BLITAR, BANGSAONLINE.com - Sebuah pondok pesantren di Kabupaten Blitar memiliki tradisi salat tarawih kilat. Disebut kilat karena pelaksanaan salat tarawih hanya berlangsung sekitar 10 menit untuk menyelesaikan 23 rakaat.
Tradisi terawih cepat itu dijalankan di Ponpes Mambaul Hikam, Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Pengasuh pondok KH Dliya'uddin Azzamzammi mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan lebih dari seabad. Diawali oleh kakeknya KH. Abdul Gofoer yang juga pendiri pondok pesantren pada tahun 1907.
Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
"Tradisi ini sudah dilakukan oleh mbah saya. jadi sudah lebih dari se abad. Dimulai sejak sekitar tahun 1907," ungkap KH Dliya'uddin Azzamzammi mengawali kisahnya, Jumat (10/5).
Dia menceritakan, sejarah dilakukanya salat tarawih kilat ini alasanya adalah agar masyarakat mau menjalankan salat tarawih. Menurut dia masyarakat zaman dahulu selalu bekerja dari pagi hingga sore. Karena lelah bekerja mereka kemudian meninggalkan salat tarawih di bulan Ramadan.
"Alasanya supaya masyarakat mau menjalankan salat tarawih. Kalau terawih terlalu lama akhirnya banyak yang tidak tarawih karena capek," ujar dia.
Baca Juga: Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem
Akhirnya salat tarawih dicepatkan agar masyarakat tetap mau beribadah menjakankan salat tarawih di bulan Ramadan, dan mereka tetap bisa bekerja dan waktu istirahat yang cukup.
KH Dliya'uddin Azzamzammi menambahkan, meski dilakukan super kilat namun pihak pesantren memastikan tidak ada rukun salat yang tertinggal. Salat tetap sah sesuai syariat hukum Islam.
"Tidak satu pun mengurangi syarat dan rukun salat bahkan tidak menghilangkan tuma'ninah," terang dia.
Baca Juga: Senyum Merekah Jamaah Pengajian Wisata Kampung Coklat Blitar Usai Dapat THR
Tradisi ini tetap dilestarikan hingga saat ini. Masjid yang berada di lingkungan Ponpes Mambaul Hikam ini tidak pernah sepi dari ribuan jamaah. Jamaah tidak hanya dari kalangan santri Ponpes Mambaul Hikam dan warga yang tinggal di sekitar lingkungan pondok, namun juga dari daerah lain seperti Kediri dan Tulungagung. (akina nur alana)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News