MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., mengaku sangat mendukung vaksinasi yang sedang gencar dilakukan pemerintah. Tapi ia menolak penggunaan vaksin AstraZeneca. Ia bahkan minta pemerintah tidak mendistribusikan vaksin AstraZeneca pada pondok pesantren.
Alasannya, produksi vaksin asal Inggris itu diketahui melalui proses penggunaan tripsin babi.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Ia sepakat dengan keputusan komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menghukumi Vaksin AstraZeneca haraman mubahan liddlarurat (haram tapi boleh digunakan karena darurat).
“Tapi kalau kondisinya sudah tak darurat tak boleh digunakan. Karena itu pemerintah harus mengupayakan vaksin yang halal,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, jika pemerintah terlanjur membeli vaksin AstraZeneca, distribusikan saja pada masyarakat di Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta daerah lain yang mayoritas non muslim yang tak mengharamkan babi.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu mengaku tak sejalan dengan Ketua MUI Jatim KH. Hasan Mutawakkil Alallah yang menyatakan vaksin AstraZeneca halalan thayyiban. Menurut dia, fatwa itu tak benar karena hanya menggunakan dasar istihalah (perubahan bentuk) dan ihlak (penghancuran). Dalam pandangan MUI Jatim, tripsin pangkreas babi dalam proses produksi vaksin AstraZeneca tidak najis karena sudah berubah bentuk.
Menurut Kiai Asep, dalam pandangan mereka istihalah disamakan dengan ihlak, tidak ada nilai-nilai babinya. Tapi alasan itu tak kuat. “Istihalah dan ihlak tertangkal oleh intifak,” tegas kiai ahli matematika dan ilmu pengetahuan alam itu. “Artinya, bisa menjadi vaksin karena ada tripsin pangkreas babinya,” kata Kiai Asep kepada wartawan di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Sabtu (28/3/2021) .
Menurut Kiai Asep, intifak itu tak bisa dihilangkan. “Buktinya apa? Jadi vaksin! Tanpa ada pankreas babinya tak akan jadi vaksin. Keharaman intifak, baru pada pemikiran saja sudah haram, apalagi sudah ada realisasinya,” tegas kiai yang fasih bahasa Inggris dan bahasa Arab itu.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Kiai Asep mengingatkan bahwa Imam Syafii dan Imam Hambali mengajarkan istihalah atau perubahan bentuk dari benda najis menjadi tidak najis hanya berlaku pada tiga hal. “Pertama, ketika arak berubah secara alami (tidak direkayasa manusia) menjadi cuka,” kata Kiai Asep.
Kedua, kulit bangkai binatang yang disamak selain binatang babi dan anjing. Ketiga, anak ayam yang menetas dari telur yang dikeluarkan dari ayam mati tidak disembelih.
Menurut Kiai Asep, alasan istihalah sangat terbatas. Tak boleh diobral. “Ini sangat bahaya. Karena bisa jadi pintu masuk semua produk olahan babi dihalalkan dengan istihalah. Karena semua produk babi pasti dengan cara istihalah semua, tidak mungkin gelondongan langsung berupa babi,” kata Kiai Asep yang saat pilpres aktif menggalang para kiai untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin serta kampanye hingga luar negeri.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Selain itu, kata Kiai Asep, juga berakibat pada mandulnya doa umat Islam. Karena, kata Kiai Asep, doa akan terkabul jika tubuh kita bersih dari makanan haram dan najis. Sedang babi masuk kategori najis berat (mughalladhah)
Karena itu Kiai Asep melarang vaksin AstraZeneca disuntikkan pada para santrinya yang berjumlah sekitar 12.000 orang serta 1.000 lebih guru di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Bahkan, menurut Kiai Asep, untuk Amanatul Ummah hukumnya bukan lagi haraman mubahan liddlarurah. “Kalau di Amanatul Ummah haraman mutlaqan. Haram mutlak karena di sini tidak ada darurat. Sudah setahun lebih proses pembelajaran berjalan di Amanatul Ummah tapi tidak ada kasus santri yang terkena covid-19,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu. (ris)
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News