BangsaOnline - Mantan Ketua Umum PBNU KH Dr Ahmad Hasyim Muzadi mengingatkan agar NU jangan dijadikan tempat indekosan madzhab lain di luar Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja).
“Jangan jadi tempat indekosan Wahabi, indekosan Syiah, Islam Liberal dan aliran kiri,” kata Kiai Hasyim Muzadi di sela acara Diskusi Terbatas tentang Nawa Cita Menuju Kesejahteraan dan Kesalehan Sosial yang digelar Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, Jawa Barat sejak 4 hingga 5 Maret 2015.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Acara yang diikuti para kiai dari kawasan Indonesia bagian barat seperti Lampung, Bengkulu, Jawa Barat dan sebagainya ini juga menampilkan KH Dr Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah), pengasuh Pesantren Tebuireng sebagai pembicara.
Acara ini merupakan kelanjutan acara sebelumnya yang juga diikuti para kiai NU tapi dari Indonesia bagian timur. Saat itu diskusi terbatas ini juga menampilkan Gus Solah sebagai pembicara.
Menurut Kiai Hasyim, gejala penetrasi paham luar Aswaja ke dalam NU ini kini makin terasa. Karena itu, menurut anggota Wantimpres ini, ke depan ideologi NU yaitu Aswaja harus dijaga bersama.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
“Ideologi NU harus dijaga kemurniannya dari berbagai aliran sehingga Ahlussunnah Wal Jamaah tetap sebagai ajaran NU,” kata Kiai Hasyim sembari mengingatkanbahwa pengaruh aliran di luar Aswaja ini pasti merusak paham NU.
Kiai Hasyim juga minta agar kader NU tak terjebak kepada jabatan struktural.
“Meski kita bukan pengurus NU kita harus terus memikirkan dan mengurus NU.Saya juga begitu. Jadi pengurus NU atau tidak akan terus mengurus NU. April nanti insyaallah saya akan mengumpulkan pesantren Huffadz se-Indonesia. Mereka ini pesantren asli. Karena asli duitnya sedikit,” katanya disambut tawa para kiai.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Jadi, menurut Kiai Hasyim, pengabdian pada NU itu harus dilakukan terus menerus, baik waktu jadi pengurus NU atau tidak.
“Yang repot, banyak orang ingin jadi pengurus NU tapi tak mau mengurusi NU,” katanya disambut tawa para kiai.
Ia minta agar pengurus NU ke depan adalah kader NU yang sudah jelas track record dan pengabdiannya kepada ormas keagamaan yang lahir 1926 ini.
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
“Jangan yang jadi pengurus NU orang yang tiba-tiba turun dari sidratul muntaha,” canda Kiai Hasyim yang lagi-lagi disambut tawa para kiai.
Ia mengaku mendapat pesan dari seorang kiai agar NU didekatkan kembali kepada Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Karena itu Kiai Hasyim mengapresiasi sikap para kiai sepuh dan pengurus PCNU serta PWNU di berbagai daerah yang mendukung Gus Solah sebagai calon ketua umum PBNU dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang.
“Gus Solah ini clean dan clear. Jadi gak mungkin ditangkap KPK,” kata Kiai Hasyim yang disambut gelak tawa para kiai.
Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35
Gus Solah, kata Kiai Hasyim, adalah figur bersih dan itu diakui oleh berbagai pihak. Selain itu, kata Kiai Hasyim, Gus Solah sebagai tokoh nasional dikenal punya integritas tinggi dan cakap secara organisasi dan managerial.
“Gus Solah sudah terbukti dalam mimpin Pesantren Tebuireng,” kata Kiai Hasyim.
Dalam kesempatan itu Kiai Hasyim juga berpesan agar jangan sampai mempertentangkan tokoh NU dengan tokoh NU lainnya, terutama dalam Muktamar NU nanti.
Baca Juga: Muktamar NU, Yahya Staquf, Birahi Politik, dan Sandal Tertukar
“Sekarang ini kan banyak calon ketua umum yang mulai muncul. Ada Pak Said Aqiel, ada juga Pak Selamet Effendy Yusuf, juga ada Pak Malik Madani,” katanya. Selain itu juga ada As’ad Said Ali dan Muhammad Adnan dari Jawa Tengah.
Kiai Hasyim mengajak semua kader NU introspeksi. Menurut dia, kini harus diakui NU kalah selangkah dengan Muhammadiyah. Ia mencontohkan kasus MUI dan Forum Lintas Agama.
“Sekarang lembaga seperti MUI dan forum itu dipimpin Muhammadiyah, padahal NU punya peran strategis di lembaga dan forum itu,” kata Kiai Hasyim. Begitu juga Islam ditingkat internasional, dan lintas partai politik, dikendalikan Muhammadiyah. (hms/ma)
Baca Juga: Ketum PBNU yang Baru Diharapkan Mampu Menjawab Tantangan di Era Globalisasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News