PACITAN, BANGSAONLINE.com - Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Sekkab Pacitan Joni Maryono menduga fenomena jatuhnya harga ayam di Pacitan disebabkan permainan kartel.
"Kami menduga adanya permainan kartel ayam dari pihak tertentu. Pemerintah pun masih sangat kesulitan mengurai masalah tersebut. Di satu sisi, konsumen memang sangat diuntungkan, bagitu pun para pedagang mereka tidak akan terdampak. Sebab ketika kulakannya murah, jualnya juga murah dan sebaliknya," tutur Joni seraya mengatakan jika kasus penurunan harga ayam tersebut sudah menjadi isu nasional.
Baca Juga: Soal Pemberian Keringanan Kredit, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pacitan Serahkan ke Perbankan
Menurutnya, yang paling terdampak adalah para peternak dan penyedia bibit ayam. Sebab di saat harga jual ayam hidup anjlok, harga pakan justru melambung. "Namun sekali lagi, ini mata rantai permainan kartel ayam. Di mana pemerintah sendiri masih kesulitan mengurai benang kusut tersebut. Konsumen dan pedagang tetap untung, namun peternak dan penyedia bibit ayam buntung," beber Joni.
Di sisi lain, Dwi, salah seorang pedagang daging ayam di Pacitan mengakui jatuhnya harga ayam di pasaran tidak terlalu mempengaruhi keuntungan yang ia dapatkan. Sebab sebagai pedagang, Dwi hanya mengikuti perkembangan harga. "Kalau turun, ya kulakannya murah, jualnya juga murah. Ya itu gara-gara pemberitaan di TV, akhirnya berdampak menurunnya harga," ujarnya saat ditemui di kiosnya di sepanjang jalan Gatot Subroto, Selasa (9/7).
Menurut Dwi, saat ini harga kulakan ayam hidup di tingkat peternak turun menjadi Rp 19.800 per ekor, dari sebelumnya Rp 23 ribu. Sedangkan harga jual daging saat ini Rp 35 ribu per kilogram (kg). "Dulu saat Ramadan dan Idul Fitri, saya jual Rp 45 ribu sampai Rp 50 ribu per kg. Sekarang turun jauh Mas (wartawan, Red)," tutur Dwi. (yun/rev)
Baca Juga: Harga Gula Pasir Kemasan Tembus Rp 22 Ribu per Kilogram
(Dwi, pedagang ayam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News