PALEMBANG, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA melantik Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Sumatera Selatan (Sumsel) di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Kamis (30/6/2022). Selain PW Pergunu Sumsel, Kiai Asep juga melantik Pengurus Cabang (PC) Pergunu Kota Palembang, OKI, dan Lahat.
Pelantikan berlangsung singkat. Setelah itu digelar Bedah Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Pembicarannya Kiai Asep Saifuddin Chalim dan Dr Fadly Usman, Wakil Rektor Institut KH Abdul Chalim yang juga dosen Universitas Brawijaya Malang.
Baca Juga: Di Hadapan Mendagri, Anggota DPR RI Ungkap Tumpukan Uang dan Pelanggaran ASN dalam Pilbup Mojokerto
Selain dua narasumber tersebut juga tampil Dr Saefullah, Ketua PW Pergunu Jawa Barat, dan M Mas’ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan.
Peserta bedah buku yang terdiri dari para pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, pengasuh pesantren, dan pengurus Pergunu se-Sumatra Selatan sangat antusias menyimak kisah perjalanan Kiai Asep yang dipaparkan dalam buku setebal 400 halaman lebih itu.
Mereka bahkan tampak terkesima mendengarkan kisah sukses Kiai Asep yang cukup dramatis.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Itu tampak saat moderator, Dr Izza Zen Syukri memberi kesempatan peserta menyampaikan tanggapan dan pertanyaan. Banyak peserta berebut mengacungkan tangan minta diberi kesempatan.
Respons mereka beragam. Ada yang bertanya dan ada pula yang justru memberikan testimoni tentang kemajuan Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang didirikan dan diasuh Kiai Asep.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
Namun ada pula yang justru minta ijazah doa agar bisa sukses seperti apa yang telah dilakukan Kiai Asep.
“Di buku ini disebutkan bahwa Pak Kiai mengaku sukses karena salat hajat 12 rakaat dan witir tiga rakaat. Cara salat dan doa salat malam itu bisa dipelajari dalam buku ini. Pak Kiai mengijazahkan kepada pembaca. Pak Kiai juga ingin semua orang sukses seperti dirinya. Saya mohon Pak Kiai mengijazahkan kepada kami, agar kami juga bisa melakukan dan juga sukses seperti Pak Kiai,” kata seorang tokoh yang juga pejabat dari kemenag yang duduk di barisan depan.
Kiai Asep mempersilakan. Karena cara salat malam dan doa salat malam itu memang diijazahkan untuk pembaca buku itu.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Kiai Asep pun becerita bahwa waktu remaja sangat miskin. “Bahkan saya pernah menjadi kuli bangunan selama dua bulan untuk mendapatkan uang Rp 6 ribu, untuk daftar kuliah,” kata Kiai Asep.
Tapi, kemudian ia bisa bangkit setelah mengamalkan salat hajat 12 rakaat. Menurut Kiai Asep, referensi salat hajat itu ditemukan dalam Kitab Ihya Ululumiddin karya Imam Al-Ghazali.
"Saya menemukan itu saat wukuf di Arafah," kata Kiai Asep.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Mas’ud Adnan, yang berbicara setelah Kiai Asep, mengungkapkan bahwa sewaktu remaja Kiai Asep bukan hanya miskin, tapi cintanya ditolak tiga gadis gara-gara miskin. “Lihat halaman 113 di buku itu, Cinta Tragis, Ditolak Tiga gadis,” kata Mas’ud Adnan.
Peserta bedah buku yang memenuhi Hall Hotel Swarna Dwipa langsung membuka halaman 113 buku itu. Mereka tampak penasaran.
“Padahal Kiai Asep itu putra pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Abdul Chalim. Tapi karena miskin, Kiai Asep mengaku tak berani menunjukkan dirinya sebagai putra pendiri NU,” tutur Mas’ud lagi.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
“Kiai Asep pernah bilang kepada saya, bahwa miskin itu sangat menyakitkan,” kata Mas’ud Adnan.
Menurut Mas’ud Adnan, Kiai Asep baru berani menunjukkan sebagai putra pendiri NU setelah sukses mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Yang membuat peserta bedah buku makin terkesima, ketika Mas’ud Adnan mengungkapkan bahwa penghasilan istri Kiai Asep, Nyai Alif Fadlilah, tiap bulan Rp 2 miliar. “Kalau ditotal semua dengan penghasilan Kiai Asep mencapat Rp 8 miliar tiap bulan,” kata Mas’ud Adnan.
Ibu-ibu peserta bedah buku langsung riuh. “Wow,” teriak mereka.
Sementara Fadly Usman mengaku mendampingi Kiai Asep sejak awal merintis Amanatul Ummah. Saat itu, menurut Fadly Usman, sekolah Amanatul Ummah di Pacet terbuat dari terop. Tapi Kiai Asep sudah memasang plakat Madrasah Bertaraf Internasional.
Baca Juga: Dosen Sosiologi UTM Bedah Buku Potret Perjuangan Ulama Bassra Madura
Fadly Usman mengaku terpanggil untuk membantu Kiai Asep karena ada kemiripan dengan sejarah Nabi Muhammad. Dosen Universitas Brawijaya Malang yang juga Wakil Rektor Institut KH Abdul Chalim itu memang selalu mendampingi Kiai Asep, termasuk di Pergunu.
Saefulloh punya cerita lain tentang Kiai Asep. Ia mengaku ditugasi Kiai Asep untuk mencari rumah calon menantunya di Haur Geulis Indramayu, Jawa Barat. Yang membuat Kang Ipul – panggilan akrab Saefulloh – heran, ternyata keluarga calon menantu Kiai Asep itu bukan seorang kiai, ustadz, tokoh masyarakat, atau orang kaya.
Tapi keluarga sangat sederhana. Bahkan calon besannya berjualan di pasar. Padahal, Kiai Asep ulama besar dan kaya raya. Sampai calon besan Kiai Asep tak percaya anaknya mau diambil menantu Kiai Asep.
"Orang tuanya sampai membawa tokoh masyarakat, seperti ketua RT, karena takut saya ini bohong," kata Kang Ipul.
Begitu juga soal salat istikharah untuk calon menantunya. “Kalau kita istikharah itu setelah tahu dan cocok, baru kita istikharah untuk memantapkan. Tapi Kiai Asep istikharah dulu, baru dicari orangnya,” kata Kang Ipul.
Menurut Kang Ipul, ketulusan dan kepasrahan kepada Allah SWT itulah yang perlu diteladani dari Kiai Asep.(mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News