5 Pendeta Beri Kesaksian Kenabian Muhammad, Ceramah Kiai Asep di Dayah Ketua PWNU Aceh

5 Pendeta Beri Kesaksian Kenabian Muhammad, Ceramah Kiai Asep di Dayah Ketua PWNU Aceh Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. saat memberikan ceramah agama di depan para santri di Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Sibreh, Aceh Besar, yang diasuh Tengku (Tgk) Haji Faisal Ali, yang tak lain Ketua PWNU Aceh, Senin (29/11/2021). Foto: M Mas'ud Adnan/ BANGSAONLINE

ACEH BESAR, BANGSAONLINE.com - Kehadiran Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Aceh mendapat sambutan luar biasa. Pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu selain melantik Pengurus Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Sabang dan , juga bertemu dengan para ketua PCNU dan juga .

Kiai Asep juga diminta memberikan taushiah di masjid dan dayah (pondok pesantren). Di antaranya di Kompleks Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Sibreh, Aceh Besar, yang diasuh Tengku (Tgk) Haji Faisal Ali, yang tak lain Ketua PWNU Aceh, Senin (29/11/2021) malam.

Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto

Kebetulan di Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah asuhan Tgk Faisal Ali sedang persiapan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW secara besar-besaran. CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas’ud Adnan, yang ikut rombongan Kiai Asep menyaksikan banyak sekali warga Aceh Besar sibuk bekerja membantu dayah tersebut. Terutama penyembelihan sapi atau lembu untuk lauk atau konsumsi para tengku, teuku, tokoh, pejabat, dan ribuan warga yang akan menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad itu.

(Para santri Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah berebut mencium tangan Kiai Asep Saifuddin Chalim)

Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto

Maka ceramah Kiai Asep di depan para santri mengupas tentang shirah nabawiyah. Menurut Kiai Asep, sejak belum lahir Nabi Muhammad sudah menjadi perbicangan para pendeta Nasrani dan rabi Yahudi. Karena nama Muhammad, meski belum lahir, sudah tertera dalam Taurat, yaitu lima kitab pertama Tanakh/Alkitab Ibrani dan bagian dari Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam bahasa Yunani kumpulan 5 kitab ini disebut Pentateukh. Taurat adalah bagian penting dari kanon/kitab suci orang Yahudi.

Bahkan, menurut Kiai Asep, dalam Taurat itu juga dijelaskan ciri-ciri nabi akhir zaman yang akan lahir itu. Di antaranya ada stempel kenabian () yang terletak di antara pundak Nabi Muhammad. Tepatnya di bagian atas belikat kiri Nabi.

“Dalam Taurat itu dijelaskan bahwa nanti akan lahir nabi akhir zaman dari tanah Makkah,” kata Kiai Asep di depan para santri ah Mahyal Ulum Al-Aziziyah yang menyimak secara antusias. Jadi para pendeta dan rabi sudah tahu kalau akan lahir nabi akhir zaman sebelum Nabi Muhammad lahir.

Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim

(Tengku (Tgk) Haji Faisal Ali, pengasuh Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah, saat memberi sambutan, Senin (29/11/2021) malam. Tgk Faisal Ali adalah Ketua PWNU Aceh.)

Siapa saja pendeta dan rabi itu? Pertama, Ka’ab Ibnu Akhbar. Ia seorang pendeta. Ka’ab lahir dari seorang pendeta besar. Ia banyak diajari Al-Kitab oleh ayahnya.

Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto

Namun ayahnya menyembunyikan salah satu halaman Al-Kitab yang diajarkan kepada Kaab Ibnu Akhbar. Ketika ayahnya meninggal, Kaab penasaran. Ia kemudian membuka halaman yang disembunyikan itu. Ternyata dalam lembaran itu tertera penjelasan bahwa akan lahir nabi akhir zaman dari wilayah Arab atau Makkah.

Kedua, Saif bin Yasin Al-Khimyari. Menurut Kiai Asep, saat Muhammad berusia 6 tahun bertemu pendeta bernama Saif bin Yasin Al-Khimyari. Pendeta ini tentu banyak mempelajari Al-Kitab. Dalam Al-Kitab yang dipelajari ia menemukan penjelasan bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasulullah.

Ketiga, Bahira atau Buhairo, pendeta yang terkenal keilmuannya. Menurut Kiai Asep, saat Nabi Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib, pamannya, membawanya dalam perjalanan perdagangan ke Syam. Rombongan itu lalu berkemah di Syam. Tak jauh dari tempat kemah itu ada seorang pendeta bernama Bahiro sedang mengamati rombongan itu.

Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga

Sebelumnya Bahiro juga melihat keanehan bahwa rombongan itu dipayungi awan sehingga tak kepanasan. Awan itu langsung hilang ketika Muhammad berteduh di balik pohon. Dalam kitab yang dipelajari Bahiro tak ada orang yang berteduh di balik pohon itu kecuali seorang Nabi.

