MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Sejumlah guru besar dan pengurus NU Semarang Jawa Tengah silaturahim ke kediaman Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (27/4/2024) malam.
Rombongan guru besar dan pengurus NU Semarang itu dipimpin Prof Dr Noor Achmad, Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia.
Baca Juga: Universitas KH Abdul Chalim Mojokerto Undang Said Aqil di Seminar Nasional Tasawuf
Tampak juga Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwaha) Semarang, Prof. Dr. Mudzakkir Ali, MA, Rais Syuriah PCNU Semarang KH Hanief Ismail, Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah, Dr Nur Cholid, dan para guru besar lainnya.
Prof Dr Noor Achmad menjelaskan bahwa kedatangan rombongan guru besar dan kiai NU itu untuk menimba pengalaman tentang cara pengusulan ulama atau tokoh bangsa sebagai pahlawan nasional.
Menurut Prof Noor Achmad, Kiai Asep adalah kiai atau ulama yang telah sukses memperjuangkan KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Karena itu para guru besar dan kiai NU itu menginginkan pengalaman sukses Kiai Asep itu dijadikan referensi dalam mengusulan KH Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional.
Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Hadiri Acara Syukuran Sederhana Kemenangan Gus Barra-Rizal di Pilbup Mojokerto
“Kami ingin mendapatkan banyak masukan untuk mengusulkan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional,” kata Prof Noor Achmad kepada Kiai Asep.
Bahkan Prof Noor Achmad dan para guru besar itu tidak hanya menimba pengalaman tapi juga minta Kiai Asep menjadi panasehat panitia pengusulan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan.
Mendengar permintaan itu Kiai Asep merespons positif.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
“Nggih. Monggo. Gak apa-apa,” kata Kiai Asep sembari tersenyum.
Prof Noor Achmad mengatakan akan segera mengundang Kiai Asep ke Semarang. Baik sebagai nara sumber seminar maupun untuk memberikan nasehat atau petunjuk kepada panitia.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Para guru besar dan kiai NU Semarang saat diterima Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (27/4/2024) malam. Tampak mereka sedang mengamini doa yang dipimpin Kiai Asep. Foto: mma/bangsaonnline
Kiai Asep menjelaskan bahwa langkah pertama adalah mendaftarkan Kiai Sholeh Darat sebagai calon pahlawan.
“Penutupan pendaftaran Maret,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesanren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu menceritakan pengalamannya saat mendaftakan ayahandanya, KH Abdul Chalim, yang cukup dramatis karena hanya berselang satu hari menjelang penutupan.
“Saat itu penutupan tanggal 31 Maret, kami baru tahu tanggal 30 Maret kalau besok sudah ditutup,” kata Kiai Asep. Otomatis terpaksa kerjas keras.
“Saat itu Pak Yandri yang membantu pendaftaran,” tutur Kiai Asep. Yandri Susanto adalah Wakil Ketua MPR RI.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Menurut Kiai Asep, pada tengah malam baru berhasil didaftarkan.
Kiai Asep minta para guru besar dan kiai itu segera menulis buku kajian akademik tentang Kiai Sholeh Darat. Karena salah satu persyaratan utama pengusulan pahlawan itu adalah kajian akademik yang bersumber pada sumber primer.
Kiai Asep juga menyarankan agar panitia koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Semarang. Karena pengusulan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan itu tak lepas dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Semarang. Bahkan dari situlah, menurut Kiai Asep, seminar tentang Kiai Sholeh Darat dimulai.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
“Setelah itu ke Pemprov Jawa Tengah. Nanti ada surat pengantar yang ditandatangani gubernur,” tutur putra KH Abdul Chalim itu sembari mengatakan bahwa di tingkat provinsi juga diadakan seminar lagi.
Setelah pemberkasan dari Pemprov rampung, baru ke Kementerian Sosial dan TP2GP.
“Kita juga adakan seminar di Gedung MPR,” kata Kiai Asep menceritakan pengalamannya saat mengusulkan Kiai Abdul Chalim.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
Jika proses validasi di TP2GP teleh memenuhi syarat (MS) baru dibawa ke Dewan Gelar.
“Setelah itu baru ke presiden,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, proses pengusulan Kiai Abdul Chalim memang sangat cepat. Hanya dalam hitungan bulan. Padahal calon pahlawan lainnya harus memakan waktu tahunan. Bahkan puluhan tahun. Apalagi banyak yang antre.
Kiai Asep memberikan sejumlah buku yang membahas tentang Kiai Abdul Chalim yang menjadi persyaratan pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Termasuk kompilasi hasil seminar.
Menurut Noor Ahmad, karya tulis tentang Kiai Sholeh Darat cukup banyak.
Bahkan sudah ada 9 disertasi tentang Kiai Sholeh Darat.
