TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Berlian Nuraini Latifah, pasien Deman Berdarah yang sebelumnya dirawat di RSUD Trenggalek dikabarkan meninggal dunia.
Kabar meninggalnya siswi kelas 9 SMPN 2 Trenggalek, dibenarkan Triana Estiningrum (48 th), orang tua almarhumah. Kepada wartawan saat diwawancarai di rumahnya RT 06 RW 02 Desa Rejowinangun, Kecamatan Trenggalek, Triana Estiningrum menyampaikan kekecewannya terhadap pelayanan RSUD Trenggalek.
Baca Juga: Basmi Nyamuk DB, Dinkes Kolaborasi dengan Satgas DPC PDIP Trenggalek Gelar Fogging dan PSN
Ia menceritakan kronologi putrinya sebelum meninggal dunia. Ketika itu, Senin 3 Februari, sepulang dari sekolah Berlian Nuraini Latifah merasa tidak enak badan dan merasa pusing. Oleh Triana, Berlian diperiksakan ke Dokter terdekat. "Hasilnya kata dokter anak saya ini cuma kecapekan," kata Triana, Jumat (14/2).
Seiring berjalannya waktu, kondisi kesehatan Berlian semakin memburuk dan kemudian dilarikan ke Puskesmas terdekat. Dari hasil diagnosa yang dilakukan oleh Puskesmas, Berlian disarankan segera dirujuk ke RSUD Trenggalek.
"Jadi pada hari Kamis tanggal 6 itu, anak saya masuk Rumah Sakit (RSUD) Trenggalek," ceritanya.
Baca Juga: 3 Warga Trenggalek Meninggal Akibat DB, Komisi IV segera Panggil Dinkes dan RSUD
Saat berada di RSUD Trenggalek, Triana dan suaminya Anang Budiatmaji (52 th) harus menunggu 5 jam untuk mendapat layanan kesehatan bagi putrinya yang kondisinya terus memburuk.
Kemudian pada hari Jumat tanggal 7 Februari 2020, saat berada di ruang Arjuna RSUD Trenggalek, kondisi kesehatan Berlian semakin parah. Triana mengungkapkan, dari mulut dan hidung putrinya mengeluarkan darah.
Ia lantas meminta perawat agar menangani anaknya. Namun jawaban perawatan saat itu membuat Triana jengkel. "Itu biasa kalau yang namanya Demam Berdarah ya seperti itu," kata Triana menirukan kata-kata sang perawat kepada bangsaonline.com sembari menahan isak tangis.
Baca Juga: Dua Orang di Trenggalek Meninggal Akibat Nyamuk
Melihat kondisi yang semakin parah, kemudian pada hari Sabtu (8/2), dokter yang menangani Berlian meminta agar almarhumah diberi 6 ampul darah jenis golongan darah AB.
"Setelah diberi 6 ampul darah, Trombosit anak saya semakin menurun, wah semakin cemas saya saat itu," ceritanya.
Kemudian pada Minggu (9/2) pagi, Dokter meminta perawat yang jaga saat itu untuk memberi lagi 4 ampul darah pada Berlian melalui pesan WhatApps. Namun sayangnya, perintah dari dokter tersebut baru diketahui oleh perawat beberapa jam kemudian atau tepatnya siang hari.
Dengan terlambatnya perawat membuka pesan dari Dokter, Triana menyimpulkan bahwa penanganan terhadap kondisi kesehatan putrinya saat itu sudah terlambat.
Triana pun akhirnya menolah perintah dokter yang meminta agar putrinya diberi 4 ampul darah lagi. Triana khawatir, trombosit anaknya akan semakin menurun seperti setelah diberi 6 ampul darah pada sebelumnya.
"Ya kalau memang tidak mau mengikuti perintah dokter ya silakan," kata Triana kembali menirukan ucapan perawat saat dirinya menolak putrinya diberikan 4 ampul darah.
Mendapati pernyataan seperti itu, Triana dan suami akhirnya terpaksa menandatangani surat pernyataan dari manajemen RSUD untuk membawa pasien pulang sebelum waktunya.
Saat itu, hari Minggu tanggal 9 Februari sekitar pukul 14.00 WIB, Triana dan suami akhirnya membawa pulang almarhumah ke rumahnya Desa Rejowinangun. Tak berselang lama, sekitar dua jam kemudian, tepatnya pukul 16.00 WIB, Berlian akhirnya meninggal di pelukan bundanya. (man/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News