Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
79. Wamina allayli fatahajjad bihi naafilatan laka ‘asaa an yab’atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.
TAFSIR AKTUAL
Jangan tergesa-gesa marah membaca judul di atas. Tidak ada maksud menyinyir presiden kita, apalagi merendahkannya. Sejenak fokuskan pikiran anda kepada pesan tafsir aktual surah studi ini, Bani Israil. Surah ini mengajarkan banyak hal tentang kemanusiaan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Betapa tidak, awal-awal sudah dinyatakan bahwa peristiwa isra' nabi Muhammad SAW yang begitu supra rasional masih mengandung keberkahan bagi umat manusia, khususnya di seputar al-masjid.
Bayangkan, tengah-tengah mengangkat kebrutalan dan kejahatan Bani israil terhadap umat manusia, pada ayat ketujuh Tuhan masih berkenan menasihati: "siapa berbuat baik kepada orang lain, berarti berbuat baik untuk diri sendiri". In ahsantum ahsantum li anfusikum.
Bla bla bla.. hingga kelipatan sepuluh kali dari ayat ke-7 tersebut, yakni ayat ke-70, diangkat martabat anak manusia yang sangat terhormat dan mulia. Dengan bahasa sumpah, Tuhan menyatakan itu. Tidak saja mulia di daratan, mulia pula di lautan. "walaqad karramna bani Adam wa hamalnahum fi al-barr wa al-bahr.."
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Lalu, pada ayat studi ini (79), manusia diarahkan menuju kehormatan hakiki di sisi-Nya. Tuhan menggiring mereka ke ruang ilahiyah yang eksklusif dan super pristesius. Mengerjakan shalat tahajjud di keheningan malam, Tuhan pasti menganugerahi posisi terpuji di samping-Nya. "..‘asaa an yab’atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan". So?
Alhamdulillah, kita sudah menyelesaikan pesta demokrasi akbar 2019, paling spektakuler di sepanjang perjalanan demokrasi negeri ini, bahkan terhebat dan terkronis di dunia. Kronis opo?
Bayangkan, sampai tulisan ini diturunkan sudah ada lebih dari 550 orang anggota KPPS dan sekoncoannya mati setelah ngurusi pemilu. Diperkirakan ribuah yang jatuh sakit, entah permanen atau tidak. Pemerintah memberi santunan sekadarnya dan memuji sebagai pahlawan demokrasi. Dulu, ketika korban masih sedikit, televisi corong pemerintah mengabarkan sebentar, lalu lenyap setelah korban sangat besar.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Tentang sebab kematian, dikesankan karena kelelahan, titik. Sementara para ilmuwan yang berkompenten mendesak hendaknya ada penelitian secara konferhenshif dan melibatkan banyak pihak. Penelitian yang tuntas dan berhikmah. Sebab kematian tidak sesederhana itu. Ini tragedi besar dan sifat sakitnya bervariasi. Ada yang stres berat, ada yang hendak bunuh diri dan lain-lain.
Tapi, - sekali lagi- pemerintah sepertinya terkesan mentup telinga. Setidaknya sampai tulisan ini diturunkan tidak ada niat baik pemerintah melakukan itu. Malah lebih fokus pada pemindahan ibu kota. Proyek raksasa yang menghabiskan dana lebih dari Rp 400 triliun itu tentu saja lebih menarik syahwat pejabat. Enak yang membelanjakan, tidak enak yang bayar utang.
Lalu, bandingkan dan bandingkan ketika ada laporan hewan mati mendadak di sebuah daerah. Ada puluhan sapi mati mendadak, ada kambing mati mendadak, ratusan ayam mati mendadak, bebek, ikan, dan lain-lain. Waw, bapak presiden turun tangan dengan memerintahkan menteri terkait dan segenap jajaran agar segera ngurusi, meneliti, dan memberesi. (?)
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News