SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pencetus Hari Santri Nasional (HSN), Gus Thoriq Darwis bin Ziyad heran terhadap A Muhaimin Iskandar (Cak Imin), ketua umum PKB, yang mengklaim sebagai panglima santri. Padahal Gus Thoriq sebagai pencetus HSN dan berjuang untuk mewujudkan gagasannya itu sampai diterima Presiden Jokowi tak mengklaim apapun.
“Saya tidak tahu, kok bisa (Cak Imin) mengklaim sebagai panglima santri, sedang saya sebagai hansip…..hansip santri,” kata Gus Thoriq, pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Banjar Rejo Pagelaran Malang Selatan Jawa Timur kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (15/10/2019).
Baca Juga: Polri Uji Coba Syarat Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM di Malang Raya
(Jokowi dan Gus Thoriq (paling kanan) menunjukkan surat kontrak politik di bawah sumpah untuk menetapkan Hari Santri Nasional. foto: Istimewa/ BANGSAONLINE.com)
Gus Thoriq memang penggagas awal HSN. Ia bahkan memperjuangkan HSN sejak 2011. “Awalnya saya mengundang 100 lebih pondok pesantren. Saya mengundang Gus Dur untuk deklarasi Hari Santri Nasional (HSN) di rumah. Gus Dur siap rawuh (datang) dengan catatan tidak ada halangan,” kata Gus Thoriq.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Tapi, kata Gus Thoriq, pas hari H Gus Dur sakit. “Gus Dur drop, sakit gigi,” kata Gus Thoriq. Gus Dur mengutus putrinya, Zannuba Arrifah Chafsoh yang akrab dipanggil Yenny Wahid.
“Neng Yenny hadir bersama suaminya. Saat itu masih manten baru,” tutur Gus Thoriq. Selain Yenny, hadir juga KH Kholil As’ad dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang saat itu menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur.
“Tapi saat itu gak ada respons,” ungkapnya. Menurut dia, baik Yenny maupun Gus Ipul, tak terlalu paham maksud gagasan Gus Thoriq. “Tidak ngerti. Karena saya bicaranya kan dengan Gus Dur,” kata Gus Thoriq.
Baca Juga: Sinergi BPJS Kesehatan dan Poltekkes Malang Sukseskan Program JKN
(Jokowi dan Gus Thoriq berangkulan saat berkunjung ke PP Babussalam di Malang Selatan Jawa Timur. foto: Istimewa/ BANGSAONLINE.com)
Yang merespons justru Anas Urbaningrum yang saat itu menjabat Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Bahkan Anas kemudian mengangkat Gus Thoriq sebagai Ketua Majelis Pembina Daerah (MPD) Partai Demokrat Malang.
Baca Juga: Rasakan Manfaat JKN Usai Kecelakaan, Peserta Asal Malang ini Ajak Terapkan Pola Hidup Sehat
Uniknya, ketidakhadiran Gus Dur karena sakit gigi justru dimanfaatkan para penjudi togel. “Nomor gigi jadi rebutan. Saat itu kan musim togel,” kata Gus Thoriq sembari tertawa. Ternyata nomor gigi itu banyak yang tembus. “Barokahnya Gus Dur,” canda Gus Thoriq. Lagi-lagi ia tertawa.
Meski minim respons, tapi Gus Thoriq tak patah arang. Ia terus memperjuangkan gagasannya itu. “Pada 2012 gagasan Hari Santri ditangkap pihak rektorat Unej (Universitas Jember),” tutur Gus Thoriq.
Tapi lagi-lagi acaranya tak sukses. Karena undangan banyak yang tidak datang. Termasuk KH Said Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU. “Pak Said tak hadir,” katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga diundang tapi tak hadir. Yang hadir hanya pengurus NU Jember.
Baca Juga: Peserta JKN di Malang Rasakan Manfaat Nyata Layanan PANDAWA
“Pokoknya yang kita usahakan lewat birokrasi tumpul,” kata Gus Thoriq sembari mengatakan bahwa SBY tak merespons.
Gus Thoriq akhirnya terlibat lobi dengan elit PDIP. Gus Thoriq bahkan bersedia pindah dari Demokrat ke PDIP, dengan dua syarat. “Pertama Hari Santri diperjuangkan secara bersama-sama untuk menjadi Hari Santri Nasional. Kedua, PDIP mau mencalonkan Pak Jokowi sebagai presiden. Saat itu Pak Jokowi baru dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta,” kata Gus Thoriq.
Elit PDIP setuju. Bahkan Jokowi akhirnya datang ke Pesantren Babussalam, milik Gus Thoriq di Malang Selatan. Nah, saat acara di pesantren yang diasuh Gus Thoriq itulah, Jokowi diminta menandatangani kontrak politik untuk menetapkan HSN di bawah sumpah.
Baca Juga: Sapa Pedagang di Pasar Besar Malang, Khofifah Panen Doa untuk Menang di Pilgub Jatim 2024
“Saya bilang pada Pak Jokowi kontrak politik Hari Santri Nasional itu di bawah sumpah,” kata Gus Thoriq. Jokowi setuju. “Jokowi bersumpah atas nama Allah Ta’ala di atas podium bahwa 1 Muharam akan dijadikan Hari Santri Nasional,” kata Gus Thoriq.
Pada 2015, Presiden Jokowi mengeluarkan Kepres no 22/2015 menetapkan 22 Oktober sebagai HSN. Namun, kata Gus Thoriq, masih ada sumpah yang dilanggar oleh Jokowi sehingga selama ia jadi presiden Indonesia selalu muncul masalah bahkan bencana. Apa itu? Baca berita tentang ini di BANGSAONLINE.com. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News