknya Buntung meluap. "Batas maksimal hanya 80 liter per detik," ucapnya.
Curah hujan di kota juga tinggi. Dari data Dinas PU BMSDA mencapai 125 liter per detik. Alhasil, wilayah kota terendam air. "Selain itu kami buka tutup pintu air. Agar banjir tidak meluas," jelasnya.
Penyebab kedua yaitu pasang surut air laut. Bambang menjelaskan, sejak kemarin, permukaan air laut tinggi. Dampaknya, air dari sungai terhambat. "Puncaknya diperkirakan hari ini (kemarin)," ujarnya.
Baca Juga: Banjir di Tanggulangin Sidoarjo, Siswa Belajar di Masjid
Sedangkan penyebab ketiga normalisasi belum berjalan optimal. Sungai penuh sedimentasi. Bangunan liar (bangli) juga menjadi persoalan. Karena menghambat pengerukan sungai.
Bambang menjelaskan pihaknya sudah merancang solusi banjir. Ada dua upaya. Contohnya memasang pompa air di kali Buntung. Lokasinya di Kedungrejo. Pihaknya juga menyediakan pompa portabel. "Selain itu normalisasi," tuturnya.
Lantas kapan Sidoarjo bebas banjir? Bambang tidak bisa memastikan. Dinas PU BMSDA hanya mentargetkan mengurangi luasan genangan. "Target berkurang 200 hektar," ucapnya.
Baca Juga: Respons Cepat Imbauan Gubernur, BPBD Jatim Kirim Pompa Air ke Sejumlah Titik Banjir di Sidoarjo
Sementara itu, dewan menilai pemkab tidak serius mengani banjir. Misalnya dari sisi kegiatan. Program penanggulangan banjir dinas PU BMSDA hanya normalisasi. "Pengerukan sungai penting, namun pembenahan saluran lingkungan dan irigasi juga perlu," paparnya.
Selain itu, anggaran normalisasi juga minim. Tahun lalu nilainya Rp 80 miliar. Sedangkan tahun ini justru berkurang. "Hanya Rp 65 miliar. Kebutuhan mencapai Rp 175 miliar," paparnya.
Ketua Fraksi PDIP itu menambahkan, pemkab juga tidak konsisten. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pemkab merancang kegiatan penanggulangan banjir. Tidak hanya sebatas normalisasi. "Ada juga pembangunan pintu air dan embung tapi tidak segera diwujudkan," jelasnya.
Menurut Tarkit, jika program penanganan banjir tidak terealisasi, maka mustahil Sidoarjo bebas banjir. "Buktinya awal tahun ini sudah banjir," pungkasnya. (cat/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News