BangsaOnline - Meski KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) adalah cucu pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, tapi ada saja yang iseng meragukan ke-NU-an adik kandung Presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu. Mereka menebar isu bahwa Gus Solah adalah orang “NU baru”. Istilah “NU baru” ini sengaja disebarkan oleh pendukung salah satu kandidat ketua umum PBNU agar PCNU dan PWNU tak memilih Gus Solah dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang.
Lalu bagaimana tanggapan Gus Solah? Mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ini hanya tersenyum. Gus Solah kemudian menceritakan kronologis perjalanan hidupnya yang aktif di NU sejak remaja. “Saya sejak tahun 1957 sampai 1961 sudah aktif dalam panduan Ansor,” kata Gus Solah dalam acara diskusi terbatas yang digelar Wantimpres bertajuk Nawa Cita Menuju Kesejahteraan dan Kesalehan Sosial di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Jawa Barat pada 4 hingga 5 Maret 2015.Hadir sekitar 60 kiai NU dari 18 PWNU Indonesia bagian barat dalam acara tersebut.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Begitu juga ketika mahasiswa. Gus Solah aktif sebagai pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Organisasi PMII ini didirikan H Mahbub Djunaidi, wartawan kawakan pada era Soekarno. PMII kini menjadi organisasi mahasiswa NU dan banyak melahirkan tokoh nasional.“Pada 1964-1966 saya menjadi Wakil Ketua PMII Cabang Bandung,” kata Gus Solah yang meraih gelar insinyur di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada tahun 1964-1966 itu juga Gus Solah aktif dalam Komisariat PMII ITB.
Bahkan Gus Solah termasuk salah satu anak muda NU yang ikut merumuskan tuntutan pembubaran PKI. “Saat itu mengerikan. Saya akui anak-anak muda NU sangat berani. Mereka ditampung oleh ibu saya di rumah,” kata Gus Solah menceritakan kegentingan negeri ini akibat konflik dengan PKI. “Kebetulan rumah saya kan bersebelahan dengan rumah Pak Alam Syah. Jadi aman karena di sekitar rumah Pak Alam Syah dijaga tentara dengan senjata,” kata Gus Solah.
Meski demikian, tutur Gus Solah, ketika Gus Dur jadi ketua umum PBNU, dirinya sempat tak aktif dalam NUstruktural. “Waktu itu Gus Dur melarang saya. Kata Gus Dur, saya sudah di sini (di NU) kamu gak usah dulu. Nanti aja setelah saya,” kata Gus Solah menirukan apa yang disampaikan Gus Dur kepada dirinya.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Saat itu Gus Dur melarang Gus Solah masuk dalam struktur PBNU agar tak terjadi nepotisme. Namun setelah menjabat ketua umum PBNU selama tiga periode, Gus Dur mempersilakan Gus Solah masuk sebagai pengurus bahkan mimpin PBNU. Maka pada 1999 hingga 2004 Gus Solah menjadi ketua PBNU.
Gus Solah mengaku terus mendapat dorongan agar bersedia mimpin NU. Akhirnya ia bersedia. "Saya mau menjadi calon ketua umum PBNU karena saya bersama para kiai dan seluruh kekuatan NU ingin mengembalikan NU pada relnya dan membangun kembali kejayaan Nahdlatul Ulama," katanya.
Menurut Gus Solah, untuk membesarkan NU kita harus menghilangkan mitos yang berkembang selama ini, seolah-olah NU takbisa diperbaiki. “Kita harus berani bermimpi untuk memperbaiki NU dan mengembalikan kejayaan NU. Kita harus menghilangkan mitos seolah NU tak bisa dioperbaiki. Ini tidak benar,” kata Gus Solah.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Menurut dia, banyak sekali kader NU yang mumpuni untuk diajak mengembalikan kejayaan NU. “Saya sering bertemu dengan tokoh dan orang-orang pintar dan mereka mengaku sebagai orang NU,” katanya sembari menyebut sejumlah nama. “Jadi NU ini punya banyak SDM yang bagus,” katanya.
Karena itu ia optimis bisa merealisasikan mimpinya untuk mengembalikan kejayaaan NU. Ia bercerita ketika kecil dibawa oleh ayahnya, KH A Wahid Hasyim. “Saya waktu kecil dulu dibawa oleh saya ke percetakan YAMUNU, percetakan milik NU. Bayangkan tahun itu NU sudah punya percetakan. Kan maju. Sekarang kita tak punya,” kata Gus Solah. Karena itu NU harus punya media massa. “Kita juga perlu mendirikan dan punya media besar,” katanya.
Gus Solah juga menegaskan bahwa kita warga NU harus berani bermimpi mengembalikan kejayaan NU dengan cara melakukan penguatan organisasi, sumber daya manusia dan kaderisasi. Selain itu perlu penguatan kepemimpinan NU.
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Gus Solah juga menekankan pentingnya penguatan modal sosial, modal ekonomi dan modal budaya NU. Dan yang penting lagi adalah menempatkan lembaga Syuriah sebagai pusat kebijakan dan pengendalian Nahdlatul Ulama. “Tugas Tanfidziah itu sebagai pelaksana,” kata Gus Solah.
Visi misi Gus Solah bertumpu pada pendidikan, budaya, dan politik kebangsaan.
Kemampuan Gus Solah dalam bidang managemen dan leadership tampaknya mengukuhkan kepercayaan para kiai. Bahkan Pengasuh Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur, KH. Nawawi Abdul Jalil melalui surat yang ditandatangani memerintahkan agar semua alumni Pesantren Sidogiri yang menjadi pengurus PCNU dan PWNU di seluruh Indonesia untuk mendukung dan memilih Gus Solah sebagai ketua umum PBNU.
Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News