GRESIK, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 52 relawan Omah Dhuafa dari Kecamatan Gresik dikukuhkan, Minggu (14/2/2021). Menurut Ketua Panitia Pelatihan Relawan Omah Dhuafa, Yayuk Endayana, 52 relawan ini memiliki empati dan kepedulian yang sama di bidang sosial.
"Semoga berkembang lagi, tiga relawan di Kecamatan Gresik, bahkan setiap relawan di setiap desa di Gresik. Biar lebih cepat merespons," katanya.
Baca Juga: Pimpin PII Gresik Periode Kedua, Berikut Program Awang Djohan Bachtiar
Sementara Syaichu Busiri Founder Omah Dhuafa menceritakan awal mula Omah Dhuafa bergerak di bidang sosial. Yakni dimulai dengan memberi makanan kepada pemulung, dan tukang becak di depan sekretariat. Omah Dhuafa menjadi terkenal melalui media sosial pada tahun 2015 usai membantu seorang ibu-ibu dengan kondisi kaki hampir putus karena diabetes.
"Setelah itu banyak sekali menerima laporan orang sakit," katanya.
Syaichu mengatakan, bahwa bantuan yang diberikan Omah Dhuafa seluruhnya berbentuk barang. "Omah Dhuafa tidak pernah memberikan fresh money. Kalau kaum dhuafa butuh pampers kita kirim, susu kita kirim, butuh makan kita kasih," ungkap Syaichu yang juga Anggota Fraksi PKB DPRD Gresik ini.
Baca Juga: Tim Melek Industri Bedanten Gresik Gelar Giat Religi
Sebab, kata Syaichu, bantuan berupa uang sering disalahgunakan penerima. Ia mengaku pernah membantu orang sakit berupa uang tunai, namun malah digunakan membayar senam, make up, dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menyampaikan bantuan di bidang pendidikan dan kesehatan yang telah diberikan Omah Dhuafa kepada masyarakat. Untuk bidang pendidikan, selama pandemi ini Omah Dhuafa telah memasang 50 titik wifi di wilayah Kecamatan Kebomas dan Gresik untuk membantu pembelajaran daring.
Sementara di bidang kesehatan, Omah Dhuafa memberikan membagikan 1.600 masker dan hand sanitizer, tiga kursi roda, tiga alat bantu dengar, dan empat kacamata.
Baca Juga: Tiga Tim Capres-Cawapres di Gresik Adu Gagasan
Ketua Fraksi PKB DPRD Gresik, Syahrul Munir mengapresiasi bantuan-bantuan yang telah diberikan Omah Dhuafa. Sebab, anggaran untuk permasalahan sosial yang dialokasikan di APBD Gresik sangat minim.
"Postur anggaran sosial kita, (dari APBD) 3,4 T dianggarkan 17,4 M. Belum lagi Dinsos 16 M, dari urusan Dinsos, belanja pegawai 36 persen APBD belanja pegawai. Jika diambil setengahnya Rp 8 M urusan sosial, peliknya masalah sosial di Kabupaten Gresik. Belum beres, pemasalahan sosial perlu pendampingan khusus secara profesional," katanya. (hud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News