SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Hari ini, 14 Februari, sangat istimewa sekaligus bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena selain pemilihan umum (pemilu), juga merupakan hari lahir Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari.
Hadratussyaikh lahir pada 14 Februari 1871. Hadratussyaikh adalah pejuang kemerdekaan RI, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Baca Juga: Grand Launching Majelis Istighotsah Ikapete, Gus Fahmi Ajak Lestarikan Peninggalan Mbah Hasyim
Sangat wajar jika Hadratussyikh ditetapkan sebagai pahlawan oleh Presiden Soekarno pada 17 November 1964.
Haratussyaikh tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga kesohor di kalangan ulama dunia. Banyak karya-karya Hadratussyaikh berupa kitab atau buku diterbitkan di berbagai negara, terutama di Timur Tengah.
Bahkan karya-karya Hadratussyaikh itulah yang menjadi ruh dan amalan Nahdlatul Ulama, organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Saat mondok di Makkah, Hadratussyaikh berikrar di Multazam (Ka’bah atau Baitullah) bersama para santri asal Indoneaia untuk memerdekaan bangsanya dari cengkeraman penjajah. Sepulang dari Makkah, tekad berjuang itu benar-benar direalisasikan. Selain membangun pendidikan, Hadratussyaikh sangat aktif melawan penjajah.
Bahkan Pesantren Tebuireng sempat dihancurkan oleh penjajah dan Hadratussyaikh dipenjara. Pesantren Tebuireng memang populer sebagai markas perjuangan kemerdekaan.
Banyak para pejuang kemerdekaan – terutama kiai dan santri dari berbagai daerah – lari ke Pesantren Tebuireng saat dikejar-kejar tentara penjajah. Anehnya, tentara penjajah kehilangan jejak ketika para pejuang kemerdekaan itu masuk ke Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Bedah Buku KHM. Hasyim Asy’ari, Khofifah Gaungkan Qanun Asasi NU Jelang Kongres XVIII Muslimat
Hadratussyaikh selalu menyambut baik para pejuang kemederkaan yang lari ke Pesantren Tebuireng. Bahkan Hadratussyaikh sendiri yang menunjukkan para pejuang kemerdekaan itu bersembunyi. Para pejuang kemerdekaan itu juga dijamu dengan makanan.
Yang paling menakjubkan, Hadratussyaikh merupakan satu-satunya ulama yang mampu menyatukam umat Islam di Indonesia.
Saat Hadratussyaikh menjabat sebagai Ketua Besar Masyumi, semua pemimpin Islam dan organisasi Islam berada di bawah kepemimpinan Hadratussyaikh. Fatwanya selalu didengar umat dan ditaati karena berakhlak mulia dan meletakkan keulamaan di atas politik. Bukan sebaliknya.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Hadratussyaikh memang ulama yang negarawan. Selalu menomorsatukan persatuan, baik bangsa maupun umat Islam. Bahkan Hadratussyaikh bisa dijuluki sebagai bapak pemersatu bangsa. Sikap toleransinya luar biasa.
Simak saja pengakuan Karl Von Smith ketika mau masuk Islam. Hadratussyaikh tak serta merta mengiyakan. Hadratussyaikh minta Karl Von Smith berpikir berapa bulan sampai akhirnya ia mantap masuk Islam.
"Kamu bebas untuk memilih agama yang kamu suka dan kamu ridlai untuk dirimu. Kamu telah memahami Islam, maka pilihlah untuk dirimu keyakinan (aqidah) dan agama yang kamu percayai dengan syarat keimanan dan aqidah ini berdasarkan ilmu, pengertian, dan kesadaran, dan keyakinan setelah mempelajarinya," ungkap Karl Von Smith menirukan petuah Hadratussyaikh.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Karl Von Smith lahir pada 1902 di Kota Hanover, Jerman. Ia bekerja di Kementerian Dalam Negeri Belanda. Pria berkebangsaan Belanda lulusan Universitas Leiden Belanda itu lalu bergabung dengan “Nedam”, perusahaan kontruksi bangunan Belanda yang sangat terkenal. Ia sempat tinggal di Surabaya.
Pengakuan Karl Von Smith ini menarik. Berarti Hadratussyaikh sangat arif dan mulia akhlaknya. Hadratussyaikh menghargai penganut agama lain. Hadratussyaikh tak mau mengusik keimanan penganut agama lain. Hadratussyaikh menghargai keyakinan yang dianut Karl Von Smith yang saat itu beragama Kristen.
Menurut Smith, Hadratussyaikh dalam berdialog tak pernah menyitir ayat al-Quran dan Hadits sebelum Karl Von Smith masuk Islam.
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
“Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari memahamkan kepada saya tentang Islam dari buku-buku yang pernah saya baca dan dari agama Nasrani yang pernah saya peluk,” kata Karl Von Smith seperti ditulis Muhammad Asad Syihab dalam bukunya Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali Indonesia (Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari Pejuang Kemerdekaan Indonesia). Buku ini diterjemahkan Zainur Ridlo. Diterbitkan Pustaka Tebuireng Jombang
Hadratussyaikh baru merestui Smith masuk Islam setelah merasakan keyakinannya bulat.
“Ketika itulah saya berniat memeluk agama Islam dan saya menyatakannya di hadapan beliau,” kata Karl Von Smith. Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Hadratussyaikh. Tentu disaksikan orang-orang Islam yang lain.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Ketika Karl Von Smith memeluk Islam, barulah Hadratussyaikh menyampaikan ayat al-Quran. “Ketika saya merasa puas dan dapat menerima Islam, setelah berkomunikasi selama 10 bulan, baru beliau (Hadratussyaikh) mulai menyampaikan sedikit dari ayat-ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi SAW yang penuh mutiara hikmah dan nasihat-nasihat. Sungguh benar-benar tertarik mendengar ayat-ayat Al-Quran dan kagum dengan ketinggian makna-maknanya, sehingga saya sangat merindukan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ayat-ayat Al-Quran,” katanya.
Menurut Karl Von Smith, Hadratussyaikh memiliki kemampuan naluri tinggi. Hadratussyaikh bisa memahamkan kepada orang, dan mempunyai kemampuan menerangkan hal-hal yang sulit dipahami, tanpa harus menjelaskan panjang lebar sehingga membosankan.
“Seandainya di dunia ini ada sepuluh orang saja seperti beliau (Hadratussyaikh) yang mengkhususkan diri untuk dakwah Islam di Eropa umpamanya, dengan gaya bahasa beliau yang halus dan menarik itu, maka tak diragukan lagi kita akan melihat hampir semua orang Eropa beragama Islam,” kata Karl Von Smith.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Perpindahan agama Karl Von Smith tercium Pemerintah Belanda. Penjajah bangsa Indonesia itu murka. Belanda mencap Karl Von Smith pengkhianat.
Saking murkanya, pemerintah Belanda membuat pengumuman: barang siapa bisa menangkap dan membawa Karl Von Smith dalam keadaan hidup atau mati, akan diberi hadiah 1.000 dollar.
Alhasil, Hadratussyaikh bukan saja pemersatu bangsa dan umat Islam tapi juga sangat menghargai keyakinan yang berbeda. Dan ini sangat sesuai dengan watak keindonesiaan.
Tak aneh, jika para pejuang kemerdekaan seperti Panglima Soedirman, Soekarno, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh besar lainnya banyak yang berdiskusi bahkan minta fatwa pada Hadratussyaikh.
Lahirnya Resolusi Jihad yang kemudian menjadi ruh dan semangat berkobarnya pertempuran 10 November di Surabaya adalah fakta sejarah tak terbantah.
Wallahua’lam bisshawab. (M. Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News