Kiai-Kiai Pekik Merdeka, Inilah Referensi Agama soal Cinta Tanah Air dan Nasionalisme

Kiai-Kiai Pekik Merdeka, Inilah Referensi Agama soal Cinta Tanah Air dan Nasionalisme Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim (paling kanan), MA, Dr KH Mujib Qulyubi (pegang mik), Dr KH Abdul Hamid Pujiono (nomor dua dari kanan), dan kiai lain. Foto: MMA/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANSAONLINE.com – Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., mengundang ratusan kiai dan nyai ke kediaman Ning Ima, istri Gus Muhib, salah seorang putrinya, di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Selasa (16/8/2022) malam.

Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur itu menggelar Malam Tasyakuran 17 Agustus dan Lailatul Ijtima’ yang isinya , doa bersama, dan mengaji Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).

Khusus acara Lailatul Ijtima’, Kiai Asep menggelar secara rutin tiap pertengahan bulan. Isinya , ngaji Aswaja, dan Kitab Al Hikam karya Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al Ghazali.

Ratusan kiai itu duduk lesehan di lantai 2 di rumah yang terletak di ujung gang yang masih kawasan PP Amanatul Ummah.

“Ini bentuk kecintaan kita kepada bangsa Indonesia,” tegas Kiai Asep.

Acara itu diawali menyanyikan Lagu Indonesia Raya, disusul Yalal Waton, dan Mars Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Kiai Asep menegaskan bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk Izzul Islam walmuslimin dan Bangsa Indonesia.

"Untuk keberhasilan cita-cita luhur kemerdekaan," tegas Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.  

Dalam acara itu Kiai Asep menyinggung tentang pendidikan. Menurut dia, pada era kemerdekaan ini masih banyak asesor yang masih berpikir parsial, hanya mementingkan kelompoknya. 

Ia mencontohkan Kasus Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto yang didirikannya. Menurut dia, kalau asesor itu berasal dari kelompok no NU, mereka cenderung merendahkan nilai akreditasi yang diajukan. 

"Yang seharusnya diberi nilai A tapi diberi nilai C," tegasnya.

Karena itu, Kiai Asep tak mau pakai akreditasi nasional. "Satu bulan lagi Institut Kiai Abdul Chalim akan jadi universitas. Saya pakai akreditasi internasional. Institut Kiai Abdul Chalim akan menjadi universitas internasional," tegas kiai yang bukunya berjudul Kiai Miliarder Tapi Dermawan kini viral.   

Yang menarik, di sela-sela acara para kiai itu memekikkan kata-kata merdeka. “Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” teriak mereka serentak.

“Saya ini putra pahlawan. Ayah saya seharusnya dimakamkan di makam pahlawan di Tulungagung. Tapi karena permintaan keluarga, ayah saya dimakamkan di makam keluarga,” kata Dr KH Mujib Qulyubi Bin Qulyubi, Mantan Wakil Katib Syuriah PBNU yang didaulat menyampaikan taushiah.

Menurut dia, dalam memperingati Hari Kemedekaan RI kita harus mendoakan para pahlawan. “Tak boleh hanya berteriak (merdeka) tapi tak mendoakan (pahlawan),” tegas Kiai Qulyubi.

Kiai Qulyubi mengingatkan bahwa nasionalisme punya referensi kuat dalam ajaran agama Islam. Ia mengungkap doa Nabi Muhammad terkait nasionalisme atau

“Nabi berdoa, Ya Allah tumbuhkanlah cinta kami pada Madinah, seperti mencintai Makkah,” jelasnya.

Kiai Qulyubi menegaskan bahwa Makkah adalah tempat lahir Nabi Muhammad. “Sedang Madinah tempat tinggal Nabi,” katanya. 

Menurut dia, terlepas hadits ini menimbulkan beda pendapat di kalangan ulama, tapi bisa jadi referensi dan jejak nasionalisme.

Kiai Qulyubi mengungkapkan bahwa doktrin mencintai negara berasal dari Imam Ghazali. Ia lalu mengutip pernyataan Imam Ghazali yang sangat populer. Yang artinya: Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang.

Sebelum Kiai Qulyubi, Dr KH Abdul Hamid Pujiono membahas tentang Aswaja. Menurut dia, NU secara fiqh menganut empat imam madzhab. Yaitu Imam Abu Hanifah (Hanafi), Imam Malik Bin Anas (Maliki), Imam Abu Abdullah bin Muhammad Bin Idris Asy’Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal (Hanbali).

Sementara secara akhlak dan tasawuf mengikuti Imam Al Junaid Al Bagdadi dan Abu Hamid Al Ghazali.

Sedang secara qidah mengikuti Imam Abu Hasan Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi.

Acara itu diakhiri dengan doa yang dipimpin secara bergantian oleh KH Muhammad Roziqi (Ketua Baznas dan DMI Jatim), KH Nasir dari Madura, dan KH A Rohim Dzulkainain dari Surabaya. (mma)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO