Konflik Keras Babi China Vs Kadal Gurun, Solusinya: Capres-Cawapres Anies-Puan?

Konflik Keras Babi China Vs Kadal Gurun, Solusinya: Capres-Cawapres Anies-Puan? Ilustrasi. Foto: istimewa

”Dia kan genetikanya ada bau-bau gurun pasir, jadi tidak betah dengan hal-hal yang berbau nasionalis jadi dia kembali ke habitat aslinya yaitu . Jika saya yang memegang otoritas tertinggi di Indonesia saya akan mengeluarkan dekrit untuk memerintah angkatan bersenjata kita untuk mengirim seluruh para keturunan imigran Arab Yaman tanpa reserve‬ yang ada di Indonesia untuk dikirim ke camp solusi final akhir dan saya pastikan akan jauh ekstrem apa yang pernah dilakukan Nazi Jerman terhadap orang Yahudi,” tulis xeriaz_marhaenizi.

Tsamara pun membalas dengan serangan telak. "Halo, tolong @DivHumas_Polri. Ini keterlaluan. Bukan nasionalisme. Jelas fasisme," cuit Tsamara.

Mereka juga selalu menyerang Islam. Salah satu dedengkotnya adalah Pendeta Fundamentalis Saifuddin Ibrahim dan Tokoh Rasialis China Jozeph Paul Zhang.

Saya tak tahu apakah dalam kelompok itu ada penganut komunis. Yang pasti kelompok Bachin ini sangat sensitif ketika masalah komunis dan China diusik. Mereka langsung menyerang secara brutal ketika ada narasi yang menyudutkan komunis dan China.

Yang menarik, mereka selalu menyangkal jika ada tokoh Indonesia yang menarasikan kebangkitan komunis. Mereka mengatakan bahwa komunis sudah tak ada. Menurut mereka, siapa pun yang melontarkan isu komunis hanyalah halusinasi. Jadi mereka berusaha menutup rapat seolah di Indonesia sudah tak ada komunis.

(Pendeta radikal Saifuddin Ibarahim dan istri. foto: facebook)

Begitu juga ketika ada berita negatif tentang pemerintah China. Lebih-lebih menyangkut presidennya: Xi Jinping. Mereka langsung bereaksi. Selain membela, mereka juga melontarkan cacian. Tentu sesuai karakter mereka: kasar dan tak berakhlak.

Kedua, soal upaya meredakan polarisasi sosial politik yang kini sangat keras terjadi di Indonesia. Menurut Ali Fauzi, solusi politiknya adalah menduetkan Anies Baswedan dan sebagai calon presiden dan wakil presiden.

Ide ini menarik. Paling tidak, sedikit banyak, akan meredakan ketegangan. Apalagi PDIP - tempat Puan bernaung dan berkiprah - sangat plural, mewakili semua etnis dan keragaman sosial agama.

Tapi persolaannya, polarisasi sosial politik itu terjadi bukan semata karena faktor ideologi dan agama yang kemudian didefiniskan sebagai politik identitas. Tapi justru karena faktor kepentingan kebablasan, terutama akibat karakusan kekuasaan dan ekonomi yang kemudian mengejewantah dalam wujud oligarki.

Karena itu solusi yang pas adalah gerakan internalisasi nilai kebangsaan, terutama menyelaraskan tindakan kita dengan nilai-nilai Pancasila. Kita harus sadar bahwa selama 20 tahun terakhir ini nilai-nilai Pancasila telah absen dari kehidupan keseharian kita.

Reformasi politik yang semula diagendakan untuk mengoreksi kediktatoran dan otoritarianisme politik Orde Baru justru menimbulkan kebebasan tanpa batas bahkan lepas samasekali dari etika Pancasila. Konsekuensinya, ego kelompok mengeras sehingga melahirkan oligarki politik yang lepas kontrol. Karena itu, sekali lagi, perlu kesadaran internalisasi nilai-nilai Pancasila disosialisasikan secara massif dan sistematis dalam kehidupan kita. Wallahua’lam bisshawab. (m mas'ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO