KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Di masa pandemi ini, home industri sabut kelapa atau juga disebut kokedama, tetap bisa bertahan. Bahkan bisa menembus pasar luar Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, sampai Papua.
Melina Andriyani Riyanto, anak Riyanto, pemilik home industri sabut kelapa di Dusun Rejowinangun, Desa Minggiran, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri menjelaskan, bahwa kokedama adalah teknik menanam dari Jepang.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Yaitu menempatkan tanaman dalam bola tanah, kemudian membungkusnya dengan moss (lumut) atau sabut kelapa, lalu mengikatnya dengan tali. Teknik menanam ini unik karena tidak menggunakan pot.
"Kami menjual hasil karya kami ini dengan harga bervariasi, dari Rp. 12.000 hingga Rp. 28.000 per kokedama," kata Melina, Sabtu (14/11).
Menurut Melina, kokedama bisa ditanami bunga anggrek, bunga antorium, atau bunga lain yang fisiknya kecil.
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
"Sebelum pandemi, omzet dalam satu bulan bisa mencapai Rp.10 juta, tapi di saat pandemi ini memang ada penurunan," imbuh lulusan S1 Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang tahun 2010 itu.
Masih menurut Melina, selama ini dirinya hanya melakukan penjualan kokedama melalui online, yaitu melalui marketplace Shopee.
"Mengingat di masa pandemi ini ada sedikit penurunan permintaan, maka kami juga akan menjual melalui Lazada dan Tokopedia," ujar Melina, yang juga putri pensiunan PPL itu.
Baca Juga: Gandeng Peradi, Fakultas Hukum Uniska Adakan Ujian Profesi Advokat
Ditambahkan oleh Melina, pada prinsipnya tanaman yang cocok untuk dibuat kokedama adalah tanaman yang akarnya kecil dan tidak membutuhkan sinar matahari banyak dan biasanya ditempatkan indoor atau di dalam ruangan. (uji)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News