SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Dinas Perhubungan (Dishub) Sidoarjo merespons keluhan warga tentang keruwetan jalur alternatif akibat pembangunan jembatan di Jalan Raya Sukodono.
Kepala Dishub Sidoarjo Bahrul Amiq mengatakan, sebelum menentukan jalur alternatif, pihaknya juga telah melakukan kajian dan analisa di lapangan. "Tapi kebijakan itu kan tidak saklek. Jika dalam perjalanannya ternyata butuh perbaikan, tentu kami juga akan melakukannya," ujar Amiq, Selasa (23/7/2019).
Baca Juga: NasDem Sidoarjo Salurkan 4.369 Beasiswa PIP Jalur Aspirasi
Mendapat aduan bahwa jalur alternatif banyak dikeluhkan, pihaknya pun siap mengevaluasinya. Tim dari Dishub bakal dikerahkan untuk melakukan evaluasi dan menganalisanya.
"Jika memang harus ada perubahan, sangat mungkin kita lakukan. Penentuan jalur alternatif itu kan sifatnya diskresi," tandas mantan Kepala DLHK Sidoarjo tersebut.
Ya, sudah sekitar dua minggu ini jalan Raya Sukodono Sidoarjo tak bisa dilewati karena jembatannya dibongkar. Diperkirakan, proses pembangunan jembatan itu butuh waktu sekitar dua bulan. Untuk sepeda motor bisa lewat jembatan darurat dari gedhek yang dibangun di sebelah timur jembatan yang sedang dibongkar. Jaraknya sekitar 100 meter.
Baca Juga: Predator Anak Ditangkap di Sidoarjo
Karena lebarnya hanya sekitar 1,5 meter, pengendara motor pun harus bergantian saat melintasinya. Dari utara atau selatan, diatur bergiliran oleh warga di sana. Sementara untuk kendaraan besar, seperti mobil, truk, dan sebagainya, tetap harus memutar jauh. Dan selama ini pun kerap ada masalah.
Dari selatan, kendaraan harus belok ke kanan di dekat Polsek Sukodono. Sekitar 1,5 km ke timur kemudian belok kiri melewati Desa Suruh dan area persawahan di Dusun Lengki. Terus sampai ke Desa Klopo Sepuluh dan belok kiri ke pertigaan Dungus.
"Demikian halnya dari arah Utara, dari Dungus melewati jalan yang sama sampai tembus pertigaan sebelah Polsek Sukodono," ungkap Waluyo, warga Sukodono.
Baca Juga: Penasihat Hukum Terdakwa Kasus Pemotongan Insentif ASN BPPD Sidoarjo Minta APH Proses Pihak Terkait
Kondisi itu juga kerap dikeluhkan karena acapkali mengakibatkan masalah. Yang paling sering adalah truk atau mobil terperosok di persawahan Lengki ketika bersimpangan.
"Karena jalannya sempit. Dan ketika ada insiden, jalan antardesa yang sementara ini menjadi jalur utama itupun macet parah dari dua arah," ujar bapak dua anak ini.
Warga berharap, jalur itu hanya dimanfaatkan untuk jalan alternatif dari arah selatan saja. Sementara dari arah sebaliknya, diharapkan bisa memanfaatkan jalan melewati Desa Plumbungan kemudian ke Padmonegoro dan Pekarungan.
Baca Juga: Begini Pembelaan Gus Muhdlor dalam Sidang Korupsi Insentif ASN BPPD Sidoarjo
Jika jalan alternatif dari Utara dan Selatan dibedakan, diyakini bisa menekan potensi macet. Karena volume kendaraan di kawasan itu tinggi, sementara jalan alternatif yang dipakai selama ini terbilang kecil.
Sementara jembatan utama itu sendiri masih dalam proses pembongkaran. Alat berat terlihat beroperasi di sana, dan diperkirakan pembangunan butuh waktu sekitar dua bulan.
Menurut Kepala Dinas Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PU BMSDA) Sidoarjo Sunarti Setyaningsih, proyek pembangunan jembatan itu bakal berakhir atau rampung akhir Agustus nanti.
Baca Juga: Konvoi Diduga Pesilat Resahkan Kota Delta, Seorang Pemuda Jadi Korban
"Itu sesuai kontraknya. Progres di lapangan sekarang ini, setelah pemasangan box baru ada pekerjaan oprit yang menggunakan beton. Sehingga butuh sekitar minggu setelah pengecoran nanti, jembatan baru bisa dilewati," urai Naning, panggilan Sunarti Setyaningsih. (cat/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News