NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Sistem belajar mengajar secara langsung atau tatap muka di masa pandemi Covid-19, sudah dimulai secara bertahap. Seperti yang terlihat di beberapa SMK dan SMA di Kabupaten Nganjuk, yakni SMKN I, 2, dan 3 Nganjuk, dan SMAN 1 Nganjuk yang mengadakan konsultasi luring (offline) di sekolah setiap hari Senin.
Sebelum masuk ke ruang kelas, para siswa harus mengikuti aturan protokol kesehatan. Setiap siswa harus melalui pemeriksaan thermogun, wajib memakai masker, dan pelindung wajah.
Baca Juga: Awali Tahun Ajaran 2024/2025, SMPN 6 Nganjuk Gelar MPLS 2024
Kepala SMA Negeri 2 Nganjuk, Rita Amalisa menyampaikan, ini ajang konsultasi dan konsolidasi bagi para guru. "Kita bagi per gelombang 100 anak secara bergantian pada 10 ruang kelas. Saya inginkan agar sistem luring ini bisa berjalan maksimal meski tetap pada aturan protokol kesehatan," ujar Rita Amalisa, Senin (10/8/2020).
Dijelaskan, sebelum dilakukan sistem luring ini, sekolah sudah melakukan konsultasi, dan yang terpenting adalah mendapatkan surat izin dari wali murid apakah mereka mengizinkan atau tidak.
"Saya tegaskan mereka hanya luring konsultasi kepada guru mapelnya, hanya 1 kali dalam satu minggu di hari Senin saja," tegasnya.
Baca Juga: Pj Bupati Sri Handoko Titip Masa Depan Anak Papua di Nganjuk
Hal serupa juga dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nganjuk. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Nganjuk, Mochhamad Asob menuturkan, masuknya siswa pada hari Senin (10/8/2020), merupakan sistem pembelajaran luring, dan sisanya daring (online), yakni Selasa sampai Jumat.
"Masuknya siswa saya batasi hanya 3 jam, tidak lebih. Kantin juga kita tutup," kata Asob.
Baca Juga: Jadi Pembina Upacara, Kajari Nganjuk Beri Penyuluhan Hukum di SMP Negeri 1 Sawahan
Menurutnya, kenapa mereka dibuat masuk sekolah hanya 1 kali di hari Senin, agar siswa bisa mudah dalam berkonsultasi kepada guru, dan mempermudah dalam mengerjakan soal yang dirasa sulit yang perlu dilakukannya praktik. "Memang SE Bupati masih belum ada, tapi kegiatan belajar saya buat pra atau latihan," terang Asob.
Kejadian tersebut mengundang rasa kekhawatiran dari wali murid, dikarenakan kondisi saat ini Kabupaten Nganjuk masih belum aman dari Covid-19.
Salah satunya Sutikno. Meski mengizinkan anaknya masuk sekolah seminggu sekali, namun ia mengaku merasa khawatir jika anaknya menjadi korban baru Covid-19. "Kekhawatiran saya jika ada klaster baru dan siapa yang akan bertanggung jawab, apalagi SE Bupati juga belum turun," kata Tikno.
Baca Juga: Plt. Bupati Nganjuk Pantau Pelaksanaan PTM SD dan SMP: Mereka Senang
Ditegaskannya, anak-anak jangan dijadikan untuk coba-coba dalam menghadapi pandemi Covid-19, jika memang diberlakukan setidaknya harus pada kawasan zona hijau, bahkan harus ada izin dari pemerintah setempat dengan adanya surat edaran.
"Harusnya dengan kondisi seperti ini pemerintah harus lebih cepat ambil sikap, untuk mengeluarkan aturan seperti keputusan Mendikbud," tandas Sutikno. (bam/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News