SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag sebagai warga Surabaya mengaku ikut malu karena terjadi kericuhan akibat mobil mesin laboratorium khusus polymerase chain reaction (PCR) bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Karena itu, pengasuh Pondok Pesatren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu siap membantu dan urunan membeli mobil tersebut.
Baca Juga: Khofifah: Tahun Baru Jadi Momentum Refleksi, Waspada Cuaca Ekstrem saat Liburan
“Saya siap membantu (nyumbang). Mobilnya kan HIACE. Harga mobilnya paling setengah miliar. Lalu alat-alatnya berapa. Paling Rp 1 miliar. Saya nyumbang berapanya. Saya kira uang segitu gak usah dipermasalahkan. Gak usah ribut-ribut. Malu. Kepala dinas sosialnya aja suruh ke sini. Yang penting, jangan sampai ada kericuhan, pertengkaran. Harus saling sabar. Menahan diri. Masyarakat juga yang sabar. Nggak boleh mengolok-olok wali kota. Gak boleh mengolok-olok gubernur. Malu!,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com usai menggelar salat malam dan istighatsah untuk menghilangkan Covid-19 di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Sabtu (30/5/2020) malam.
(Salat malam dan istighatsah di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Sabtu (30/5/2020) malam. foto: MMA/ bangsaonline.com)
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
Kenapa Kiai Asep mau menyumbang? “Saya warga Surabaya. Saya sebagai warga Surabaya kan ikut malu. Rame kayak gitu. Bu Risma sebagai wali kota kan juga malu,” kata kiai miliarder yang pada bulan suci Ramadan lalu membagikan 300 ton beras dan 40.000 sarung, serta uang Rp 50 ribu per orang bagi relawan penanganan Covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi virus Corona.
Kiai Asep ingin Jawa Timur segera memasuki new normal. Nah, kuncinya, bagaimana penyebaran covid-19 di Surabaya dan Sidoarjo ini bisa ditekan. Sebab, penyebaran terbesar Covid-19 di Jawa Timur adalah Surabaya dan Sidoarjo. “Kan 70 persen terbanyak Surabaya dan Sidoarjo,” katanya.
Menurut Kiai Asep, dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus menahan diri. “Harus bersabar. Kalau sabar, pasti akan ada jalan keluarnya,” kata kiai miliarder yang dikenal dermawan itu.
Baca Juga: Khofifah Raih Penghargaan dari Kementerian PPPA di Puncak Peringatan Hari Ibu 2024
(Salah satu tumpukan beras dari 300 ton yang dibagikan kepada para relawan penanganan Covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi virus corona di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur. foto: MMA/bangsaonline.com)
Ia berharap tatanan hidup baru atau new normal segera diberlakukan di Jawa Timur. “Itu penyelamatan kehidupan,” kata Kiai Asep yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya. Sebab, jika tidak, berarti tak ada kehidupan. Tapi syaratnya, kata Kiai Asep, penyebaran covid-19 harus bisa ditekan. Terutama di Surabaya dan Sidoarjo. "Di daerah lain di Jawa Timur kan kita sudah berhasil," kata Kiai Asep. Jadi tinggal Surabaya dan Sidoarjo.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Karena itu ia tadi malam mengumpulkan para kiai dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik untuk salat malam dan istighatsah. “Salat malam dan salat istighatsah ini khusus Surabaya, Sidoarjo dan Gresik,” kata Kiai Asep yang mantan anggota DPRD Kota Surabaya itu.
Dalam istighatsah itu, Kiai Asep beserta para kiai mendokan para kepala daerah dan tenaga medis, serta semua yang terlibat dalam penangan Covid-19. Saat mendoakan, bahkan Kiai Asep menyebut satu per satu tiga kepala daerah (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) itu, disamping juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Presiden Jokowi, dan Wapres KH Ma’ruf Amin. Kiai Asep bersama para kiai bermunajat agar mereka diberi kekuatan, kesabaran dan mampu menyelesaikan covid-19 itu.
Acara istighatsah dan doa bersama itu dilaksanakan setelah salat malam. Doa itu dipimpin secara bergantian oleh Prof Dr Riwan Nasir (Ketua Yayasan Khadijah Surabaya), Dr KH Muhammad Sudjak (Kepala Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya), Drs KH Muhammad Roziqi (Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur dan para kiai lain dari Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Kiai Asep memimpin doa pamungkas. Ia juga membaca hizib nashar agar semua pihak tetap berada di jalan yang benar dalam menangani virus corona. “Kalau ada yang main-main dan menari-menari di atas bangkai orang lain, ya hizib nashar ini,” katanya.
Seperti diberitakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini marah besar. Dan kemarahan itu dipertontonkan di depan publik. Risma – panggilan Tri Rismaharini – marah-marah terkait mobil mesin labolatorium khusus polymerase chain reaction (PCR) bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurut dia, mobil PCR itu diperbantukan khusus untuk Kota Surabaya, tapi dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Namun, klaim Risma itu langsung dibantah oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Suban Wahyudiono. Ketua Rumpun Logistik Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur itu menjelaskan kronologi bantuan mobil tes corona tersebut.
"Bantuan mobil BNPB ditujukan ke Provinsi Jatim. Gugus Tugas Jatim bersurat ke Gugus Tugas Pusat," kata Suban Wahyudiono dalam jumpa pers di Gedung Negara Grahadi , Jumat (29/5/2020) malam
Bunyi surat itu, menurut dia, perihal permohonan dukungan percepatan penegakan diagnosis Covid-19. Di mana ada 15 unit yang diminta oleh Pemprov Jatim. "Di samping surat, gubernur telepon ke Jenderal Doni Monardo beserta Pangdam soal bantuan mobil PCR," lanjut Suban kalem, tanpa ekspresi kemarahan.
Baca Juga: Tinjau Posko OMC, Pj Gubernur Adhy: Upaya Kurangi Dampak Cuaca Ekstrem di Daerah Rawan Banjir
Tak hanya Suban Wahyudiono yang mementahkan klaim Risma. Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyudi akhirnya juga angkat bicara.
Joni menjelaskan bahwa bantuan itu bukan untuk Surabaya, melainkan Jatim. Bahkan Joni mengatakan bahwa bantuan itu tiba atas permintaan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menelepon langsung Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Letjen TNI Doni Monardo.
"Mana yang diserobot. Nggak ada serobot-serobot," kata Joni, Jumat (29/5). "Memang mobil itu yang mintakan Ibu Gubernur dan Pak Pangdam yang memintakan langsung ke Gugus Tugas Pusat."
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Gubernur Khofifah juga menyatakan Pemprov Jawa Timur mendapat bantuan dua mobil PCR dari BNPB. Satu mobil PCR bernomor polisi B-7190-TDB diserahterimakan kepada Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur pada Rabu siang, 27 Mei.
Adapun satu mobil lainnya diterima sehari setelahnya. Khofifah menyatakan dua mobil lab PCR jatah Kota Surabaya dari BIN, bukan BNPB.
"Empat lab di Surabaya. Mobil (bantuan) BIN juga di Surabaya. Sangat cukup. Yang lain jauh dari lab sama urgent-nya," kata Khofifah dikutip Tempo, Jumat, 29 Mei 2020. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News