NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Tinggal di satu lereng bukit, tepatnya Dusun Lengkong Lor, Desa Lengkong Lor, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Sakimah (35) sangat memiliki keterbatasan fisik. Namun bagi dia, itu bukan alasan untuk terus dikasihani. Dia tetap semangat untuk mencari nafkah.
Sakimah mengalami kelainan sejak kecil. Kakinya mengecil sehingga tidak bisa berfungsi dengan sempurna untuk menopang anggota tubuhnya layaknya manusia normal. Kalau berjalan, dia menggunakan pinggul dengan cara ngesot untuk mencapai tempat yang dituju. Itu dilakukan setiap hari, setiap saat, untuk tujuan apapun. Bahkan untuk menuju kamar mandi umum yang berada sekitar 15 meter dari rumahnya, dia harus lakukan itu.
Baca Juga: Tembus Pasar LN dan Serap Tenaga Kerja Lokal, Khofifah Apresiasi Agrobisnis Bibit Buah di Nganjuk
Saat ini Sakimah tinggal bersama Ramini (52) dalam satu rumah. Namun, kondisi Ramini juga tidak lebih baik dari Sakimah saat ini. Dia baru sembuh dari penyakit kelumpuhan dan yang merawatnya adalah Sakimah.
Di tengah semua keterbetasan fisik itu, dia tetap semangat untuk mencari nafkah walaupun hanya sebagai buruh cuci pakaian. Hanya itu pekerjaan yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sakimah menerima cucian dari tetangga dengan upah hanya Rp 20 ribu. Itu pun tidak setiap hari ada tetangga yang mencucikan baju.
"Cacat sejak lahir ini bukan halangan bagi saya untuk menjalankan kehidupan, meskipun kadang teramat berat saya rasakan. Tapi saya tidak boleh menyerah pada keadaan ini, karena saya harus tetap hidup," ujar Sakimah berkisah pada BANGSAONLINE.com, Sabtu (29/5).
Baca Juga: Antusias Warga Tinggi, Pj Bupati Nganjuk Apresiasi Baksos Periksa Kesehatan Gratis
Dengan segala keterbatasan, Sakimah tetap memiliki cita-cita untuk bisa bekerja secara formal. Namun dia juga terbersit untuk membuka jasa laundry. Dengan dua tangannya yang masih bisa berfungsi dengan kuat, dia yakin bisa mengelola jasa laundry itu. Paling tidak dengan memiliki mesin cuci, pekerjaanya menjadi lebih ringan dan menangani cucian lebih banyak lagi. Bahkan dia ada keinginan untuk membuat kamar mandi beserta jamban sendiri, agar tidak jauh-jauh saat dirinya mencuci pakaian pesanan tetangga.
Sakimah saat berbincang bersama Kamituo Susanto dan Ramini. foto: BAMBANG/ BANGSAONLINE.com
Baca Juga: Tim Kurator Balai Harta Peninggalan Surabaya Gali Potensi Harta Pailit PT RRI
Diakui Sakimah, bantuan sering datang dari tetangga, pemerintah desa, maupun anggota Polsek Ngluyu. Mereka sering datang untuk memberi bantuan. Bantuan biasanya berupa sembako atau sedikit uang tunai. Namun Sakimah dan Ramini tidak bisa berharap terus pada bantuan tersebut.
"Selagi saya bisa dan mampu mencuci serta menyetrika pakaian, saya akan menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Saya tidak boleh terus berharap akan mendapatkan bantuan," tegas Sakimah.
Kamituo Dusun Lengkong Lor, Susanto, membenarkan kondisi Sakimah yang mengalami kekurangan fisik dengan kaki mengecil sejak dilahirkan. Ia mengungkapkan bahwa Ramini juga sempat bekerja sebagai buruh cuci dan pencari rumput. Tapi setelah mengalami sakit lumpuh dan baru saja sembuh, maka pekerjaan mencuci menjadi tugas Sakimah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Tindaklanjuti Aduan Masyarakat, Bea Cukai Kediri Temukan 1.420 Batang Rokok Polos di Nganjuk
"Memang uluran tangan dari luar sangat diharapkan, seperti yang diinginkan adalan mesin pencuci. Bantuan mesin cuci setidaknya bisa menjadi modal usaha dalam bekerja, dan meringankan beban pekerjaan apalagi dalam kondisi fisik seperti itu," kata Susanto.
Dijelaskan, pemerintah desa sendiri sudah memberikan bantuan pangan non tunai (BPNT), dan itu setiap bulan direalisasikan.
Sakimah sendiri sudah tidak memiliki orang tua laki-laki. Ibu Sakimah, Yatemi (58) sudah menikah lagi dan tidak tinggal bersama Sakimah. Dia mengikuti suami barunya yang masih satu desa. (bam/ns)
Baca Juga: Seorang Kakek di Nganjuk Tewas Gantung Diri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News