Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
8. Wa-innaa lajaa’iluuna maa ‘alayhaa sha’iidan juruzaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.
TAFSIR AKTUAL
Ayat sebelumnya bertutur tentang bumi yang amat subur, produktif dan nikmat. Kekayaan bumi dengan segala macamnya disediakan buat umat manusia. Semua itu bukan sekadar untuk dinikmati, melainkan sebagai ujian bagi mereka. Siapa yang terjerat di dalam kemewahan, maka neraka balasannya. Siapa yang memanfaatkan untuk akhirat dengan mengambil dunia secukupnya, maka surga tempat tinggalnya.
Ayat studi ini mengimbangi paparan bumi mewah tersebut dengan mengedepankan, bahwa Tuhan juga menjadikan bumi ini penuh tanah, debu, tapi tandus dan tidak produktif. Tiada pepohonan, tanaman maupun rerumputan yang bisa tumbuh di atasnya. Manusia bisa mati kelaparan di situ. Apa maunya Tuhan dengan kalam-Nya ini?