"Itu bagus. Disertasi itu juga bisa disebut sumber primer karena sudah dipertanggungjawabkan di depan para guru besar,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Apalagi banyak orang atau lembaga yang ingin ikut membantu pendanaan dalam pengusulan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional.
Siapa Kiai Sholeh Darat?
BANGSAONLINE menelusuri informasi tentang Kiai Sholeh Darat. Dikutip dari berbagai sumber, nama lengkapnya Muhammad Sholeh bin ʿUmar bin Muhammad Tasnim as-Samarānī. Namun ulama kondang ini dikenal sebagai Sholeh Darat as-Samarani atau Kiai Sholeh Darat.
Kenapa ada kata Darat. Konon, kata Darat itu terkait dangan tempat tinggalnya di daerah Darat di utara Semarang.
Di kalangan pemikir Islam atau cendekiawan muslim, nama Kiai Sholeh Darat sering disebut. Maklum, kontribusi keilmuan tentang Islam Kiai Shaleh Darat luar biasa. Salah satu cendekiawan muslim yang sering menyebut nama Kiai Sholeh Darat adalah Prof Dr Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan beberapa cendekiawan muslim lainnya.
KH Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara paa 1235 Hijriah. Atau 1820 Masehi. Kiai Sholeh Darat wafat pada 18 Desember 1903 di Kota Semarang Jawa Tengah.
Saat keil kecil dan remaja Kiai Sholeh Darat belajar ilmu agama – terutama Al Quran - pada ayahnya. Ilmu yang dipelajari, antara lain, nahwu, shorof, akidah, akhlak, hadits dan fiqih.
Kiai Sholeh Darat kemudian belajar ke ulama lain. Kiai Sholeh Darat bahkan belajar di Makkah. Di tanah suci itu Kiai Sholeh Darat belajar kepada para ulama-ulama besar. Antara lain Syaikh Muhammad al-Muqri al-Mishri al-Makki, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasballah dan Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Madzab Syafi’iyah).
Berkat kecerdasan dan kealimannya yang luar biasa akhirnya Kiai Sholeh Darat tumbuh sebagai ulama. Kiai Sholeh Darat bahkan sempat mengajar di Makkah. Banyak santri yang belajar kepada Kiai Shaleh Darat. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Jawa dan Melayu. Antara lain Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan juga Raden Ajeng Kartini.
Yang spektakuler, para santri Kiai Sholeh Darat itu tumbuh menjadi ulama besar dan menjadi tokoh nasional. Hadratussyaikh, misalnya, selain dikenal sebagai pendiri Pesantren Tebuireng Jombang dan organisasi keagamaan terbesar, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) juga kondang sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah.
Bahkan Haratussyakh mengorganisir para kiai dan santri untuk melawan penjajah sehingga ia ditangkap dan dipenjara bahkan disiksa penjajah Jepang.
Karena itu Hadratussyaikh kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Begitu Ahmad Dahlan. Populer sebagai pendiri Muhammadiyah. Kiai Ahmad Dahlan juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Tokoh perempuan Raden Ajeng Kartini kondang sebagai tokoh pejuang emansipasi. Ajeng Kartini juga telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Menurut M. Ngisom Al-Barony, Kiai Sholeh Darat banyak melahirkan karya keilmuan agama. Anatara lain, Majmu'ah Asy Syari'ah Al Kafiyah li Al Awam, Batha'if At Thaharah, serta kitab Faidhir Rahman.
Dikutip NU Online, Kitab Faidhir Rahman merupakan tafsir Alquran yang ditulis Kiai Sholeh menggunakan aksara Arab pegon. Aksara ini menggunakan huruf-huruf Arab, namun bahasa yang dipakai adalah Jawa. Kitab ini disusun Kiai Sholeh atas permintaan dari RA Kartini yang ingin memahami makna Al-Qur'an sehingga tidak hanya sekadar membacanya.
“Kiai Sholeh Darat adalah satu dari sekian banyak ulama yang berperan strategis melakukan kerja-kerja perdamaian. Perlawanan Mbah Sholeh terhadap kolonial tak menggunakan kontak fisik sebagaimana perjuangan pada umumnya. Beliau lebih memilih jalur pendidikan dan gerakan ideologis sebagai bentuk perlawanan, “ tulis M. Ngisom Al-Barony.
Karena itu para guru besar dan kiai-kiai NU Semarang lalu tergerak untuk mengusulkan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan.
"Santri-santri Kiai Sholeh Darat sudah ditetapkan sebagai pahlawan semua, karena itu kita mengusulkan Kiai Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional," kata Prof Noor Ahmad.
Kiai Asep menimpali. "Seharusnya yang memikirkan begini ini PBNU," kata Kiai Asep.
"Tapi sudahlah kita tak usah berharap," tukas Kiai Asep kemudian yang disambut tawa para guru besar dan kiai NU dari Semarang itu.
Acara itu kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin Kiai Asep. (m. mas'ud adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News