SURABAYA (BANGSAONLINE.com) - DPRD Kota Surabaya menolak rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengubah gedung Siola menjadi museum. Wakil rakyat ini menilai, gedung cagar budaya itu lebih bermanfaat jika digunakan sebagai markas Satpol PP dan Bakesbanglinmas.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Masduki Toha mengatakan, kebutuhan untuk penambahan museum di Surabaya masih kurang mendesak. Surabaya saat ini sudah memiliki museum yang berada di komplek Tugu Pahlawan. Seharusnya, museum ini bisa lebih dioptimalkan fungsinya daripada membangun museum baru.
Baca Juga: Bang Udin, Pemuda Inspiratif Versi Forkom Jurnalis Nahdliyin
“Kenapa saya lebih sepakat gedung Siola itu jadi markas Satpol PP, karena kantor Satpol yang ada sekarang kurang memadai. Itu lihat saja parkiran memenuhi jalan. Ini sudah saya usulkan ketika saya di Komisi A. Tapi kenapa kok malah mau dijadikan museum,” keluh Masduki.
Masduki menilai, kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang paling mendesak untuk direlokasi adalah Satpol PP. Sebab, jumlah tenaga Satpol PP yang sekarang berkantor di Jalan Jaksa Agung Suprapto cukup banyak. Kemudian luasan kantor yang ada kurang memadai.
Jika Satpol PP menempati gedung Siola, aparat penegak Peraturan Daerah (Perda) ini memiliki ruangan yang cukup luas untuk menunjang kinerjanya. Misalnya, untuk briefing anggota. “Selain itu, gedung Siola ini kan berada di pusat kota. Sehingga kemana-mana akan lebih mudah,” terangnya.
Baca Juga: Reses Perdana, Ning Ais Serap Aspirasi Ratusan Masyarakat di Simokerto
Politikus asal PKB ini tidak mempersoalkan ketika gedung Siola itu dijadikan museum. Namun, mengingat gedung Siola itu merupakan gedung tua dan berada di lokasi yang strategis, maka perlu ada studi kelayakan.
Untuk melakukan studi kelayakan ini, Pemkot harus menggandeng tim independen. “Wali kota jangan hanya bengak-bengok (teriak-teriak) saja akan menjadi Siola sebagai museum. Itu harus ada studi kelayakannya dulu. Ketika hendak dijadikan museum, itu bagus tidak,” katanya.
Seperti diketahui, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berencana menjadikan gedung Siola sebagai museum. Keinginan membangun museum ini karena Surabaya belum memiliki museum khusus literasi sejarah kota Surabaya.
Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024
Saat ini, beberapa benda antik dan bermakna historis telah dikumpulkan wali kota untuk nantinya disimpan di museum tersebut. Di antaranya brankas, mesin ketik, uang kuno, buku-buku kuno, peta, lokomotif dari Rumah Potong Hewan (RPH), dan juga catatan akta sejak zaman Belanda yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil).
Gedung yang pada zaman Belanda bernama White Laidlaw ini juga akan dijadikan tempat pertemuan seniman dan budayawan. Para artis jalanan juga bisa menampilkan pertunjukan masing-masing, mulai dari musik, melukis maupun seni lainnya. Sehingga, kawasan Tunjungan bisa kembali ramai.
“Saya pengen di Jalan Tunjungan ini ada street artis seperti pertunjukan musik dan pameran lukisan. Harapannya untuk membantu menghidupkan kembali kawasan Tunjungan yang sudah mati,” kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News