
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
69. Qaala satajidunii in syaa-a allaahu shaabiran walaa a’shii laka amraan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Kahfi 79-81: Guru Menjelaskan Jawaban Soal Setelah Ujian
- Tafsir Al-Kahfi 77-78: Materi Tes Ketiga untuk Nabi Musa, Merenovasi Pagar
- Tafsir Al-Kahfi 74-76: Tes Kedua untuk Nabi Musa, Melihat Anak Kecil Dibunuh dengan Sadis
- Tafsir Al-Kahfi 71-73: Khidir dan Kiai Idris Kamali, Kiai yang Memberkahi Sekaligus Mengkualati
Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”
70. Qaala fa-ini ittaba’tanii falaa tas-alnii ‘an syay-in hattaa uhditsa laka minhu dzikraan
Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu.”
TAFSIR AKTUAL
Dari sisi nama, Musa dalam bahasa ibrany sono bermaknakan pisau cukur, pisau kecil yang sangat tajam dan bisa memotong rambut yang halus sekalipun atau razor menurut lisan orang barat. Maka tidak heran, Firaun yang sekuat itu, didukung materi dan para ahli, kekuasaannya dicukur habis oleh Musa dan ditenggelamkan di laut merah atas izin Allah SWT.
Musa lahir dengan kondisi lingkungan yang sangat mencekam dan penuh waswas karena kekejaman Fir’aun, di mana ada bayi laki-laki yang lahir harus segera dibunuh. Musa sendiri, kala bayi, harus dilarung dalam Sungai Nil yang sangat berbahaya, karena buaya-buayanya yang terkenal ganas-ganas. Yuhanidz, Ibu Musa menurut saja kepda perintah Tuhan yang tidak masuk akal itu. Pasrah bongkokan.
Simak berita selengkapnya ...