Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
78. Aqimi alshshalaata liduluuki alsysyamsi ilaa ghasaqi allayli waqur-aana alfajri inna qur-aana alfajri kaana masyhuudaan.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
TAFSIR AKTUAL
Dua tafsiran di atas tidaklah kontradiktif, melainkan saling melengkapi. Para ulama' kemudian mengompromikan dua tafsiran ini menjadi satu kesatuan ibadah yang bagus. Yakni pada shalat shubuh, setelah baca al-fatihah disunnahkan membaca al-qur'an panjang, baik surah atau ayat.
Itulah yang dimaksud "min sunan al-mursalin, thul al-qira'ah". Tradisi nabi-nabi terdahulu yang kemudian dilanjutkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, tabi'in, dan al-salaf al-shalih membaca ayat-ayat atau surah panjang ketika menjadi imam shalat shubuh.
Soal shalatnya nabi-nabi terdahulu, yang jelas mereka shalat dan memerintahkan keluarga dan kaumnya shalat. Maryam:54-55 menuturkan bahwa nabi Isma'il A.S. berbuat begitu. Begitu pula Maryam: 31 menuturkan bahwa nabi Isa ibn Maryam A.S. diperintahkan shalat, bukan menyanyi dengan iringan musik.