LUMAJANG,BANGSAONLINE.com - Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengumumkan bahwa Gunung Semeru meletus, Sabtu (16/1/2021). “Sore ini, jam 17.24 Gunung Semeru mengeluarkan awan panas. Dengan jarak 4,5 kilo. Daerah sekitar Sumber Mujur dan Curah Koboan, saat ini menjadi guguran awan panas,” tulis Thoriq – panggilan Thoriqul Haq - pada akun Twitter-nya, Sabtu (16/1/2021).
Gunung Semeru terletak di daerah Lumajang Jawa Timur. Namun secara administratif, gunung ini masuk dalam wilayah dua kabupaten. Yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Baca Juga: Menhan RI Saksikan Fire Power Demo di Lumajang, Pj Gubernur Jatim Puji Kekuatan Alutsista TNI AU
(Awan panas Gunung Semeru. foto: istimewa)
Menurut Wikipedia, Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
Karena itu banyak sekali pendaki gunung datang ke Gunung Semeru. Bahkan Soe Hok Gie, salah seorang aktivis dan tokoh demonstran Indonesia juga mendaki Gunung Semeru. Sayang, ia meninggal di gunung yang banyak diminati para pendaki itu. Ia meninggal pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru.
(Soe Hok Gie. foto: istimewa)
Baca Juga: Sambangi Pasar Baru Lumajang, Khofifah Janji Lanjutkan Zakat Produktif untuk Usaha Ultra Mikro
Dalam catatan Wikipedia, Soe Hok Gie adalah tokoh mahasiswa etnis Tionghoa yang banyak menentang kediktatoran pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto. Dia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) Jurusan Sejarah tahun 1962-1969.
Pada tahun 1965, Soe membantu mendirikan Mapala UI, organisasi lingkungan di kalangan mahasiswa. Dia menikmati kegiatan hiking. Namun dia meninggal masih muda. Dia meninggal sehari sebelum ulang tahunnya ke-27. Dia meninggal dunia saat usia 26 tahun di Gunung Semeru bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Dia dimakamkan di tempat yang sekarang menjadi Museum Taman Prasasti di Jakarta Pusat.
ORANG PERTAMA PENDAKI GUNUNG SEMERU
Baca Juga: Kampanyekan Paslon Indah-Yudha, Repnas Lumajang Bagikan Ikan Tongkol Gratis ke Pedagang
Masih menurut Wikipedia, orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder, dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
Gunung Semeru sudah berkali-kali meletus. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2.990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.
Baca Juga: Targetkan Suara 72 Persen, JKSN Lumajang Deklarasi Siap Menangkan Khofifah-Emil
(Gunung Semeru. foto: wikipedia)
Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat.
Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok-kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.
Baca Juga: Di Lumajang, 2.500 Emak-Emak PKS Siap Menangkan Khofifah-Emil
Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal). Suhu di puncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore, dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News