Tak Tamat SMA, Datuk Low Miliki Tambang Seluas Daratan Singapura, di Kalimantan

Tak Tamat SMA, Datuk Low Miliki Tambang Seluas Daratan Singapura, di Kalimantan Dahlan Iskan

Tapi belum tahu kapan di situ akan habis. Pun dengan produksi yang dipacu seperti itu.

Mungkin pula Bayan tidak akan menggunakannya sampai 25 tahun. Tuck Kwong kini punya ide yang lain lagi. Yang lebih out of the box: membangun rel kereta api dari Tabang ke laut Selat Makassar di Sangatta.

Itu berarti dari hulu sungai Belayan, melintasi hulu sungai Senyiur, terus ke atasnya Bontang, berakhir di laut Selat Makassar. Panjang rel itu sekitar 100 km juga. Biayanya bisa sampai Rp 5 triliun. "Lebih mahal bikin jalur kereta api daripada jalan raya," ujar Haji Aseng yang membawa saya ke kawasan ini (lihat Disway edisi Minggu lalu).

Jalan kereta api itu bukan rencana di awang-awang. Bayan sudah mengurus izinnya. Sudah selesai. Ini sebenarnya rencana lama Bayan. Lama sekali. Sebelum keputusan membangun jalan raksasa 100 km menuju Muara Wahau dibuat.

Ide jalan kereta api tersebut sempat diambil alih pemerintah daerah. Lalu ditawarkan ke investor asing: Rusia. Serius sekali. Beberapa mahasiswa Kaltim sudah disekolahkan ke Rusia.

Setelah lebih 10 tahun tertunda, Rusianya mundur. Maka Bayan maju lagi. Tanpa investor asing. Dibiayai sendiri.

Mungkin Bayan menyesal telanjur membangun jalan raksasa 100 km ke arah Muara Wahau. Kenapa tidak sekalian jalan kereta api itu saja. Bisa hemat Rp 3 triliun. Tapi Bayan tidak mau menyalahkan Rusia. Pun Pemda.

Yang jelas, jalan raksasa itu kelak akan jadi kekayaan pedalaman Kaltim. Bayan tidak bisa membawanya ke Jakarta atau ke .

Di lain pihak tidak mungkin mengharapkan pemerintah mau membangun jalan di jalur itu, sepanjang itu, sekokoh itu. Membangun jalan Samarinda-Balikpapan saja –90 km– perlu waktu 20 tahun. Padahal urgensinya jelas tinggi.

Bayan tentu sudah berhitung. Membangun jalan itu habis Rp 3 triliun. Tapi yang bisa lewat di atasnya lebih 30 juta ton setahun. Dengan harga USD 400/ton saat ini angka-angka di atas hanyalah angka.

Pun kalau juga harus membangun rel kereta api ke arah Sangatta. Batu bara yang bisa diangkut menjadi 60 juta ton/tahun. Tanpa biaya tongkang lagi. Tanpa biaya transhipment –memindah dari tongkang ke kapal besar di tengah laut.

Dengan kereta api bisa langsung ke pelabuhan laut. Batu baranya bisa dikucurkan langsung dari conveyor ke perut kapal. Masa tunggu kapalnya pun bisa lebih pendek. Lebih efisien lagi.

Batu bara milik perusahaan lain, dari lahan lain, juga bisa nunut di kereta api itu. Tinggal bayar tol ke Bayan.

Ke depan, Sungai Belayan menjadi bisa agak bernapas. Sungai Senyiur bisa bersiul-siul kembali. Dan sungai Mahakam bisa lebih teduh kembali. Siapa tahu ikan pesut, lumba-lumba air tawar itu,

bisa kembali bersenam dansa di sepanjang hulu Mahakam. Pun sampai Senyiur. Dan ikan patin, jelawat, tidak perlu di kebun binatang lagi.

Tuck Kwong, SMA-pun tidak tamat. Tapi begitu banyak keputusan besar ia ambil dalam hidupnya. Pun ketika sudah berumur 74 tahun.

Umurnya panjang. Uangnya banyak. Saya lihat ia tidak merokok. Juga tidak minum baijiu saat makan hari itu.

Ikan patin ikan jelawat

Ikan pesut kejar-kejaran

(... Please Pak Thamrin dan Aryo Mbediun meneruskannya).(Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Usai Diperiksa Bareskrim, Edy Mulyadi: Saya Minta Maaf Sedalam-dalamnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO