Kiai-Kiai Pekik Merdeka, Inilah Referensi Agama soal Cinta Tanah Air dan Nasionalisme

Kiai-Kiai Pekik Merdeka, Inilah Referensi Agama soal Cinta Tanah Air dan Nasionalisme Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim (paling kanan), MA, Dr KH Mujib Qulyubi (pegang mik), Dr KH Abdul Hamid Pujiono (nomor dua dari kanan), dan kiai lain. Foto: MMA/ BANGSAONLINE

Yang menarik, di sela-sela acara para kiai itu memekikkan kata-kata merdeka. “Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” teriak mereka serentak.

“Saya ini putra pahlawan. Ayah saya seharusnya dimakamkan di makam pahlawan di Tulungagung. Tapi karena permintaan keluarga, ayah saya dimakamkan di makam keluarga,” kata Dr KH Mujib Qulyubi Bin Qulyubi, Mantan Wakil Katib Syuriah PBNU yang didaulat menyampaikan taushiah.

Menurut dia, dalam memperingati Hari Kemedekaan RI kita harus mendoakan para pahlawan. “Tak boleh hanya berteriak (merdeka) tapi tak mendoakan (pahlawan),” tegas Kiai Qulyubi.

Kiai Qulyubi mengingatkan bahwa nasionalisme punya referensi kuat dalam ajaran agama Islam. Ia mengungkap doa Nabi Muhammad terkait nasionalisme atau

“Nabi berdoa, Ya Allah tumbuhkanlah cinta kami pada Madinah, seperti mencintai Makkah,” jelasnya.

Kiai Qulyubi menegaskan bahwa Makkah adalah tempat lahir Nabi Muhammad. “Sedang Madinah tempat tinggal Nabi,” katanya. 

Menurut dia, terlepas hadits ini menimbulkan beda pendapat di kalangan ulama, tapi bisa jadi referensi dan jejak nasionalisme.

Kiai Qulyubi mengungkapkan bahwa doktrin mencintai negara berasal dari Imam Ghazali. Ia lalu mengutip pernyataan Imam Ghazali yang sangat populer. Yang artinya: Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang.

Sebelum Kiai Qulyubi, Dr KH Abdul Hamid Pujiono membahas tentang Aswaja. Menurut dia, NU secara fiqh menganut empat imam madzhab. Yaitu Imam Abu Hanifah (Hanafi), Imam Malik Bin Anas (Maliki), Imam Abu Abdullah bin Muhammad Bin Idris Asy’Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal (Hanbali).

Sementara secara akhlak dan tasawuf mengikuti Imam Al Junaid Al Bagdadi dan Abu Hamid Al Ghazali.

Sedang secara qidah mengikuti Imam Abu Hasan Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi.

Acara itu diakhiri dengan doa yang dipimpin secara bergantian oleh KH Muhammad Roziqi (Ketua Baznas dan DMI Jatim), KH Nasir dari Madura, dan KH A Rohim Dzulkainain dari Surabaya. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO