PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Haul KH. Ufi Biahdillah digelar di Dusun Blera, Desa Sumber Dawesari, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Ahad (16/01). Acara ini dihadiri Hj. Nikmah Jamilah Halim, Ketua Yayasan Nusa Bangsa (Yanuba) Pasuruan.
Dalam haul itu, Jamilah yang juga cicit KH. Ufi Biahdillah, menceritakan sekelumit kisah kakek buyutnya tersebut.
Baca Juga: Kiai Wilayah Pasuruan Barat Deklarasi Dukungan untuk Pasangan MUDAH
Menurutnya, almarhum KH Ufi Biahdillah adalah orang yang sangat menentang Pemerintah Belanda. Karena itu, Mbah Ufi, begitu Jamilah memanggil KH Ufi Biahdillah, sangat dicari oleh Tentara Belanda.
“Beliau merupakan tokoh yang disegani oleh masyarakat di wilayah Pasuruan Timur. Selain itu, beliau juga orang yang istiqomah mensiarkan agama Islam lewat majelis ta'limnya seperti, Manaqib Syekh Abdul Qodir, thoriqoh, serta dzikir lainya,” ujarnya.
Kegiatan-kegiatan yang digagas Kiai Ufi itulah yang dicurigai oleh Pemerintah Belanda sebagai gerakan pemberontakan. Apalagi tiap kegiatan, dihadiri banyak orang.
Baca Juga: Ratusan Kiai Alumni Pondok Pesantren Dukung Kemenangan Pasangan MUDAH di Pilbup Pasuruan 2024
“Makanya Mbah Ufi itu jarang pulang. Kalau situasinya aman, baru pulang. Kalau gak gitu, ditangkap oleh Belanda, karena stasiun pusat transportasi penjajah itu kurang lebih 500 meteran dari sini,” terang Jamilah.
Cerita itu dibenarkan oleh putra almarhum, Kiai Mukhlas. Menurut Kiai Mukhlas, ayahnya memang jarang tinggal di rumah karena selalu diintai oleh penjajah belanda. Apalagi, Kiai Ufi adalah Komandan Hisbulloh Rayon Kacamatan Grati.
“Tetapi takdir berkata lain, saat istri almarhum sedang hamil, yakni Bu Nyai Fathonah, akhirnya beliau pulang,” kata Kiai Mukhlas.
Baca Juga: Khofifah Kader Ideologis Gus Dur, Loyalitas tanpa Batas
Kepulangan Kiai Ufi menimbulkan kepanikan dahsyat dari keluarga besarnya. Tak pelak, Tentara Belanda akhirnya berhasil menangkap Kiai Ufi setelah melakukan penggerebekan di Pondok Pesantren Manba'ul Ulum, yang diasuh beliau langsung.
Kiai Mukhlas berkisah, bahwa penangkapan itu berlangsung dramatis. Tentara Belanda menembaki Kiai Ufi berkali-kali.
“Mbah Ufi tertembak saat beliau hendak ngimami sholat jamaah dzuhur bersama santrinya. Tahu-tahunya Tentara Belanda mengobrak-abrik santri yang hendak jamaah, dan akhirnya menyeret Mbah Ufi. Tak hanya diseret, tapi disiksa hingga terhitung ratusan tembakan ke tubuh beliau, tetapi peluru itu tak bisa menembus badan beliau. Insiden itu terjadi di sungai sebelah timur kediaman beliau,” jelas Kiai Mukhlas.
Baca Juga: Kenapa Gaya Jalan Khofifah sangat Cepat? Ini kata Pakar Bahasa Tubuh
Dengan kondisi tak berdaya itu, Kiai Ufi mengajukan permintaan terakhir, yaitu diperbolehkan melanjutkan sholat ashar.
“Usai melaksanakan sholat, Mbah Ufi membuka diri kelemahanya. Mbah Ufi membuka mulutnya dan mempersilakan Tentara Belanda menembaknya. Di situlah Belanda akhirnya berhasil menembak beliau hingga meninggal dunia,” paparnya.
“Di sini kita tahu bahwa sosok Mbah Ufi adalah benar-benar pahlawan,” pungkas Kiai Mukhlas, seraya menyampaikan garapan keluarga besar Kiai Ufi Biahdillah, agar Kiai Ufi dimasukkan dalam deretan pahlawan yang ada di Wilayah Pasuruan. (afa/mar)
Baca Juga: Mengenang Hari Lahir Hadratussyaikh, Satu-satunya Ulama yang Sukses Menyatukan Umat Islam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News