SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., mengaku telah menuntaskan pendirian kepengurusan cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di seluruh Indonesia.
“Sudah tuntas. Sebanyak 34 PW Pergunu dan 514 cabang Pergunu sudah berdiri. Bahkan di beberapa tempat cabang Pergunu berdiri lebih dulu daripada cabang NU,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim yang Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pergunu kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (23/11/2021).
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
Menurut dia, cepatnya penuntasan pendirian kepengurusan struktural Pergunu di seluruh Indonesia itu karena tak terkendala dana operasional.
“Semua saya biayai sendiri, uang pribadi. Para Pengurus Pusat Pergunu kalau turun ke daerah untuk melantik juga saya tanggung tiket dan uang sakunya,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu sembari tertawa.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim dikalungi sorban oleh TGH Turmudzi Badaruddin, Rais Syuriah PWNU NTB dan Mustasyar PBNU. Foto: MMA/BANGSAONLINE.COM)
Jadi, tidak merepotkan pengurus Pergunu daerah. Tidak perlu menyiapkan tiket dan lainnya. Sebaliknya, mereka justru selalu mendapat kemudahan dari Kiai Asep. Terutama secara finansial. Karena itu para guru NU di daerah antre minta didatangi Kiai Asep untuk dilantik sebagai pengurus Pergunu.
Apalagi Kiai Asep selalu bawa oleh-oleh. “Saya setiap ke daerah selalu bawa sarung,” tutur Kiai Asep. Lagi-lagi tertawa.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Selain sarung tentu Kiai Asep juga membagikan uang transport. Terutama kepada para kiai setempat, di samping pengurus NU dan Pergunu.
Bahkan Kiai Asep juga selalu menyempatkan silaturahim ke kiai-kiai sepuh dan berpengaruh setiap turun ke suatu daerah.
Yang menarik, Kiai Asep juga sering bertemu para kepala daerah, baik gubernur, wakil gubernur maupun bupati atau wali kota. "Ya saya juga memberikan sarung," kata Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama konsisten menolak bantuan pemerintah, termasuk dari Presiden Jokowi.
Baca Juga: Tegaskan Tetap Banom NU, Pengurus Cabang Jatman Tuban Dukung Penuh Kongres XIII Pusat di Boyolali
“Pak Jokowi, lewat Pak Pratikno pernah nawari bantuan untuk membangun asrama di pondok pesantren saya, tapi saya tolak. Saya lebih suka kalau presiden membantu pondok kecil yang lebih membutuhkan,” kata Kiai Asep yang pengukuhan guru besarnya di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dihadiri Presiden Jokowi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, wartawan kawakan Dahlan Iskan, dan para tokoh nasional yang lain.
Tentu para kepala daerah itu mengucapkan terima kasih karena Kiai Asep telah berkenan datang ke wilayah yang dipimpinnya. Bukan karena diberi sarung. Tapi karena banyak warganya yang mendapat beasiswa dari Kiai Asep. Mulai beasiswa S1, S2 hingga S3.
“Saya ingin mencetak 500 doktor NU yang berkualitas, ya doktor beneran,” kata Kiai Asep yang kini memiliki 12.000 santri.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Para kader NU itu mendapat beasiswa lewat Pergunu. Biasanya harus mendapat rekom dari Pengurus Wilayah atau pengurus cabang NU setempat. Kini sudah ribuan kader NU dari semua kabupaten dan kota seluruh Indonesia mendapat beasiswa dari Kiai Asep.
“Semua uang pribadi,” kata Kiai Asep yang punya obsesi besar membangun international university untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari Mesir yang punya Universitas Al-Azhar dan Yaman yang punya Al-Ahqaf.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim saat disambut Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Hj. Marlin Agustina. Foto: m mas'ud adnan/bangsaonline.com)
Karena itu tak aneh jika menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung Sumatera Selatan (Sumsel) banyak kiai, datuk, tuan guru, dan pengurus NU minta Kiai Asep bersedia dicalonkan sebagai Rais Am Syuriah atau ketua umum PBNU.
Respons Kiai Asep? “Saya tak ingin jadi pengurus NU. Saya ingin bermanfaat bagi NU,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU itu.
Baca Juga: Berperan Besar Bangun Bangsa, Khofifah Dinobatkan Sebagai Tokoh Inspiratif oleh Fatayat NU Jatim
Menurut Kiai Asep, di NU banyak orang tak jadi pengurus NU tapi bermanfaat bagi NU. Ia menunjuk salah satu contoh KH As'ad Said Ali. "Sejak dulu Kiai As'ad selalu istiqamah ngopeni PKPNU. Dan sekarang terbukti. Para kader NU yang sudah mengikuti PKPNU punya militansi tinggi. Bahkan kader PKPNU berkembang di berbagai profesi. Seperti yang viral, kader PKPNU membeli 5 pesawat terbang," katanya.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, memberikan sarung kepada Wali Kota Lubuk Linggau SN Prana Putra Sohe MM di Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Foto: M Mas'ud Adnan/ bangsaonline.com)
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Ia justru prihatin terhadap pengurus PBNU sekarang. “Masak menentukan jadwal Muktamar NU saja rebutan. Lalu apa yang mereka kerjakan selama ini,” kata Kiai Asep yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya.
Menurut Kiai Asep, jadwal Muktamar itu masalah sepele. Urusan teknis.
“Seharusnya Rais Am gak usah ikut-ikut. Masak Rais Am ngurusi masalah teknis. Berarti ini kan sangat politis. Kalau Rais Am saja tak bisa menjaga muru’ahnya, bagaimana dengan pengurus PBNU yang lain,” katanya sembari mengatakan telah terjadi dua kubu di PBNU yang sama-sama punya kepentingan untuk urusan kandidat.
“Masak NU dikerdilkan seperti itu. Mereka ini sudah mengerdilkan NU dan membuat NU kacau balau. Kenapa sih mereka tak berpikir besar, tentang program besar yang berorientAsi nasional dan internasional yang bermanfaat bagi warga NU dan bangsa Indonesia. Kok malah rebutan jadwal Muktamar,” katanya tak habis pikir.
Menurut Kiai Asep, sangat tak masuk akal memaksakan memajukan jadwal Muktamar NU. “Pemerintah membuat kebijakan PPKM level 3 untuk Natal dan Tahun Baru agar tak ada kerumunan dan tak ada orang bepergian. Kok PBNU malah mau memajukan Muktamar. Ini kan akal-akalan,” tegas Kiai Asep.
Ia mengaku sedih karena wajah PBNU identik dengan kepentingan pribadi dan politik. Ia menyebut beberapa nama pengurus PBNU yang menurut dia selalu berebut jabatan tapi tak pernah menunjukkan kinerja, apalagi prestasi bagi NU. Mereka selalu bikin gaduh setiap muktamar NU.
“Kalau seperti itu, untuk apa jadi pengurus NU,” kata Kiai Asep yang pernah menjadi anggota DPRD Kota Surabaya namun mengundurkan diri setelah enam bulan dilantik karena fokus untuk mengembangkan pesantrennya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News