MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Lagi-lagi Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, menggelar sedekah kolosal pada Bulan Suci Ramadan. Kali ini, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu mendistribusikan sedekah mulai hari pertama puasa Ramadan.
Berapa jumlahnya?
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Kali ini 40.000 paket. Satu paket senilai Rp 200.000. Berisi beras 5 Kg, sarung dan uang Rp 100.000. Jadi kalau ditotal Rp 8 miliar,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com di sela-sela kesibukan memantau pembagian sedekah di Masjid Kampus Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Selasa (6/4/2022) malam.
Itu tak termasuk konsumsi. "Untuk konsumsi saya menyembelih sapi. Satu sapi untuk tiga hari karena warga yang kita undang tiap hari 1.200 orang," kata Kiai Asep yang juga ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Namun, kata Kiai Asep, pada tanggal 13 nanti libur dulu. "Saya mau umrah. Setelah umrah nanti dimulai lagi. Tiap hari," tutur Kiai Asep.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: MMA/ BANGSAONLINE)
Pemandangan di Kampus IKHAC kini memang beda. Selalu penuh orang. Setiap pukul 4 sore, sejak hari pertama puasa, warga membanjiri kampus yang didirikan Kiai Asep tersebut. Mereka datang berduyun-duyun ke kampus tersebut untuk menerima bingkisan dari Kiai Asep.
“Hari ini 1.200 ribu orang. Tiap hari dua kecamatan yang kita undang,” kata Ustad Amin, salah satu panitia kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (6/4/2022). Ustadz Amin selain bertugas mengoordinir warga bersama Sobirin, juga ditugasi membagikan uang.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Ribuan warga itu datang secara tertib. Begitu datang, mereka langsung masuk ke Masjid Kampus IKHAC. Mereka duduk rapi bershaf-shaf di dalam masjid. Yang laki di barisan kiri, sedang perempuan duduk di barisan kanan. Tempat mereka disekat kain.
Sekira pukul 4.30 WIB, Kiai Asep memasuki masjid. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu langsung duduk di kursi. Di mihrab, didampingi beberapa orang.
Kiai Asep kemudian memberikan taushiah. Tak lama kemudian Kiai Asep memimpin dzikir dan istighatsah. Suara warga pun bergemuruh. Lantunan dzikir dan istighatsah menggema.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
“Bapak ibu sekalian tetap di sini. Nanti berbuka puasa di sini. Nanti saya ke sini lagi,” kata Kiai Asep yang kemudian meninggalkan tempat.
Saat itulah Muhammad Al Barra, putra Kiai Asep, yang Wakil Bupati Mojokerto datang dan memberikan sambutan. Gus Barra – panggilan akrab Gus Bara – hanya sebentar menyampaikan pesan-pesan.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Jam menunjukkan pukul 17.40. Panitia serentak membagikan air mineral dan nasi. Tapi ribuan warga Mojokerto itu tetap duduk tenang di dalam masjid.
Kiai Asep datang lagi. Ia memimpin doa. Ketika adzan maghrib berkumandang, ribuan warga itu serentak berbuka puasa.
Tak lama kemudian mereka salat maghrib berjemaah. Kiai Asep yang mengimami langsung.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
Usai wiridan, Kiai Asep lagi-lagi meninggalkan tempat. Sementara warga mulai merangsek keluar.
“Kita ketemu Pak Emil,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com. Yang dimaksud Pak Emil adalah Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak.
Terdengar panitia memberi pengumuman. “Bapak-ibu langsung keluar lewat pintu depan,” terdengar suara panitia lewat pengeras suara masjid. “Nanti di depan disiapkan beras, sarung, dan uang transport. Tolonng ibu-ibu dulu yang keluar. Bapak-bapak belakangan,” suara panitia itu kembali terdengar.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Saat itulah terlihat antrean mulai mengular dari dalam masjid. Para panitia pun sibuk membagikan beras, sarung dan uang Rp 100.000 per orang.
“Yang tidak punya kupon nanti setelah yang punya kupon selesai,” lagi-lagi suara panitia terdengar. Kupon itu hanya untuk mempermudah pembagian bingkisan. Mereka mengambil kupon di sebelah masjid ketika mereka datang. Tapi yang tak punya kupon pun tetap mendapat bingkisan seperti yang punya kupon.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
Menurut Kiai Asep, sedekah itu tidak hanya digelontor di Mojokerto tapi juga di Surabaya. Kiai Asep memang juga punya pesantren di Surabaya. Tepatnya di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya. Justru di Siwalankerto Surabaya itulah sejarah panjang Kiai Asep dimulai.
Di Pesantren Amanatul Ummah Surabaya Kiai Asep memiliki 2.000 santri. Jumlah itu cukup besar mengingat di Kota Surabaya jarang sekali ada pesantren memiliki santri dalam jumlah ribuan.
Sementara di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Kiai Asep punya 10.000 santri. Jadi total 12.000 santri.
Setiap Hari Rabu Kiai Asep bersama isterinya, Nyai Hj Alif Fadilah, menginap di Amanatul Ummah Surabaya. Yang menarik, setiap Rabu pagi warga sekitar berjubel di depan pintu kediaman Kiai Asep.
Untuk apa? “Pak Yai memberi uang Rp 50.000 per orang,” tutur Taufik Rahman, ajudan yang sekaligus driver Kiai Asep. “Tiap pukul 6 pagi ada 60 orang yang antri. Dulu hanya 20-an orang,” tambahnya.
Kiai Asep tak hanya bersedekah kepada warga. Tapi juga kepada aparat keamanan.
“Ya semua. TNI, polisi, Satpol PP. Polisinya saja di Mojokerto 900 orang lebih. Belum TNI dan yang lain,” tutur Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, anggota TNI, polisi, satrpol PP dan yang lain itu ikut membantu mengamankan pelaksanaan pembagian sedekah. Pantauan BANGSAONLINE.com, di kampus IKHAC cukup banyak sekali anggota TNI, polisi, dan satpol PP saat pendistribusian sedekah.
Memang, Kiai Asep bagi warga Mojokerto Jawa Timur suatu anugerah dan berkah. Berkat Kiai Asep, mereka benar-benar merasakan berkah Bulan Suci Ramadan secara konkrit. Warga Kabupaten bekas Kerajaan Majapahit yang dari 19 Kecamatan itu terus mendapat gelontoran sedekah kolosal. Barakallah. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News