Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
22. Sayaquuluuna tsalaatsatun raabi’uhum kalbuhum wayaquuluuna khamsatun saadisuhum kalbuhum rajman bialghaybi wayaquuluuna sab’atun watsaaminuhum kalbuhum qul rabbii a’lamu bi’iddatihim maa ya’lamuhum illaa qaliilun falaa tumaari fiihim illaa miraa-an zhaahiran walaa tastafti fiihim minhum ahadaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.
TAFSIR AKTUAL
Dalam ilmu nahwu (tata bahasa arab), hitungan itu dibahas tersendiri, yakni bab "al-'Adad wa al-Ma'dud". Angkanya dimulai dari tiga ke atas dengan kaedah sendiri-sendiri sesuai pengelompokan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Angka tiga sampai sepuluh disebut 'adad mufrad. Angka belasan, 11- 19 disebut 'adad murakkab. Puluhan, dua puluh, tiga puluh hingga sembilan puluh disebut al-'iqd atau al-uqud. Ratusan ke atas disebut al-mi'un yang aturannya sama dengan ribuan atau al-uluf.
Jika angka berjajar, semisal 9.999 (Sembilan Ribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan), maka bahasa arabnya disajikan dua pilihan : Pertama, bi al-Rutbah al-Kubra (dimulai dari angka terbesar), seperti urutan pengucapan di atas. Jadinya: Tis'ah Alaf wa Tis' Mi'ah wa Tis'ah wa Tis'un. Dan ini yang populer. Kedua, bi al-Rutbah al-Shughra (dari angka terkecil). Jadinya: Tis'ah wa tis'un wa Tis' Mi'ah wa Tis'ah Alaf.
Sementara angka satu dan angka dua lazimnya tidak dimasukkan dalam bab ini. Karena angka satu sama dengan kaedah isim mufrad dan angka dua ikut aturan isim tatsniah. Bahasa al-qur'an mengisyaratkan itu. ... La tattakhidzu Ilahiani itsnaini, (innama huw ) ilah wahid (al-Nah:51). Jika mau detail, silakan ngaji ilmu nahwu.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Meski demikian, ayat kaji kita (22), yang berbunyi "..Rabi'uhum, Sadisuhum, Tsaminuhum" menggoda untuk dibahas. Masuknya di bab al-Adad 'ala Wazn Fa'il atau hitungan YANG KE.., hitungan yang menunjukkan urutan sesuatu dalam sebuah deretan kelompok. Disebut Wazn Fa'il karena bentuk katanya ikut wazan (model) FA'IL. Wahid (yang pertama), Khamis (ke lima), Tsamin (ke delapan), 'Asyir (ke sepuluh) dan seterusnya.
Seperti pada ayat kaji ini. Disebutkan, sebagian mereka berkata: "bahwa jumlah personal pemuda goa sebanyak lima orang dan yang ke enam adalah anjing mereka. Ayatnya berbunyi: ... Khamsah, Sadisuhum Kalbuhum. Atau ada empat orang: A, B, C, dan saya yang ke empat. Bahasa arabnya: .. Ana al-Rabi'.
Untuk angka belasan atau 'adad murakkab yang harus dibentuk ikut wazan "FA'IL" hanya shadr (angka satuan)nya saja. Jadinya: al-Hady, al-Tsany, al-Tsalits, al-Tasi'). Sedangkan 'ajz atau angka puluhannya (asyrah, asyar) tetap. Contoh, orang yang ke lima belas. ".. al-khamisah 'Asyar atau al-Khamis 'Asyrah". Mudzakar and mu'annatsnya dilihat al-ma'dud yang mendampingi.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Tentang i'rab (bacaan) pada 'adad murakkab ini harus Mabni 'ala al-fath, dibaca fathah semuanya, baik shadr maupun 'ajz. Jadinya "al-khamisa 'asyrata" atau "al-Khamisata 'Asyra.
Cara membaca huruf "SYIN" pada angka sepuluh ( A SY R ). Pertama, jika fungsinya sebagai 'adad mufrad (sepuluh), maka dibaca sukun jika mudzakkar, 'ASYR (tanpa ta' marbuthah). Contoh : 'asyru muslimat (sepuluh wanita muslimah). Dan dibaca fathah jika mu'annats, asyarah (ada ta' masbuthah). Contoh : 'asyArah muslimin (sepuluh pria muslim).
Kedua, jika kata "sepuluh" tersebut berada pada 'adad murakkab (angka belasan), maka dibalik. Dibaca fathah (AsyAr), bentuk mudzakkar. Contoh : "... Ahada 'ASYARA kaukaba" (sebelas bintang) dan dibaca sukun, "aSYrah, asyrata", bentuk mu'annats. Contoh : "khams 'asyrata muslimah/tan", lima belas wanita musliah.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Untuk angka puluhan (al-uqud) tetap, baik dipakai untuk hitungan jumlah biasa atau fungsi wazn fa'il. Baik untuk cowok maupun cewek. Sama saja. Hum 'Isyrun (mereka berjumlah 20). Ana al-'Isyrun (saya orang yang ke 20). Al-arba'un (yang ke 40), al-tis'un (yang ke 90). Begitu pula angka ratusan dan ribuan tetap. al-mi'ah (yang ke seratus). al-alf (yang ke seribu) dan seterusnya.
Jika ada tambahan angka satuan, maka angka satuannya saja yang dibentuk wazan "FA'IL". Misalnya, "bab yang ke 22". Bahasa Arabnya : al-bab al-tsani wa al-isyrun. "Istri yang ke 99", al-zawjah al-tasi'ah wa al-tis'un. Mudzakkar dan muannatsnya disesuaikan sesuai kaedah 'ada mufrad.
Terakhir adalah cara menempatkan 'adad 'ala wazn fa'il pada deretan 'ada biasa. Yaitu : Harus berada di dalam lingkup deretan itu. Misalnya: anak yang ke satu, ke dua, ke 3, ke 4, ke 5 dari LIMA bersaudara. Ana Khamis Khamsah. Atau sambung, seperti : saya anak yang ke 6 dari 5 bersaudara (.. Sadis Khamsah). Kalau pisah (munqathi'), seperti :" ..yang ke 9 dari 7 orang. (..Tasi'u Sab'ah..), maka tidak boleh. Lughah cacat.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News