Tanya-Jawab Islam: Gay Kebingungan Karena Maksiat, Ingin Tobat

Tanya-Jawab Islam: Gay Kebingungan Karena Maksiat, Ingin Tobat Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A.

>>>>>> Rubrik ini menjawab pertanyaan soal Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan pembimbing Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A.. Kirim WA ke 081357919060, atau email ke bangsa2000@yahoo.com. Jangan lupa sertakan nama dan alamat. <<<<<<

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr.wb. Saya ingin bertanya ustad. Tolong jangan dipublikasi. Saya gay. Saya dahulu saat di pondok pesantren setiap malam mencabuli teman-teman dan adik kelas saya ustad. Banyak yang sudah jadi korbannya. Saya gerayangi alat kelaminnya saat tengah malam. Mereka sadar dan tahu ustad kalau pelakunya saya. Sehingga menjadi pembicaraan sangat hangat dan heboh di pesantren. Saya ingin taubat ustad. Saya ingin mengekang hawa nafsu saya. Saya ingin kembali. Pertanyaan saya ustad. Apa saya harus meminta maaf kepada semua korban saya? Saya setiap saat gelisah dan gusar sekali ustad merasa bersalah. Makan, mandi, mau tidur, sholat sekalipun saya terus dan terus memikirkan hal ini ustad. Saya takut mereka kelak memberatkan amal buruk saya di Hari Penghisaban. Tetapi kalau saya harus meminta maaf, rasanya saya tidak mampu ustad. Pertama, saya malu ustad. Sangat malu. Harga diri saya sudah tidak ada lagi. Kedua, korban saya banyak dan terpencar ke berbagai daerah. Ketiga, saya tanya sahabat saya, mereka bilang, tidak perlu meminta maaf. Cukup kembali ke jalan Allah taubat nasuha. Dan terus meminta kepada Allah agar membolak balikkan hati mereka (korban korban saya) agar mau memaafkan saya tanpa saya harus meminta maaf. Mengingat Allah juga menyuruh kita menutup dan menjaga betul betul aib kita sendiri. Membukanya sama saja menyalahi takdir Allah yang sudah menutupnya. Tetapi kalau sudah jadi omongan banyak orang apakah masih terhitung aib?

Tolong kuatkan saya ustad. Saya ingin kembali. Terimakasih. Wassalamu'alaiku wr.wb. (Hamba Allah, Bumi Allah)

Jawaban:

Nasehat dari teman Saudara itu sudah baik dan sesuai dengan anjuran agama agar menutup aib sebisa mungkin. Kesalahan di masa lalu itu tidak perlu diungkap kembali atau bahkan diceritakan. Cukup Saudara bertaubat kepada Allah dan memperbaiki amal kebaikan. Bahkan sebagian ulama berpandangan, jika ditanya apakah pernah melakukan kemaksiatan A, jawaban yang harus dikatakan adalah “tidak pernah”, sambil berusaha menutupi kemaksiatan itu dengan amal kebaikan. Kecuali terkait dengan hak adami dan itu ditanyakan di pengadilan, cukup di situ saja.

Allah berfirman, “Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan keburukan (kemaksiatan”. (Qs. Hud: 114). Artinya, kemaksiatan-kemasiatan yang sudah pernah dilakukan, lakukan saja tobat yang benar dan menutupinya dengan memperbanyak amal kebaikan.

Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasul bersabda: “Semua umatku itu akan mendapatkan ampunan, kecuali mereka yang terang-terangan (dalam bermaksiat). Di antara perbuatan yang terang-terangan adalah orang yang di malam hari bermaksiat, sehingga Allah menutupinya sehingga tidak ada orang yang tau, tapi ia di pagi harinya bercerita kepada teman-temannya, semalam aku melakukan maksiat ini dan itu. Padahal di malam hari sudah ditutupi oleh Allah, di pagi harinya ia buka sendiri dengan cerita”. (Hr. Bukhari: 6069)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO