Visualisasi Perjuangan Hadratussyaikh, Badri Lukis Kolosal Mbah Hasyim saat Ditangkap Jepang

Visualisasi Perjuangan Hadratussyaikh, Badri Lukis Kolosal Mbah Hasyim saat Ditangkap Jepang Badri. foto: mma/ bangsaonline.com

Akhirnya Badri merombak lukisan itu lagi. Dibuatlah skets baru. Yaitu saat Hadratussyaikh mau dinaikkan ke atas truk oleh tentara Jepang. Maka jadilah lukisan itu.

“Sudah 50 persen,” katanya.

Badri dan Gus Riza lalu ke Jakarta. Untuk mentaskhikh lukisan itu kepada saksi sejarah. Yaitu Bulkin, adik Solihin.

“Tapi ketika saya ke Jakarta, Pak Bulkin langsung bilang. Ini salah. Kakak saya gak pernah berada di depan Hadratussyaikh. Kakak saya selalu mem-back up dari belakang Hadratussyaikh,” tutur Badri.

Badri pun tak berkutik. Ia langsung merombak lagi. Maka dibuatlah skets Hadratussyaikh saat digiring tentara Jepang naik ke atas truck. Sedang Solihin berada di belakang Hadratussyaikh.

(M Mas'ud Adnan, penulis yang juga CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com memegang tongkat Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari di Museum Islam KH Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng Jombang. Mas'ud Adnan diapit Gus Riza Yusuf Hasyim (kanan, baju ptuih) dan Gus Habib (kiri, baju batik). Foto: BANGSAONLINE.com) 

“Ketika skets itu ditunjukkan kepada Pak Bulkin, aman,” tutur Badri. Artiya, skets itu sudah sesuai dengan peristiwa.

Badri pun melanjutkan lukisannya. Tapi ketika pengerjaan lukisan itu mencapai 50 persen datanglah banjir.

“Pasuruan banjir. Padahal lukisan, yang manterialnya kanvas, berjarak satu meter saja dari air sudah risiko menjamur. Apalagi air bah,” kata Badri.

Badri berusaha menyelamatkan lukisan itu. Ia bersama istrinya mengangkat lukisan ukuran besar itu keluar rumah. Tapi ia baru sadar bahwa lukisan itu tak mungkin bisa dibawa keluar. Karena pintunya hanya ukuran dua meter. Sedang lukisan itu berukuran raksasa, 5 ½ X 2 ½ meter.

Badri lesu. Maka lukisan itu dibelah jadi tiga. Yang diambil tengahnya.

“Ya jadi 10 persen lagi,” katanya sembari tersenyum.

Tapi kenapa harus berukuran 5 ½ X 2 ½ ? “Pertimbangan kita museum-museum itu kan selalu pakai diorama,” katanya. Diorama adalah sejenis miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu adegan atau pemandangan.

Menurut dia, diorama tidak ada efek psikologis terhadap penonton.

“Tapi kalau pakai size (ukuran) yang besar kita merasakan terlibat dalam lukisan itu. Itu target kita.

Bayangkan, dalam suatu ruangan, ruang visualisasi, dengan lukisan size besar, tentang . Kita masuk, bleng, kita seperti pelaku,” katanya.

Kini lukisan kolosal dramatik itu rampung. Namun sayang lukisan penangkapan Hadratussyaikh yang sangat dramatik itu belum dipublikasikan. Kapan? Kita tunggu saja. (M Mas’ud Adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO