Oleh: M Mas’ud Adnan --- Kekalahan Prof Dr KH Said Aqil Siroj dalam perebutan ketua umum PBNU di Muktamar ke-34 Lampung benar-benar mengubah peta politik di internal NU. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di bawah kepemimpinan A Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang semula mendapat support full dari Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siroj mendadak kehilangan dukungan politik di dalam organisasi terbesar di Indonesia itu.
Bahkan, sejak sebelum Muktamar, KH Yahya Cholil Staquf, yang kemudian terpilih sebagai ketua umum PBNU, telah mengisyaraktan akan menghabisi dominasi PKB di PBNU. Keponakan Gus Mus itu secara tegas mengatakan bahwa PBNU tak boleh jadi alat politik PKB dan juga tak boleh dikooptasi PKB. Yahya Staquf pun memasukkan para politikus PDIP, Golkar, PPP, minus PKB, dalam kepengurusan PBNU yang baru.
Baca Juga: PKB Gelar Konsolidasi Pemenangan Paslon Luman dan Mudah di Pasuruan
Sikap PBNU di bawah kepemimpinan Rais Am Syuriah PBNU KH Miftahul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memang sangat tak menguntungkan Cak Imin.
Yang menarik, bukan hanya PKB yang terancam tak mendapat dukungan politik PBNU, tapi posisi Cak Imin sendiri juga berada di ujung tanduk. Spekulasi politik yang berkembang di grup-grup WA para kiai, aktivis dan pengurus NU mengisyaratkan bahwa Cak Imin sudah tak mendapat simpati lagi.
Muktamar ke-34 NU di Lampung memang berbeda 180 derajat dengan Muktamar NU ke-33 di Jombang. Pada Muktamar NU Alun-Alun Jombang Cak Imin all out mendukung Kiai Said Aqil Siroj. Cak Imin bersama barisan PKB leluasa dan dengan mudah menyingkirkan KH A. Hasyim Muzadi (calon Rais Aam) dan KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah (calon ketua umum PBNU). Padahal dua tokoh NU itu mendapat dukungan PWNU dan PCNU secara mayoritas.
Baca Juga: Perseteruan PAN dan PKB di DPRD Kota Blitar, Koalisi Pilwali Terancam Bubar
(Yaqut Cholil Qoumas. foto: ist)
Pada Muktamar NU di Lampung Cak Imin justru tampak ragu dan bimbang untuk menentukan pilihan terhadap Said Aqil. Ini mudah dipahami, karena sejak awal posisi Kiai Said Aqil lemah, diperkirakan kalah.
Celakanya, Cak Imin juga tak bisa melompat begitu saja untuk mendukung Yahya Staquf. Cak Imin selain ewuh pekewuh meninggalkan Said Aqil begitu saja, juga Yahya Staquf telah dikelilingi para para politikus yang secara politik tak seirama dengan Cak Imin.
Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya
Mereka adalah Mardani Maming (politikus PDIP, ketua DPD PDIP Kalsel, yang kemudian diangkat sebagai bendahara umum PBNU), Nusron Wahid (politikus Golkar, diangkat Waketum PBNU), Saifullah Yusuf (Gus Ipul, Wali Kota Pasuruan, diangkat Sekjen PBNU), Choirul Sholeh Rasyid (politikus PPP, diangkat Wakil Ketua PBNU) dan banyak lagi politikus dan bahkan pejabat tinggi.
Pada akhirnya sikap Cak Imin memang mendua pada Muktamar NU di Lampung. Ia mengintruksikan agar kader PKB mendukung Kiai Said Aqil dan Yahya Staquf. Sikap ambivalen ini justru semakin tidak menguntungkan Cak Imin secara politik.
Betapa tidak. Di kubu Said Aqil Cak Imin dibenci, bahkan dicap pengkhianat. Sementara di kubu Yahya Staquf, Cak Imin juga tak mendapat tempat. Info yang beredar, Kiai said Aqil sangat kecewa. Bahkan merasa dikhianati Cak Imin.
Baca Juga: Gus Ipul Tetap Jabat Mensos di Kabinet Merah Putih
(Yenny Wahid. foto: Jawa Pos)
Puncak disharmoni Cak Imin dengan PBNU bisa kita saksikan pada pelantikan PBNU. Cak Imin tak hadir. Tak jelas, apakah Cak Imin absen karena tak diundang atau sebaliknya. Yang pasti, ketidakhadiran Cak Imin pada acara pelantikan PBNU itu makin menunjukkan betapa terdapat jurang konflik yang menganga.
Yang menarik, di tengah kondisi berseberangan dengan PBNU itu, Cak Imin justru gencar mendeklarasikan diri sebagai calon presiden (capres). PKB menggerakkan kader-kader partai di bawah untuk mendeklarasikan Cak Imin sebagai calon presiden. Termasuk di Jawa Timur. Sayangnya, elektabilitas Cak Imin juga tak beranjak naik. Banyak pengurus PKB mengaku pusing menyaksikan elektabilitas ketua umumnya jalan di tempat.
Baca Juga: Aktif Tanggulangi Kemiskinan di Jatim, Pj Gubernur dan Mensos Apresiasi Kerja Pilar Kessos
Kini kondisi politik NU memang tak menguntungkan bagi Cak Imin. Terutama karena secara nasional, PBNU sudah tak berada di belakang Cak Imin. Akibatnya, pemerintah pun akan memandang sebelah mata pada Cak Imin. Pemerintah pasti merasa lebih percaya diri (PD) di-back up PBNU ketimbang PKB yang kursinya di DPR RI tak terlalu signifikan.
Tapi benarkah Cak Imin akan segera lengser atau dilengserkan, setelah 17 tahun menguasai PKB, tepatnya sejak Muktamar PKB di Semarang apda 2005?
Yang pasti, kini muncul spekulasi politik bahwa posisi Cak Imin berada di ujung tanduk. Informasi yang beredar, cepat atau lambat Cak Imin akan segera lengser atau dilengserkan oleh para stakeholder NU.
Baca Juga: Perlancar Pengambilan Sampah di Kampung, Anggota Fraksi PKB DPRD Kota Batu Bantu Ranmor Roda Tiga
(Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. foto: CNN Indonesia)
Tapi siapa penggantinya? Muncul kabar bahwa Yaqut Cholil Qoumas sangat berpeluang menggantikan Cak Imin sebagai ketua umum PKB. Jamak diketahui, Yaqut adalah adik kandung Yahya Staquf. Selain menjabat Menteri Agama RI, Yaqut juga ketua umum PP GP Ansor.
Posisi Yaqut memang sangat strategis. Apalagi Yaqut tampak sangat all out memenangkan sang abang saat Muktamar NU di Lampung.
Baca Juga: Pimpinan DPRD Kabupaten Pasuruan Periode 2024-2029 Resmi Dilantik, PKB Kembali Pegang Orang Nomor 1
Yenny Wahid, putri Gus Dur, juga dikabarkan berpeluang untuk menggantikan Cak Imin. Yenny, seperti kita ketahui, adalah lawan utama politik Cak Imin di PKB. Ia habis-habisan memperjuangkan Gus Dur sebagai ketua umum Dewan Syuro yang ternyata didepak dari PKB oleh Cak Imin. Padahal Gus Dur adalah pendiri utama PKB.
Publik pun mencap Cak Imin sebagai pengkhianat Gus Dur. Bukan saja karena Gus Dur pendiri utama PKB, tapi juga Gus Dur lah yang mencangking Cak Imin menjadi Sekjen PKB saat partai itu awal didirikan.
Saat PKB didirikan, Cak Imin masih bau kencur. Ia baru selesai menjabat ketua umum PMII. Aslinya, banyak yang mempersoalkan Cak Imin jadi sekjen PKB. Tapi karena keputusan Gus Dur, semua diam. Ternyata air susu dibalas air tuba.
Baca Juga: 3 Anggota Dewan Ditetapkan Sebagai Pimpinan DPRD Trenggalek
Selain Yaqut dan Yenny juga ada nama Gus Ipul. Informasi yang beredar, Gus Ipul punya kans kuat menjadi ketua umum PKB menggantikan Cak Imin karena didukung oleh petinggi penting di PBNU. Siapa? Yang pasti, tentu saja bukan Yahya Staquf. Ya, Yahya Staquf pasti lebih mendukung Yaqut. Sang adik.
Lalu siapa?
Kita nantikan saja drama politik PKB dan PBNU! Wallahua’lam bisshawab.
Penulis, alumnus Pascasarjana Unair dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News