BangsaOnline-Aroma kriminalisasi terhadap Ketua KPK Abraham Samad semakin menyengat, dan tidak ditutup-tutupi. Terlebih kesaksian Plt Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dan politikus Nasdem Zainal Tahir di hadapan anggota Komisi III DPR kemarin tentang Ketua KPK itu terdapat sejumlah kejanggalan.
"Ada yang janggal dari kesaksian Zainal Tahir dan Hasto di hdapan Komisi III kemarin. Aroma kriminalisasi tidak bisa dihindarkan," ungkap Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans), Saiful Haq, (Kamis, 5/2).
Pertama, soal Zainal Tahir yang merasa dirinya terusik karena melihat foto
Samad dengan Feriyani Lim yang ia ambil pada Februari 2007 tersebut beredar di publik. Saiful Haq heran, kenapa baru sekarang Zainal merasa terusik.
"Yang mengherankan adalah, jika dirinya terusik dengan alasan moral untuk menyampaikan kebenaran, mengapa Zainal Tahir tidak mengeluarkan foto tersebut ketika Panitia Seleksi KPK memberikan kesempatan kepada masyarakat mengajukan sanggahan ketika proses seleksi dilakukan," urainya.
Selain itu, Saiful Haq juga menyoroti pengakuan Zainal bahwa dia mengambil gambar tersebut menggunakan kamera Nokia E90 berwarna cokelat yang telah terkelupas lapisan luarnya. Padahal Nokia sendiri baru merilis seri tersebut pada Juli 2007.
Belum lagi jika ditanyakan, bagaimana Zainal bisa tahu, bahwa foto yang diambil Feburari 2007 tersebut sama persis dengan foto yang kini beredar di publik. Padahal menurut Zainal, handphone tersebut hilang di Senayan City pada tahun 2012. Sementara dia mengaku bahwa foto tersebut tidak pernah disebarkan sekalipun kepada siapapun.
"Atas dasar terebut, seluruh kesaksian Zainal Tahir, patut untuk dicurigai sebagai upaya kriminilasasi terhadap Abraham Samad," tekan Saiful Haq.
Sementara soal kesaksian Hasto, Saiful Haq mengingatkan, bahwa Komisioner KPK hanya dilarang bertemu dengan pihak yang sedang berkasus. "Pertemuan pertama Hasto dengan Samad, terjadi di rumah Abraham Samad. Masihkah kita percaya bahwa yang menginisiasi pertemuan tersebut adalah Samad? Jelas kedatangan Hasto untuk merayu Samad menjadi Cawapres Jokowi," tegasnya.
Lalu tuduhan bahwa Abraham Samad ingin membarter kasus tertentu agar dapat menjadi capwares Jokowi, juga sangat sulit dipercaya. Ditambah lagi tuduhan Hasto bahwa Samad dendam kepada PDIP karena tidak ditunjuk sebagai cawapres Jokowi juga berlebihan.
"Bagaimana jika dibalik, bahwa PDIP justru panik karena Abraham Samad tidak bersedia membarter kasus tertentu yang berkaitan dengan PDIP. Atas dasar itu PDIP mengurungkan niat untuk memasangkan Samad dengan Jokowi. Saya kira motif ini jauh lebih kuat ketimbang Samad yang sakit hati kepada PDIP," demikian Saiful Haq. [zul]
Baca Juga: Pemilih PDIP dan Demokrat di Jombang Terbelah, Dukung Warsubi-Salman pada Pilkada 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News