SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan keputusan memberi gelar pahlawan nasional pada empat tokoh dari berbagai daerah, yakni (Alm) Tombo Lututu, (Alm) Sultan Aji Muhammad Idris, (Alm) H Usmar Ismail, dan (Alm) Raden Arya Wangsakara. Namun, dari keempat nama itu tak satu pun yang berasal dari Jawa Timur (Jatim).
Padahal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim bersama masyarakat telah mengusulkan Syaikhona Kholil (Bangkalan) dan KH Abdurrahman Wahid (Jombang) sebagai pahlawan nasional. Ketua Umum DPN Partai Gelora, Anis Matta, menilai bahwa mereka sangat layak mendapat gelar tersebut.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
"Baik Syaikhona Kholil mau pun Gus Dur sangat layak mendapat anugerah pahlawan nasional. Kami juga mendorong tokoh Al Washliyah di Sumatera Utara. Kami berharap pemerintah memberikan gelar pahlawan kepada tokoh-tokoh itu di tahun depan," ujarnya, Rabu (10/11).
Anis menuturkan, pihaknya meminta restu dan dukungan kepada masyarakat Jatim pada pemilu 2024 mendatang agar Partai Gelora memiliki wakil rakyat, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan terutama di Senayan. Menurut dia, dengan keberadaan kader Gelora di parlemen, pihaknya bisa memperjuangkan aspirasi masyarkat, termasuk memperjuangkan gelar pahlawan untuk tokoh ulama di Jatim, seperti Syaikhona Kholil dan Gus Dur.
"Dukung dan doakan agar kami memiliki wakil di parlemen, agar bisa memperjuangkan aspirasi tersebut," tuturnya.
Baca Juga: 3 Raperda Hasil Fasilitasi Gubernur Jatim Turun, Pemkot Mojokerto Sodorkan 5 Raperda Baru
Senada, Ketua DPW Gelora Jatim, M Sirot, juga menilai Syaikhona Kholil sangat layak mendapat penghargaan pahlawan nasional. Menurut dia, hal itu merupakan aspirasi masyarakat Jatim, bukan keinginan keluarga. "Apalagi beliau adalah gurunya para ulama," katanya.
Demikian pula dengan Gus Dur, menurut Sirot, juga layak mendapat gelar pahlawan nasional. Gus Dur adalah pejuang hak asasi manusia, tokoh humanisme, dan ulama besar yang memiliki banyak pengikut.
"Gus Dur meninggalkan fondasi dalam berbangsa dan bernegara dalam bingkai keberagaman. Ia bukan hanya tokoh pluralisme tapi lebih dari itu, Gus Dur tokoh humanisme," ucap Sirot. (mdr/mar)
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News