KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Buah apel memang menjadi ikon Kota Batu karena sebagian besar pertanian di Kota Batu didominasi komoditas apel, khususnya di daerah Kecamatan Bumiaji. Salah satu contoh Desa Bulukerto. Di wilayah ini sektor pertanian yang paling dominan adalah pertanian apel dan jeruk.
Namun setelah ditelusuri lebih dalam, petani di RT 05 RW 03 Dusun Buludendeng, Desa Bulukerto tak hanya menanam apel. Mereka juga menanam kopi jenis arabica di bawah tegakan atau sela-sela pohon apel milik mereka.
Baca Juga: Resmikan Desa Berdaya dan Kandang Komunal, Pj Wali Kota Batu Apresiasi Masyarakat Sumbergondo
Oktavian Dwi Suhermanto (23 tahun) yang merupakan salah satu petani Dusun Buludendeng menjelaskan, bahwa penanaman kopi di bawah tegakan apel tersebut bukanlah tanpa alasan.
Ia mengatakan, metode penanaman ini merupakan salah satu inovasi yang membuat hasil dari kopi tersebut memiliki aroma kesegaran apel, sehingga kopi tersebut memiliki cita rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati. Menurutnya, kopi dapat menyerap aroma di sekitarnya.
“Awalnya, ide menanam kopi di tegakan pohon apel ini berawal dari ayah saya pada 2013 lalu. Tepatnya saat itu ayah saya mendapatkan bantuan dari Pemkot Batu berupa bibit kopi. Saat itu, ayah saya bingung mau ditanam di mana. Akhirnya ayah saya punya inisiatif untuk menanam bibit kopi tersebut di tegakan atau sela-sela tanaman apel di lahan kami,” ujar Herman, sapaan akrabnya. Selasa (12/1).
Baca Juga: Masifkan Tangani Sampah, Pemkot Batu Tambah dua Mesin Incenerator di 2 Kelurahan ini
Ternyata, penanaman kopi tersebut sama sekali tidak mempengaruhi pertumbuhan apel, dan begitu juga sebaliknya. Menurut Herman, adanya tanaman apel ini malah menguntungkan bagi tanaman kopi, karena sejatinya tanaman kopi ini butuh naungan, atau tidak boleh langsung terkena sinar matahari. Selain itu, unsur hara dari tanaman kopi dan apel juga memiliki perbedaan. Hal ini dapat ditinjau dari segi perakaran kopi maupun apel. Kalau perakaran kopi biasanya berada di permukaan tanah, karena perakarannya dangkal. Sedangkan perakaran apel berada di dalam tanah, karena akar tunggaknya besar.
“Di sini kami menanam jenis kopi arabica dengan beberapa varietas, seperti line-S, kartika, S795, dan beberapa varietas lainnya. Kenapa kita kok gak menanam single varietas? karena jika satu varietas terkena hama penyakit, maka semua tanaman kopi varietas tersebut juga akan mengalami hama dan penyakit yang sama. Kalau kita menanam berbagai varietas, maka jika satu varietas mengalami penyakit hama, beberapa varietas lainnya biasanya kuat terhadap penyakit hama tersebut,” tuturnya.
Herman menjelaskan, cara penanaman di bawah tegakan apel ini menghasilkan cita rasa kopi yang unik. Ia pun berinisiatif mendirikan destinasi wisata edukasi bertajuk Kampung Kopi Aroma Apel Desa Bulukerto bersama dengan beberapa masyarakat sekitar. Lebih jelasnya, kampung kopi ini akan menyuguhkan beberapa edukasi kopi, mulai proses penanaman, hingga berakhir dalam pengemasan produk kopi.
Baca Juga: Hadapi Nataru 2024/2025, Pemkot Batu Gelar Rakor Forum Lalin dan Angkutan Jalan
“Kampung Kopi Aroma Apel ini masih terbilang baru didirikan, tepatnya pada bulan April 2019 lalu. Intinya, nanti di sini kita akan memberikan edukasi mulai pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan kopi secara tradisional dan modern, serta tak lupa kita disuguhi dengan produk olahan kopi tersebut supaya bisa mengetahui secara pasti cita rasa unik produk kopi kami. Apalagi di daerah Desa Bulukerto ini berada di kaki Gunung Arjuno, sehingga pastinya di sini juga menyuguhkan keindahan panorama dan hijaunya alam yang tak kalah menarik dibanding daerah lainnya,” pungkasnya. (asa/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News