PALEMBANG, BANGSAONLINE.com – Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru minta Nahdlatul Ulama (NU) tidak dikotak-kotakkan ke satu partai. Ia menengarai ada penggiringan NU ke satu partai politik (parpol). Padahal, kader NU ada di mana-mana bahkan menyebar di semua partai politik.
“Ini saya ingatkan agar (NU) tidak bergeser ke kotak partai. NU itu besar. Tidak bisa diidentikkan dengan partai tertentu,” tegas Herman Deru saat memberi sambutan dalam acara pengukuhan Forum Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIS) dan Pelantikan Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Sumsel di Griya Agung, Rumah Dinas Gubernur Sumsel di Palembang, Ahad (7/2/2021).
Baca Juga: Pengurus PC LPBI SER NU Gresik Siaga Bencana Alam
“Tapi kalau partai tertentu mengidentikkan dengan NU, nggih monggo. Tak masalah. Tapi NU begitu besar. Maka kita jangan bikin garis demarkasi sendiri. Bahwa NU milik semua orang. Milik orang yang berpartai apapun di Indonesia ini. Namun Ahlussunnah Wal Jamaah,” tegas Herman Deru yang disambut tepuk tangan.
“Ini ada penggiringan. (NU) diidentikkan dengan partai tertentu,” tegas Herman Deru. “Kalau NU kita identikkan dengan segmen tertentu, maka NU itu akan mengecil,” katanya.
Herman Deru pun menegaskan jatidirinya sebagai kader NU. “Saya ini Ketua ISNU (Ikatan Sarjana NU-Red) dua periode dan Mustasyar NU,” tegas mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) dua periode tersebut.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Ia juga menyinggung lagu Yahlal Wathan karangan KH A Wahab Habullah yang biasa dinyanyikan dalam forum resmi NU dan banom serta lembaganya. Menurut dia, lagu tersebut boleh dinyanyikan siapa saja kader NU.
“Kalau orang nyanyi Hubbul Wathan tadi, juga boleh, siapa pun yang merasa NU boleh. Muslimat NU boleh, Fatayat boleh, bahkan orang-orang di perguruan tinggi swasta yang tidak mengidentikkan dengan Islam namanya juga boleh, jangan dipatok lagu itu untuk partai tertentu,” katanya.
VIDEO
Karena itu ia berharap peran para guru untuk meluaskan pikiran dan menjaga marwah agar kita tak terkotak-kotak yang mengidentikkan kita dengan suku tertentu, dengan partai tertentu.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Pekanbaru, Khofifah: Teladan Kepemimpinan dalam Keberagaman
Herman Deru semula menyampaikan tentang kondisi plural masyarakat Sumatera Selatan. Menurut dia, masyarakat Sumsel terdiri dari suku, bahasa, etnis yang beragam. Karena itu tak bisa dikotakkan dengan suku tertentu. Apalagi dikotakkan kedalam partai tertentu.
Hadir dalam acara itu Ketua Umum Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., Wakil Rais Syuriah Sumsel Syamsuri, Wakil Ketua PP Pergunu Aris Adi Leksono, Ketua PW Pergunu Sumsel Ahmad Zainuri, dan Prof. Dr. Nyanyu Khadijah, M.Si, Ketua PTKAIS KOPERTAIS Wilayah VII (Sumbagsel) yang juga Rektor UIN Raden Fatah Palembang.(mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News