SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Ada yang menyebut bahwa politik itu persepsi. Maka jangan heran jika di negara Amerika Serikat (AS) pun fanatisme politik cukup tinggi. Itulah yang terjadi pada pendukung Donald Trump.
Akibatnya, aksi-aksi politik – termasuk dari pihak keamanan - dibangun atas isu-isu tak jelas. Nah, kali ini Dahlan Iskan menulis tentang barikade di Capitol, Gedung Kongres AS, yang sampai sekarang belum dibongkar karena aparat keamanan dapat info dari media sosial akan ada serangan 4 Maret 2021.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Tulisan Dahlan Iskan, yang pagi ini, Jumat (5/3/2021), dimuat di Disway dan HARIAN BANGSA Surabaya ini kami persembahkan untuk pembaca BANGSAONLINE.com yang kini makin meluas secara nasional. Selamat membaca tulisan wartawan kawakan dan mantan menteri BUMN itu:
SUDAH dua bulan barikade itu belum dibongkar. Gedung Kongres Amerika, Capitol, masih terus seperti dalam keadaan darurat. Pagar tinggi masih mengelilinginya. Penghalang jalan masih terpasang. Terutama di jalan menuju Capitol.
Kesannya: ibu kota Amerika seperti tidak aman. Seperti di beberapa ibu kota negara miskin. Juga mengingatkan kita pada keadaan Jakarta pada saat-saat tertentu.
Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Anggota Kongres mulai mempersoalkan itu. "Kapan semua itu disingkirkan?" tanya anggota Kongres dari Partai Republik.
Sepanjang pagar itu belum dicopot, ingatan orang masih ke peristiwa 6 Januari lalu. Ketika pendukung Presiden Trump menduduki gedung yang juga menjadi simbol demokrasi itu. Citra Partai Republik sangat terganggu oleh peristiwa itu. Apalagi kalau barikade itu masih terpasang. Setiap yang lewat akan melihat pagar itu. Langsung pula ingat Partai Republik.
Akhirnya keluar keterangan resmi. Pagar dan barikade itu belum akan dibongkar. Pihak keamanan Amerika masih melihat ada ancaman nyata: dari ekstrem kanan –kelompok supremasi kulit putih.
Baca Juga: Pemimpin Psikopat
Bahkan menurut keterangan pihak keamanan, mereka akan menyerbu lagi Capitol. Tanggalnya pun bisa dideteksi: 4 Maret 2021 –dua bulan setelah pendudukan 6 Januari.
Kepolisian Amerika mendapat indikasi kuat soal penyerangan itu. Yakni dari lalu-lintas percakapan di media sosial –yang dilakukan di antara kelompok supremasi kulit putih. Mereka menggunakan kode-kode bahasa tertentu. Intinya: mereka akan menyerbu Capitol lagi, menyingkirkan anggota Kongres dari Partai Demokrat dan melantik Donald Trump sebagai presiden.
Tentu banyak yang tidak percaya ancaman itu. Seperti guyon saja. Atau ejekan. Bahkan mungkin sekedar untuk mengecoh petugas keamanan.
Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Buktinya, mendekati tanggal 4 Maret 2021, tidak ada gerakan manusia menuju Washington DC. Tidak ada juga kelompok yang mengerahkan massa menuju ibukota. Ini sangat berbeda dengan situasi menjelang tanggal 6 Januari lalu.
Tapi mengapa dipilih tanggal 4 Maret?
Saya terus memonitor laporan media dari sana. Pendukung Trump ternyata masih ada yang percaya: Donald Trump akan dilantik jadi presiden Amerika tanggal 4 Maret ini (tadi malam WIB).
Baca Juga: Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang
Mereka menilai pelantikan Joe Biden tanggal 20 Januari lalu tidak sah. Menurut konstitusi Amerika yang asli, tanggal pelantikan Presiden Amerika itu harus 4 Maret. Mereka tidak mau tahu bahwa konstitusi tersebut sudah berubah di tahun 1933.
Rupanya pihak keamanan tidak mau ambil risiko. Setidaknya tidak mau kecolongan. Apalagi di antara anggota Kongres masih saja saling bermusuhan. Maka pagar dan barikade di Capitol itu masih akan dipertahankan. Mungkin sampai minggu depan. Setelah semua isu tadi tidak terbukti.
Trump sendiri tetap jadi bintang di Partai Republik. Ia masih dielu-elukan. Itu terlihat ketika Trump tampil di konferensi konservatif di Orlando Minggu lalu.
Baca Juga: Anak Muda Israel Full Stress
Saat itu Trump disambut secara khusus. Termasuk pemasangan patung emas Trump di lobi gedung pertemuan. Bahkan ketika Trump tampil di podium, ia tidak bisa langsung berpidato. Ia dielu-elukan begitu hebat. Disiapkan lagu khusus sebagai pengantar pidato.
"Banyak yang menghendaki saya mendirikan partai baru," ujar Trump. "Tapi untuk apa?" tambahnya. "Kita sudah punya Partai Republik," katanya.
Berarti isu akan adanya partai baru sudah pasti tidak akan jadi kenyataan. Kudeta partai pun juga tidak terpikirkan. Tinggal apakah Trump benar-benar akan mencalonkan diri lagi di tahun 2024.
Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN
Trump tetap saja sangat populer. Demikian juga patung emas yang dipasang itu. Waktu konferensi itu berlangsung mereka memuji kehebatan patung itu. Tiga hari setelah konferensi ditutup patung itu lebih terkenal lagi: ternyata patung emas itu made in China. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News