NGANJUK (bangsaonline)
Banyak orang salah menafsirkan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah, sama dengan proses penciptaan prestasi di bidang olah raga. Kesalahan tafsir ini menimbulkan kesalahan juga dalam metode atau cara mengajarkan pendidikan jasmani di sekolah.
Kesalahan penafsiran ini, kemudian menjadi evaluasi dan menjadi materi pembahasan pada acara presentasi Proses Kegiatan Pembelajaran pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes).
Baca Juga: Hari Terakhir Kampanye, Bunda Ita-Mbak Zuli Keliling Nganjuk Dikawal Rombongan Ledang dan Becak
Kegiatan dilakasanakan selama 1 hari dihadiri 40 orang guru olahraga. Bertempat di SDN Candirejo 2 Loceret,Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.
Hadir juga Kepala UPTD Tk/SD dan PLB Dinas Dikporada Kecamatan Loceret Suaji SPd MM, Kepala SDN Candirejo 2 Loceret Eddy Hartono SPd, dan pemberi materi Mohamad Subroto SPd.
Suaji mengatakan, pentingnya peningkatan profesionalitas bidang olahraga, khususnya prestasi pada bidang ini, harus mendapatkan perhatian serius. Kebanyakan di dunia pendidikan lebih mengutamakan pengembangan mata pelajaran lain terutama mata pelajaran yang menjadi materi UAN/ UNAS.
Baca Juga: Nganjuk Terima Penghargaan UHC Tingkat Provinsi Jatim di Acara Peringatan HKN 2024
Mereka menilai pendidikan jasmani kurang memiliki nilai yang prospektif ke depan. Hal ini mengakibatkan perkembangan pendidikan jasmani di Indonesia tersendat-sendat. “Saya berharap perlunya perhatian serius pagi para guru Penjasorkes, dalam peningkatan prestasi siswa di bidang olah raga,” kata Suwaji, kepada BangsaOnline, Selasa (18/11).
Ditambahkan, bahwa model pembelajaran tertentu hanya cocok untuk mencapai tujuan tertentu dan kurang sesuai untuk tujuan lain.Oleh karena itu, guru dituntut kreatif mencari model pembelajaran yang tepat sesuai tujuan yang dicapai.Namun demikian, hasil belajar juga tidak hanya tergantung dari metode pembelajaran yang dipakai oleh guru “Dengan presentasi ini, saya berkeinginan prestasi olahraga siswa bisa tercapai,” terang Suaji.
Sementara paparan presentasi yang disampaikan Mohamad Subroto, menandaskan, antara pendidikan jasmani dan prestasi olah raga sama-sama memiliki metode dan target namun metode dan targetnya agak berbeda. Meski begitu, pendidikan jasmani bisa dijadikan sebagai awal dari dimulainya metode atau proses penciptaan sebuah prestasi olah raga di sekolah, yang boleh jadi bisa dilanjutkan menjadi sebuah proses penciptaan prestasi secara nasional. “Model TGT yang saya presentasikan menjadi satu bahan penelitian dan hasilnya sangat memuaskan,” kata Subroto.
Baca Juga: Tembus Pasar LN dan Serap Tenaga Kerja Lokal, Khofifah Apresiasi Agrobisnis Bibit Buah di Nganjuk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News