Ucapan Selamat Ramadan di Grup WhatsApp dan di Zaman Kanjeng Nabi

Ucapan Selamat Ramadan di Grup WhatsApp dan di Zaman Kanjeng Nabi Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A.

Memasuki Bulan Ramadan dan ibadah puasa, rubrik ini akan menjawab pertanyaan soal-soal puasa. Tanya-Jawab tetap akan diasuh Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, M.A., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya.

Silakan kirim WA ke 081357919060, atau email ke bangsa2000@yahoo.com untuk dua minggu ke depan. Pertanyaan akan diseleksi dan yang sama akan digabungkan. Jangan lupa sertakan nama dan alamat.

Baca Juga: Saya Dilamar Laki-Laki yang Statusnya Pernah Adik, Keluarga Melarang, Bagaimana Kiai?

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr.wb. Awal bulan Ramadan biasanya selalu marak ucapan selamat menjalankan ibadah puasa dan saling meminta maaf di WA group saya. Apakah tradisi itu ada di zaman kanjeng nabi dulu. Kadang saya merasa berlebihan. Terima kasih atas jawabannya

Aulia - Sidoarjo

Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said

Jawaban:

Waalaikummusalam wr.wb. Tradisi "ucapan selamat menjalalankan ibadah puasa Ramadan" di antara sesama muslim, bahkan dilakukan oleh saudara-saudara kita yang non muslim itu berangkat dari kebahagiaan, karena Allah dan RasulNya menjanjikan pahala yang besar dan pengampunan dosa. Mengingat ekspresi yang dituangkan dalam ucapan atau tulisan itu mengandung doa kebaikan dan menjadi sarana silaturahim, maka tradisi demikian --secara Fikih-- bisa diberi hukum mubah (boleh). Sedang doa dan meminta maafnya berkonotasi hukum dianjurkan (sunnah).

Secara sosiologis, tradisi ini berkembang menggunakan sarana sesuai perkembangan teknologi. Mulai ucapan langsung, tulisan di koran, TV, telepon WA, FB, dan media sosial yang lain. Kondisi ini, sebaiknya kita terima sebagai yang membahagiakan. Karena tradsi ini membawa kebaikan. Kebenaran berdasar tradisi -- menurut kaidah Fikih itu setara dengan kebenaran berdasar dalil teks (nash).

Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...

Atas dasar pemikiran di atas, Imam Ibn Rajab, seorang ulama dari mazhab Hanbal dalam kitabnya: Lathaif al-Ma'arif mengemukakan bahwa Rasulullah saw biasa mengemukakan kabar gembira kepada para sahabatnya berkenaan datangnya bulan Ramadan. Ini menunjukkan bahwa embrio tradisi ucapan selamat berpuasa Ramadan seperti yang bapak tanyakan itu sudah ada sejak masa Rasulullah saw. Jadi tidak heran, jika pada era modern, tradisi ini menjadi marak sesuai sarana teknologi yang digunakan. Sebagai muslim dan sebagai umat manusia, kita ingin menebarkan kebahagian itu ke seluruh dunia. Wallahu a'lam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO