KOTA MADIUN, BANGSAONLINE.com - Kasus stunting (Tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur) di Kota Madiun masih cukup tinggi. Data Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes dan KB) merilis, hingga akhir tahun 2018 terdapat 995 balita atau 11,84 persen mengalami stunting.
Kepala Dinkes dan KB Kota Madiun, dr. Agung Sulistya Wardani di sela-sela Sarasehan Penanganan Masalah Gizi, Kamis (14/3/2019) mengatakan, angka tersebut masih dapat ditoleransi. Sebab badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menargetkan angka stunting di suatu wilayah tidak boleh lebih dari 15 persen. Menurut Wardani, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi balita mengalami stunting, di antaranya 30 persennya dari sisi kesehatan, 70 persen lainnya multisektor. Misalnya dipengaruhi kesehatan lingkungan, seperti mutu tanah dan air.
Baca Juga: Tingkatkan Sakip, Pemkot Madiun Lakukan Perjanjian Kinerja Perubahan di Jajarannya
Upaya mencegah stunting, pihak Dinkes melakukan pendampingan pada 1.000 hari pertama kehidupan. Artinya, sejak awal masa kehamilan, kondisi ibu harus bagus. Bahkan dinkes juga menerapkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sampai masa nifas. Selanjutnya, jika kondisi gizi ibu hamil kurang bagus, maka akan didampingi sampai lulus status gizinya.
Selain itu, pendampingan juga dilakukan saat melahirkan hingga anak usia 2 tahun. Dr. Wardani menjelaskan, jika stunting tidak segera ditangani, akan berdampak buruk, di antaranya mempengaruhi tumbuh kembang anak, pertumbuhan otak, dan ketahanan tubuh anak terhadap suatu penyakit terganggu.
“Imbauan kepada masyarakat, utamanya mulai kehamilan sampai dengan anak usia 2 tahun itu periode emas. Jadi mohon untuk mengikuti saran dari kesehatan dan juga berperilaku hidup bersih dan sehat. Contohnya buang air besar tidak boleh di jamban, karena itu bisa merugikan orang lain. Kemudian juga air itu harus yang bagus lah mutunya. Pengelolaan sampah saja juga mempengaruhi lingkungan,” ungkap Wardani.
Baca Juga: Loneng Jembatan Bok Malang Rusak, Ini yang Dijanjikan Dinas PUPR Kota Madiun
Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Madiun, Rusdiyanto menyatakan, balita yang mengalami stunting tersebar di seluruh kelurahan. Karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka stunting, di antaranya melalui program pemberian kecukupan gizi, imunisasi, perbaikan sanitasi, serta meningkatkan program posyandu.
“Seluruh upaya kita lakukan, program kegiatan yang ada di Pemkot Madiun yang selama ini sudah berjalan kita sinergikan, kemudian edukasi kepada masyarakat terus kita galakkan. Sehingga, mereka bisa memahami masalah stunting. Karena ini dampaknya luar biasa, bisa sampai merusak otak,” kata Rusdiyanto.
Rusdiyanto menjelaskan, pemkot akan melakukan evaluasi terhadap sejumlah program kesehatan yang dilakukan petugas Dinkes untuk menangani kasus stunting. Evaluasi akan dilakukan setiap semester untuk mengetahui progres penanganan stunting di Kota Madiun. (hen/rev)
Baca Juga: Mahasiswa dari Madiun Bagikan Pengalaman Bergabung dengan JKN: Lebih Tenang Hadapi Biaya Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News