NGANJUK (BangsaOnline) - KH Ahmad Baghowi sangat serius mencari referensi atau rujukan kitab kuning ketika membahas soal Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa). Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk Jawa Timur ini bahkan mengingatkan BangsaOnline.com lewat sms.
”Pada waktu Rasulullah wafat jumlah sahabat 124.000 orang, kemudian mengangkat Khalifah Abu Bakar dengan (wakil pemilih/anggota Ahwa) berjumlah 5 orang,” tulis Kiai Ahmad Baghawi lewat SMS kepada BangsaOnline.com. Artinya, para sahabat yang saat itu berjumlah 124.000 orang diwakili oleh 5 orang untuk memilih Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah SAW.
Baca Juga: PWNU se-Indonesia Rakor di Surabaya, Dukung PBNU Selalu Bersama Prabowo
”Sekarang jumlah warga NU ratusan juta, kalau jumlah anggota Ahwa 500 orang sudah sesuai,” kata Kiai Ahmad Baghowi. Artinya, pemilihan Rais Am dan Ketua Umum PBNU yang selama ini diwakili 500 Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziah seluruh Indonesia sudah sesuai Ahwa. “Silakan lihat kitab Qorthrul Ghaits halaman 12 dan kitab Al-Fiqhu Alaa Madzahibil Arb’ah halaman 1364,” kata Kiai Ahmad Baghowi.
Pemikiran Kiai Ahmad Baghawi ini sangat cerdas dan rasional, terutama dalam memahami kitab kuning secara kontekstual. Ia selain bisa memberi referensi historis juga memberi data empiris dan representatif dalam memilih pemimpin menurut Islam, khususnya dalam perspektif Aswaja. Jadi, menurut dia, substansi Ahwa adalah keterwakilan yang bisa merepresentasikan kualitas dan kwantitas. Karena itu jumlah warga NU yang kini mencapai ratusan juta tak bisa dirampas oleh sejumlah kecil orang yang integritasnya belum bisa dijamin.
Menurut dia, sangat tidak masuk akal kalau warga NU yang jumlahnya ratusan juta hanya diwakili 9 orang seperti konsep Ahwa PWNU Jawa Timur dalam memilih Rais Am dan Ketua Umum PBNU. Sebab konsep tersebut selain mengerdilkan NU juga menghambat semangat pengurus NU di daerah untuk berkhidmat pada NU. “Ini jelas mengurangi semangat PCNU,” tegasnya. Padahal, menurut dia, PBNU dan PWNU Jawa Timur seharusnya member support dan motivasi kepada PCNU agar semakin semangat untuk berkhidmat di NU, bukan malah menghambat dengan berbagai rancangan aturan.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Karena itu wajar jika mayoritas Rais Syuriah PCNU dan PWNU di luar PWNU Jawa Timur menolak sistem Ahwa yang membatasi anggota Ahwa hanya 9 orang.
”Waktu pertemuan di Sidogiri kan saya tidak sepakat dengan jumlah Ahwa yang 9 orang,” kata Kiai Ahmad Baghowi. Ia mengakui saat pertemuan yang diorganisasi PWNU Jawa Timur itu lebih banyak diam, tapi bukan berarti dirinya setuju.
”Waktu pertemuan Rais PCNU dengan PWNU Jatim di Sidogiri memang seolah telah disepakati sistem Ahwa, tapi saya tak setuju dengan jumlah yang 9 orang,” tegasnya.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Kiai Ahmad Baghowi juga mengingatkan agar Ahwa jangan dijadikan alat kekuasaan untuk tujuan diluar jalur agama atau syariat Islam. ”Ahwa jangan bertujuan untuk mendukung atau menjatuhkan calon Rais Aam atau Ketua Umum PBNU. Tapi harus bertujuan mengikuti jejak Khulafaurrasyidin sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW,” kata Kiai Ahmad Baghowi.
Sebelumnya, Wakil Rais Syuriah PCNU Tuban KH Ahmad Nadzir mengatakan jika PBNU dan PWNU Jawa Timur memaksakan sistem Ahwa dengan jumlah 9 orang, maka para Rais Syuriah PCNU dan PWNU akan menganggur di Muktamar. Begitu juga Ketua Tanfidziah PCNU Tulungagung KH Abdul Hakim Musthofa mengakui bahwa dibalik Ahwa ada unsur politik menjegal figur tertentu, yaitu KHA Hasyim Muzadi, sebagai calon Rais Am yang didukung mayoritas PCNU terutama di Jawa Timur.
Lalu kenapa KH Ahmad Baghowi menyatakan draft perampingan struktur kepemimpinan NU mirip Syiah Imamiyah? Ikuti terus wawancara dengan Rais Syuriah PCNU Nganjuk ini di BangsaOnline.com spesial Muktamar NU besok.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News