Amien Diruwat Karena Jadi Sengkuni, PAN Protes dan Lapor Polisi

  Amien Diruwat Karena Jadi Sengkuni, PAN Protes dan Lapor Polisi Pametri saat menggelar ruwatan di depan rumah Amien Rais, Kamis (16/10/2014). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)


YOGYAKARTA(BangsaOnline) Sikap politik pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang dinilai bertentangan dengan apa yang diucapkannya pada saat reformasi 1998 telah menjadi perhatian Masyarakat Pelestari Tradisi (Pametri). Paguyuban budaya Yogyakarta menilai Amien telah menjadi seperti Sengkuni, tokoh dalam kitab Mahabharata. Mereka pun menggelar ruwatan atau tradisi untuk lepas dari nasib buruk yang akan menimpa seseorang.

Menanggapi hal itu, politisi PAN Saleh Daulay menegaskan bahwa ruwatan tersebut provokatif dan telah melewati batas. Saleh mengatakan seharusnya kritik disampaikan secara santun. Praktik Ruwat dianggapnya mengandung muatan politik besar.

"Kegiatan itu juga disertai dengan penyebutan bahwa pahlawan reformasi itu sebagai 'sengkuni', suatu istilah yang sangat buruk dalam tradisi dan kebudayaan Jawa. Kegiatan itu dinilai jelas-jelas mengandung muatan politik yang sangat besar, terutama untuk mendegradasi ketokohan dan kepeloporan Amin Rais," tutur Saleh dalam keterangan tertulis yang disebar kepada sejumlah media di Jakarta, Minggu (19/10/2014).

Baca Juga: Mengingat Kembali Deklarasi Ciganjur, Pentingnya Menjaga Konstitusi dan Kedaulatan Rakyat

Menurut dia, apa yang dilakukan Pametri terhadap mantan Ketua MPR RI Amien Rais di depan rumahnya di Sawit Sari Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, Kamis (16/10), mengganggu suasana keluarga Amien Rais.

"Kalau demonstrasi seharusnya dilakukan pada tempatnya. Kemarin ada ratusan orang demo di depan rumah PAN, itu biasa saja. PAN tidak protes, bahkan aspirasi mereka didengar dan dibicarakan serius," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay di Jakarta, Minggu.

Saleh mengatakan aksi ruwatan itu tak pantas ditujukan kepada Amin Rais sebagai tokoh Muhammadiyah. Aksi itu dinilainya bertentangan dengan ajaran Muhammadiyah.

"Karena itu, para pelaku diminta untuk secara jantan mengucapkan permohonan maaf. Hal ini diperlukan demi menjaga ketentraman suasana kebatinan semua pihak," katanya.

Saleh juga menilai penyebutan sengkuni dalam aksi itu jelas-jelas bentuk provokasi. Dia pun mengecam aksi tersebut.

"Ruwatan yang dilakukan di depan rumah tokoh dan pendiri PAN Bapak Amien Rais dinilai sangat provokatif dan melewati batas. Apalagi sampai ada penyebutan Sengkuni yang sangat buruk dalam tradisi dan budaya Jawa," kata Saleh.

Selain itu, Saleh menilai kegiatan tersebut jelas mengandung muatan politik yang sangat besar, terlebih untuk mendegradasi ketokohan dan kepeloporan Amien Rais yang merupakan salah satu tokoh reformasi.

Menurut Saleh, setiap orang diperbolehkan menyampaikan kritik dan ketidaksetujuan. Namun, kritik dan ketidaksetujuan itu seharusnya disampaikan secara santun dan bertanggung jawab.

"Tujuan kritik adalah untuk membangun, bukan untuk mengerdilkan apalagi menghina," pungkasnya.

Sebelumnya, Pametri Yogyakarta mendatangi rumah tokoh Partai Amanat Nasional, Amien Rais, di Sawit Sari Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, Kamis (16/10/2014). Rombongan ini datang untuk menggelar ruwatan untuk Amien dan para wakil rakyat yang dinilai bersikap sebagai "Sengkuni", yaitu tokoh yang dikenal licik dan penghasut di dunia wayang.