Bahiro makin penasaran. Ia terus mengamati gerak-gerik Muhammad yang saat itu menginjak usia remaja. Ia kemudian bertanya beberapa hal terhadap Muhammad. Bahiro, rahib atau biarawan yang menganut aliran Airus Nasthuri itu mulai menyocokkan ciri-ciri kenabian seperti yang ia baca dalam al-Kitab.

Bahiro semakin yakin bahwa Muhammad adalah nabi terakhir ketika pakaian bagian belakang atas Muhammad tersingkap. Karena saat itulah Bahiro melihat di antara bahu Muhammad ada tanda kenabian semacam cap kecil: Khotamun Nubuwah.

Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan

Bahiro kemudian menyarankan Abu Thalib agar segera membawa pulang Muhammad ke Makkah. Sebab, kata Bahiro, Muhammad akan celaka jika sampai orang-orang Yahudi tahu bahwa telah lahir seorang nabi. Terutama dari Arab.

Keempat, kata Kiai Asep, adalah Nastur. Menurut Kiai Asep, saat Nabi Muhammad berusia 25 tahun, pendeta Nastur memberikan kesaksian bahwa Muhammad adalah seorang nabi. Pendeta ini - seperti para pendeta yang lain - juga banyak mempelajari Al-Kitab. Nah, dalam Al-Kitan yang ia pelajari ia mendapat keterangan bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasulullah (utusan Allah).

Kelima, Waraqah Bin Naufal. Pendeta ini sangat populer dalam sejarah keagamaan dunia. Ia seorang Imam Nestorian yang dihormati dalam tradisi Islam. Waraqah atau Waraqah menjadi salah satu pendeta pertama yang percaya kenabian Muhammad. Dia mengetahui tentang kenabian Muhammad dari Injil.

Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok

Waraqah tinggal di Makkah. Waraqah adalah sepupu tertua dari jalur ayah Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad.

(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., dan Tgk Faisal Ali. Foto: M Mas'ud Adnan)

Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok

Menurut Kiai Asep, ketika Nabi Muhammad mendapat wahyu di Gua Khira tubuhnya menggigil. Nabi pulang dan minta Siti Khadijah menyelimutinya “Zammiluny (selimuti aku), zammiluny, zammniluny,” kata Kiai Asep sembari menegaskan bahwa zammiluny adalah bahasa penghormatan kepada Siti Khadijah. Dalam bahasa Jawa zammiluny adalah bahasa halus, bukan ngoko.

Siti Khadijah bingung. Karena suaminya tak pernah seperti itu. Perempuan terhormat dan bangsawan yang dikenal sebagai konglomerat itu kemudian ingat sepupunya, Waraqah yang ahli kitab Injil. Ia kemudian bergegas mendatangi rumah Waraqah.

Bagaimana tanggapan Waraqah? “Beruntung dan berbahagialah. Karena suamimu itu adalah Nabi akhir zaman,” kata Kiai Asep menirukan ucapan pendeta Waraqah.

Bahkan, menurut Kiai Asep, pendeta Waraqah mengaku akan jadi pelindung utama bagi Nabi Muhammad SAW. Tapi tak lama kemudian, kata Kiai Asep, Waraqah meninggal dunia.

“Jadi para pendeta itu telah memberikan kesaksian tentang kenabian Rasulullah SAW,” kata Kiai Asep sembari menegaskan bahwa sejarah itu tak bisa dihapus karena merupakan fakta sejarah.

Tapi kenapa pendeta banyak yang tak masuk Islam? “Itu soal hidayah, hak prerogatif Allah SWT,” kata Kiai Asep. Menurut Kiai Asep, seandainya Allah SWT menghendaki semua penduduk bumi ini masuk Islam, niscayalah semua bergama Islam. Begitu juga sebaliknya. 

Menurut Kiai Asep, Allah SWT tidak rugi dan juga tidak untung, meski semua penduduk bumi kafir atau beragama Islam semua.

Karena itu, Kiai Asep mengajak kita bersyukur karena Allah SWT - melalui Nabi Muhammad SAW - telah menanamkan keimanan dalam diri kita. Keimanan inilah anugerah Allah SWT paling utama bagi umat manusia.

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, Kiai Asep tiba di Aceh Sabtu (27/11/2021). Kiai Asep bersama rombongan langsung menyeberang ke Pulau Sabang. Sampai di Sabang, Kiai Asep bersama rombongan berkunjung ke Kilometer 0 Indonesia.

“Selama ini kita kan hanya tahu lewat lagu Dari Sabang Sampai Merauke. Sekarang kita tahu Sabang secara nyata,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com.

Kiai Asep mengagumi warga Kota Sabang dan Aceh yang jujur dan sangat patuh pada syariat Islam. “Pokoknya kalau mengikuti syariat Islam pasti baik,” kata Kiai Asep. Menurut Kiai Asep, warga Aceh menganut madzhab Syafii. “Tinggal meningkatkan saja,” katanya.

Selama di Aceh, Kiai Asep dikawal Ketua Pengurus Wilayah (PW) Pergunu Aceh Tengku Muslem Hamdani dan para pengurus Pergunu yang lain. Kiai Asep dan rombongan baru kembali ke Surabaya, Selasa, 30 November 2021. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO