SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Ternyata polarisasi HMI dan PMII kembali mencuat menjelang Muktamar ke-34 NU yang akan digelar pada 23 – 25 Desember, di Lampung, Sumatera Selatan. Lihat saja komentar-komentar di grup WhatsApp (WA) para gus, kiai, aktivis NU, pengurus NU, dan para pengasuh pondok pesantren. Lebih-lebih di grup WA kader-kader pergerakan PMII dan kader perhimpunan HMI.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA secara terang-terangan mengaku prihatin dengan makin tersingkirnya kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari top figur PBNU. Sebaliknya, justru kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mulai dominan.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
“PMII itu organisasi mahasiswa yang yang didirikan untuk mencetak kader Nahdlatul Ulama,” tegas Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (11/12/2021).
Karena itu, ia menilai PMII dan bahkan PBNU gagal mencetak kader NU, jika Ketua Umum PBNU dijabat kader selain PMII.
Sebelumnya, Kiai Asep juga mengaku prihatin terhadap makin lemahnya kaderisasi di NU.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
“Kalau ketua umumnya (PBNU) dari HMI, untuk apa NU mendirikan PMII,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) kepada BANGSAONLINE.com usai acara Rapat Koordinasi Nasional Pergunu di Guest House Kampus Insitut KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (16/10/2021).
Kiai Asep adalah kader PMII yang kini Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet, Mojokerto. Putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU, itu mengatakan bahwa NU mendirikan PMII untuk menggodok kader NU tulen agar bisa memimpin NU secara lahir batin.
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Berbeda dengan Kiai Asep, Pjs Ketua Umum PB HMI, Romadhon JASN, justru senang dan bangga kader HMI bisa menjadi pengurus puncak NU. Di antaranya KH Yahya Cholil Staquf yang kini jadi bakal calon ketua umum PBNU.
Romadhon JASN menilai Gus Yahya – panggilan Yahya Cholil Staquf – jauh lebih jelas manfaatnya ketimbang Ketua Umum PBNU sebelumnya. Romadhon menganggap Rais Aam Syuriah PBNU KH Ma’ruf Amin dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pragmatis. Bahkan, menurut Romadhon JASN, Kiai Ma’ruf Amin dan Said Aqil terlibat politik transaksional.
"Gagasan Gus Yahya dinilai lebih jelas manfaatnya untuk kepentingan NU dan nahdiliyin. Sementara jika memotret kepemimpinan sebelumnya, NU nampak terlihat pragmatis dan terjebak dalam arus politik transaksional. Faktanya, Rais Am PB NU akhirnya terpilih menjadi Wakil Presiden di era kepemimpinan KH. Said Aqil Siraj," kata Ramdhon dikutip mediaindonesia.com.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
(Romadhon JASN. foto: dok pribadi)
Romadhon JASN juga terang-terangan mengeritik performa kepemimpinan Kiai Ma’ruf Amin dan Kiai Said Aqil Siraj yang dianggap elitis.
"Selama ini, kesan yang berkembang di tataran elit PB NU sangat elitis, lebih mesra dengan kekuasaan, bahkan nyaris lupa terhadap agenda pemberdayaan ekonomi umat dan pendidikan NU. Realitas ini yang melahirkan akumulasi kekecewaan kalangan arus bawah sehingga aspirasi mereka hanya menghendaki "pergantian" dan "perubahan" pucuk pimpinan di tubuh PB NU agar ke depan NU lebih fokus memperhatikan umat daripada sibuk dengan urusan politik praktis yang hanya menguntungkan segelitir orang dan kelompok," paparnya.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Arif Afandi, tokoh HMI yang tinggal di Surabaya Jawa Timur, juga memuji Gus Yahya. Dalam tulisannya berjudul Darurat NU di Disway (7/12/2021), Arif Afandi menilai Yahya Staquf adalah sosok yang berpikir strategis dan global. Gus Yahya, tulis Arif Afandi, bisa mengekspor gagasan-gagasan ke-NU-an ke penjuru dunia. Khususnya Islam damai: Islam Rahmah.
Tulisan Arif Afandi tampaknya mengarah pada jaringan Gus Yahya di dunia internasional. Seperti ramai diberitakan media, baik dalam negeri maupun luar negeri, Gus Yahya Staquf beberapa kali ke Amerika Serikat dan Israel. Kepergian Gus Yahya ke negara Yahudi itu menjadi polemik.
Apalagi Gus Yahya bertemu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Tapi ia mengelak merencanakan pertemuan.
Baca Juga: PWNU se-Indonesia Rakor di Surabaya, Dukung PBNU Selalu Bersama Prabowo
"Saya sendiri tidak ajukan permintaan bertemu, tapi saya menerima. Sama seperti saat saya bertemu wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, saya tidak tahu siapa yang proses, tiba-tiba kami bertemu," kata Yahya dalam wawancara khusus dengan CNNIndonesia TV, Sabtu (23/6).
Gus Yahya beralasan, kepergiannya ke Israel, untuk membela Palestina. Namun Otoritas Palestina - melalui Kementerian Luar Negerinya – justru mengecam kehadiran Yahya ke dalam American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerusalem.
"Palestina mengecam kunjungan itu dan tidak terima dengan kunjungan tersebut," tegas Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, kepada BBC News Indonesia, Rabu (13/06).
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Kini menjelang Muktamar ke-34 NU, isu Gus Yahya ke Israel itu kembali diungkit. Tak jelas, apakah ramainya isu itu bagian dari permainan opini dalam persaingan kandidat ketua umum atau murni karena prihatin.
Yang pasti, isu itu marak di kalangan para kiai dan pengasuh pondok pesantren. Juga beredar beberapa file surat terkait Israel dan surat berkop PBNU. Surat-surat itu berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Tapi, menurut Arif Afandi, dunia sekarang butuh sosok seperti Yahya Staquf. Karena selama ini dunia lebih banyak mengenal Islam dengan wajah kekerasan. Terutama Arab Saudi dengan Wahabinya.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
Arif Afandi adalah teman akrab Gus Yahya sejak mahasiswa di UGM. Gus Yahya dan Arif Afandi sama-sama menjadi aktivis HMI di kampus popular itu.
Arif Afandi juga aktivis NU. Mantan Wakil Wali Kota Surabaya itu pengurus lembaga di PWNU Jawa Timur. Bahkan mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos itu dipercaya sebagai Direktur Utama Majalah Aula, majalah resmi PWNU Jatim.
Sumber BANGSAONLINE.com menyebutkan, kini banyak sekali aktivis HMI yang jadi pengurus PWNU Jawa Timur. Menurut sumber itu, sekitar 40 persen pengurus PWNU Jawa Timur adalah aktivis HMI.
Apa benar banyaknya tokoh HMI masuk kepengurusan PWNU Jawa Timur karena faktor Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang saat itu wakil gubernur?
“Sebagian memang ya. Tapi sebagian karena memang orang baik. Ada yang berasal dari pondok, tapi ketika kuliah masuk pengkaderan mereka (HMI),” kata seorang kiai pengasuh pondok pesantren yang juga salah satu pengurus harian PWNU Jawa Timur kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (11/12/2021).
Kiai yang cukup berpengaruh ini mengatakan bahwa komposisi HMI di PWNU Jawa Timur tak sampai 40 persen. “Gak sampai 40 persen,” tegasnya. Tapi ia mengakui memang banyak kader HMI yang jadi pengurus PWNU Jawa Timur.
Kiai intelektual itu secara obyektif juga mengeritik kader PMII yang tidak disiplin, terutama secara organisasi dan ideologi.
“La nggih. Yang PMII malah mendukung calon HMI. Bahkan jadi tim sukses. Gak tahu karena apa. Ya mungkin (pragmatis)….ya begitulah,” katanya sembari tertawa.
Di kepengurusan PBNU, kader HMI juga banyak. Selain Gus Ipul juga ada M Nuh Dea, mantan rektor ITS dan Mendiknas. Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini juga disebut-sebut sebagai kader HMI.
“Semua itu bukan serba kebetulan. HMI connection kan memang kuat. Ya teman-teman PMII juga harus introspeksi. Jangan hanya menyalahkan. Harus berpikir ideologis dan strategis juga. Jangan pragmatis. Contohlah HMI. Masuk organisasi apap un selalu mengedepankan HMI-nya, termasuk di NU,” kata seorang kader NU yang juga pengurus Banom NU Jawa Timur.
Ia menunjuk contoh ditunjuknya M Nuh sebagai Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU di Lampung.
“Ya itu kan gak mungkin karena faktor kebetulan,” katanya.
Namun juga banyak yang berkomentar agar latar belakang HMI dan PMII tidak dipertentangkan.
"Seng penting podho NU-ne (Yang penting sama NU-nya)," katanya.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, kini muncul beberapa kandidat Ketua Umum PBNU. Yaitu KH Said Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU, dan Gus Yahya, Katib Aam Syuriah PBNU.
Belakangan muncul nama KH As’ad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU (2010-2015) dan KH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur. Dua nama kiai ini tak melakukan deklarasi, tapi kabarnya suaranya menguat. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News