Sunanda, koordinator aksi, mengatakan bahwa mereka sengaja menggelar acara ini karena menurut penilaian mereka, sebagai negarawan, sikap Amien Rais dinilai sudah melenceng dan telah mengingkari semangat reformasi.

"Jadi, kami ke sini untuk 'meruwat' Pak Amien Rais agar kembali bersih," ujarnya.

Pada pukul 11.15 WIB, rombongan Pametri dengan mengenakan pakaian adat Jawa dan membawa sesaji seperti pisang setangkep, bunga setaman, kurungan manuk (sangkar burung), dan dupa mulai berjalan menuju rumah Amien. Sesampainya di depan rumah mantan Ketua MPR RI tersebut, para anggota Pametri lantas duduk bersila.

Mbah Sukir sebagai sesepuh pun mulai memanjatkan doa-doa dengan bahasa Jawa yang intinya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bangsa Indonesia terhindar dari bencana dan orang-orang yang ingin merusak bangsa.

"Semoga Bapak Amien Rais lepas dari Sandikolo dan kembali bersih. Semoga bangsa ini terhindar dari bencana dan segala hal yang tidak baik. Semoga rakyat Indonesia bisa sejahtera," ucapnya.

Seusai mengucap doa, Mbah Sukir lantas mengambil pitik cemani atau ayam hitam, lalu dengan menggunakan gunting ia memotong sedikit bulunya. Setelah itu, ayam hitam tersebut dimasukkan ke dalam kurungan.

"Pemotongan bulu ayam cemani ini sebagai lambang melepaskan Sandikolo dari Pak Amien Rais," ujarnya.

Setelah itu, Mbah Sukir mengambil ayam berbulu putih lalu mengangkatnya sambil berteriak.

"Ini ayam putih melambangkan kebersihan kesucian. Semoga Bapak Amien Rais kembali bersih dan menjadi negarawan yang baik," ujarnya.

Pada adat Jawa, ruwatan adalah salah satu upacara agar orang terbebas dari segala macam kesialan dan bersih dari segala sifat jahat. Upacara ini sudah ada sejak nenek moyang dan masih terus dilestarikan sampai saat ini.

Ruwatan di depan pagar rumah berwarna biru tersebut digelar selama 30 menit. Setelah itu, rombongan paguyuban meninggalkan rumah Amien Rais menuju Tugu Yogyakarta. Kemudian massa Pamerti bergerak menuju Monumen Tugu Yogya untuk memainkan wayang dengan tokoh Sengkuni. Usai pagelaran wayang, massa selanjutnya melarung benda-benda yang digunakan ruwatan ke Sungai Code.

Ketua DPW Barisan Muda Penegak Amanat Nasional DIY, Damba Aktivis, melaporkan aksi ruwatan terhadap Amien Rais ke Polda DIY, Sabtu (18/10/2014).

Ia melaporkan Agus Sunandar, koordinator kegiatan dari Paguyuban Masyarakat Pelestari Tradisi (Pametri) itu. Menurut Damba, kegiatan yang dilakukan oleh Agus Sunandar bersama kelompoknya merupakan kegiatan yang bersifat menyebarkan pernyataan-pernyataan fitnah.

Misalnya, dalam kegiatan itu terlontar ungkapan bahwa Amien Rais sebagai sengkuni politik sambil membawa "ubo rampe" serta prosesi ruwatan.

Dalam kesempatan tersebut Damba juga menyertakan bukti-bukti berupa lampiran berita dari surat kabar Radar Jogja serta print out dari portal berita online seperti krjogja.com, antaranews.com, radarkogja.co.id, news.liputan6.com, solopos.com, regional.kompas.com, news.detik.com, dan merdeka.com.

Baca Juga: Sempat Ditolak, Sardjono Cerita Peliknya Perjuangan Daftarkan Partai Ummat di KPU RI

Sumber: merdeka.com/liputan6

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO