Indonesia Kena Akibat Buruk, Rupiah Melemah Gara-Gara Perang Rusia-Ukraina

Indonesia Kena Akibat Buruk, Rupiah Melemah Gara-Gara Perang Rusia-Ukraina Wajah lesu warga Ukraina. Mereka berkabung atas insiden bom di wilayah Kharkiv. Foto: AFP/mediaindonesia.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Prediksi Dahlan Iskan mulai menjadi kenyataan. dan Rusia benar-benar berakibat buruk pada Indonesia.

“Yang pasti, Anda yang pro-Rusia maupun yang pro-Ukraina akan bernasib sama: sama-sama akan menerima akibat buruk. Yakni, kenaikan harga bensin. Harga minyak mentah sudah naik sampai USD 107 per barel. Pertamina tidak akan kuat menahan harga bensin yang ada sekarang,” tulis wartawan kondang itu di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Kamis 3 Maret 2022 lalu.

Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang

Menurut Dahlan, harga terigu juga akan ikut naik. “Kiriman gandum dari Ukraina mulai terhambat,” tambah mantan menteri BUMN itu.

“Perang sebaiknya memang harus cepat selesai. Siapa pun yang menang. Mereka yang perang, kita yang tidak tahan,” kata Dahlan Iskan  yang mendapat penghargaan utama sebagai Tokoh Pers Terproduktif dan Terluas serta Terbanyak Dibaca Tulisannya dari HARIAN BANGSA pada 1 Maret 2022 lalu. 

Bagaimana dengan nilai rupiah? Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah sepanjang pekan ini. Rupiah senasib dengan mata uang utama Asia yang juga tidak berdaya di hadapan greenback.

Baca Juga: Menkumham Tanda Tangani MoU Kerja Sama di Bidang Hukum dengan Rusia

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.385/US$. Jadi sepanjang minggu ini 0,14% terhadap mata uang Negeri Paman Sam.

Namun rupiah tidak sendiri karena berbagai mata uang utama Asia pun bernasib sama. Yuan China melemah 0,18%, rupee India terdepresiasi 1,8%, won Korea Selatan melemah 1,66%, dollar Taiwan melemah 0,57%, baht Thailand melemah 0,74%, dollar Singapura melemah 0,46%, dan dollar Hong Kong melemah 0,06%.

"Cerita yang ada di pasar saat ini adalah pelarian ke aset aman (flight to safety). Perilaku ini seakan terjadi dalam semalam," ujar Amo Sahota, Direktur di Klarity FX yang berbasis di San Francisco (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.

Baca Juga: Presiden Tiongkok Jinping Kunjungi Rusia saat Putin Diputuskan sebagai Penjahat Perang

Penyebabnya adalah perang di Ukraina. Serangan Rusia ke negara tersebut sudah memasuki minggu kedua.

Pasukan Rusia berhasil mengusai pembangkit listrik bertenaga nuklir di Ukraina, yang menjadi yang terbesar di Eropa. Tentara Negeri Beruang Merah pun sudah mengepung kota Mariupol di sebelah tenggara Ukraina. Kepungan tentara Rusia membuat kota itu tidak lagi memiliki akses air bersih, listrik, dan makanan.

Perkembangan ini membuat investor benar-benar hanya bermain aman, enggan mengambil risiko. Oleh karena itu, aset aman (safe-haven) seperti dolar AS menjadi salah satu pilihan. (tim)

Baca Juga: Rusia Diprediksi akan Tingkatkan Eskalasi Perang Terhadap Ukraina Pada 24 Februari 2023

Sumber: CNBC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO