Nah, cara-cara seperti itu, kata Gubernur Khofifah, bukan budaya kita. Apalagi para kiai dan nyai. “Kita kan tidak bisa melakukan seperti itu,” kata Gubernur Khofifah.
Bahkan, menurut Gubernur Khofifah, dalam pemilihan gubernur pun dirinya tak pakai buzzer. Hingga sekarang. Meski demikian ia menyadari bahwa buzzer adalah realitas dunia sekarang. "Itu dunia sekarang," katanya.
Dalam teori ilmu komunikasi, kata Gubernur Khofifah, fenomena itu dinamakan post truth atau pasca kebenaran. “Jadi yang kita hadapi hari ini adalah dunia pasca kebenaran,” kata Gubernur Khofifah.
Mantan menteri pemberdayaan perempuan dan kepala BKKBN pada era Presiden Gus Dur itu menjelaskan bahwa post truth adalah tercerabutnya akar kebenaran. "Era pasca kebenaran," katanya. Konsekuensinya, muncul disrupsi kebenaran. “Disrupsi ekonomi, disrupsi nilai, disrupsi kepercayaan,” katanya.
“Yang muncul adalah ketidakbenaran,” tegasnya lagi sembari menyatakan bahwa post truth kini melanda semua dunia. Termasuk Indonesia. “Ini PR kita,” kata gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu. Karena itu dalam pengawalan pembangunan harus ada tim baru.
Merespon paparan Gubernur Khofifah, Kiai Asep mengaku mendapat gambaran yang seram. “Tapi indah,” kata Kiai Saifuddin Chalim. Karena, kata Kiai Asep, Ibu Khofifah berkenan menyampaikan itu kepada para kiai yang tulus.
Acara itu diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh KH. Afifuddin Muhajir, KH. Mas Manshur, dan Kiai Asep sendiri. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News